Y3hoo™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Gaul dan Informasi

INFO UNTUK ANDA

Y3hoo Ada di Facebook

Share Y3hoo ke Twitter

Follow Me

Image hosted by servimg.com

Y3hoo Mailing List

Enter Your Email Address:

Latest topics

» Apa Itu Dejavu
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo

» Tentang Tisu Magic
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta

» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta

» Cara Mengetahui IP address Internet
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia

» Angleng dan Wajit
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta

» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade

» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade

» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo

» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Catatan Dahlan Iskan Icon_minitime1Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo

IKLAN ANDA


2 posters

    Catatan Dahlan Iskan

    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Thu Mar 05, 2009 7:51 pm

    Obama Cium Ibu, Wen Chatting dengan Rakyat
    Gaya Para Pemimpin Krisis



    Selasa, 03 Maret 2009 , 07:44:00

    Di masa krisis berat seperti ini, para pemimpin dunia kelihatannya melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya melebihi dari yang sudah-sudah. Presiden Obama dan Perdana Menteri Wen Jiabao dua contoh yang amat menarik. KETIKA Senat Amerika Serikat memperdebatkan setuju atau tidak atas langkah-langkah presiden baru itu, Obama berdialog langsung dengan rakyat di beberapa kota yang paling terkena krisis. Kemarin lusa, pemimpin dari negara komunis yang biasanya sangat tertutup pun, chatting langsung dengan jutaan netter-nya selama dua jam lebih.
    Ketika para wakil rakyat kelihatan keberatan untuk menyetujui usaha mengatasi krisis, Obama seakan membuat sidang tandingan. Meski sudah menjadi presiden, pidato Obama saat itu persis ketika masih jadi calon presiden: santai sekali seperti tidak ada beban. Bahkan, di sela-sela pidato, sesekali dia mengambil minum sendiri. Bukan dari gelas yang sudah tersedia di atas podium, tapi dari botol yang dia taruh di lantai dekat podium. Seorang presiden AS melakukan itu.
    Tanpa moderator dia juga langsung melakukan tanya jawab dengan yang hadir di gedung itu. Ketika ada seorang wanita yang mengeluhkan nasibnya di saat krisis ini, dia datangi wanita itu. Dia cium, dia bisikkan kata-kata yang memberi harapan. Sama sekali tidak menggambarkan prosedur, tata cara, dan security seorang presiden.
    Cara demikian dia perlukan karena dia harus bersaing langsung dengan wakil rakyat. Sidang di senat (wakil rakyat) yang menegangkan itu disiarkan langsung oleh jaringan TV. Dialog Obama dengan rakyat juga disiarkan langsung oleh TV. Stasiun TV pun kesulitan mau memilih menyiarkan yang mana: dua-duanya menarik. Maka banyak stasiun TV yang membagi dua layarnya: sebelah kiri siaran langsung sidang wakil rakyat, sebelah kanan siaran langsung ”sidang” Obama dengan rakyat. Seakan-akan Obama ingin menunjukkan siapa yang benar-benar mewakili hati nurani rakyat: dia atau wakil rakyat. Pemirsa pun bisa membandingkan secara langsung mana yang lebih memenuhi harapan rakyat: wakil mereka atau Obama.
    Yang menarik, di gedung senat itu juga bisa diikuti siaran langsung apa saja yang dilakukan Obama di depan rakyatnya. Sebaliknya, informasi apa saja yang sedang dibicarakan di gedung senat juga bisa diikuti para staf Obama di gedung pertemuan di Florida itu.
    Ketika Obama berjalan menjauhi podium untuk mendekat ke penanya yang letaknya jauh di tribun kiri, seseorang naik panggung dan meletakkan selembar kertas di atas podium. Saya sudah menyangka informasi apa yang diinterupsikan ke podium itu. Tapi, Obama tidak kelihatan terlalu peduli, atau tidak kelihatan terlalu ingin mengetahui informasi apa yang begitu penting.
    Setelah kembali ke podium, Obama juga tidak langsung membaca isi kertas itu. Baru beberapa saat kemudian, dia mengambil kertas tersebut dan mengumumkan isinya kepada yang hadir di situ: Senat telah memberikan persetujuannya. Memang, penonton TV sudah tahu bahwa di layar sebelah kiri telah disiarkan bahwa Senat telah selesai berdebat dan menyetujui rencana Obama meski dengan hanya selisih satu suara.
    Di masa krisis, terobosan komunikasi seperti itu sangat diperlukan. Dan, Obama memiliki kemampuan dan keterbukaan yang luar biasa. Inilah yang juga saya harapkan di masa kepresidenan Indonesia lima tahun ke depan. Tidak perlu seorang presiden mendapat dukungan mayoritas di DPR. Jangan takut dijegal oleh DPR. Sepanjang dia memang dipilih oleh rakyat dan kemenangannya cukup signifikan, mengapa harus takut pada DPR.
    Kalau saja sampai terjadi DPR menghambat program presiden, cara-cara seperti yang dilakukan Obama bisa ditiru. Rakyat akan ikut menentukan mana yang lebih memenuhi harapan rakyat: Presiden atau wakil rakyat. Dengan demikian, akan terjadi juga proses pendewasaan DPR. Termasuk dalam proses ini adalah dikuranginya peran fraksi, sehingga anggota DPR sedikit lebih terbebas dari belenggu fraksi.
    Lain dengan yang dilakukan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao. Semestinya Wen memerintah dengan tangan besi. Apalagi, di zaman krisis seperti ini. Toh, Wen terus berdialog langsung dengan rakyat. Dia sangat rajin turun ke daerah-daerah yang paling menderita. Bahkan, dua hari lalu dia chatting dengan pengguna internet. Sebuah dialog langsung yang mestinya hanya bisa dilakukan oleh negara liberal.
    Di Tiongkok pengguna internet memang luar biasa besarnya: 300 juta. Penguasa tahu kekuatan komunikasi yang terkandung di dalamnya. Maka sangat tepat kalau Wen memanfaatkannya. Kenapa Wen melakukan itu?
    Dalam masa krisis, peran pemimpin memang sangat menentukan. Kalau dia terus bicara mengenai kesulitan-kesulitan krisis yang harus dihadapi, bisa-bisa rakyatnya akan takut, lemas, dan kehilangan semangat. Yang lebih membahayakan lagi kalau rakyatnya kehilangan sikap optimistis dan kehilangan kepercayaan diri.
    Sebaliknya, kalau pemimpin terus menutupi kesulitan itu dan hanya memompa semangat melalui pidato, bisa-bisa rakyat terjerumus. Maka di masa seperti ini pemimpin memang harus pandai-pandai membuat keseimbangan antara menunjukkan realitas yang sulit dan memberikan optimisme melalui langkah konkret.
    ”Terus terang, baru sekali ini saya chatting di internet. Sesuatu yang pertama selalu saja membuat grogi,” ujar Wen dengan nada gurau, tapi sangat mengena di hati rakyat biasa. ”Baik sekali menggunakan cara ini untuk tukar pikiran secara langsung dengan rakyat,” tambahnya.
    ”Rakyat telah memberi saya kekuasaan. Saya tidak tahu bagaimana membalasnya yang terbaik. Karena itu, saya habis-habisan melayani rakyat,” katanya menjawab pertanyaan para netter. Ada 30 pertanyaan yang sempat dikomentari oleh Wen Jiabao di situ. Mulai yang berat-berat sampai yang ringan-ringan dan yang sangat pribadi. Misalnya: Berapa hari dalam setahun berada di rumah? Berapa gaji? Kalau almarhum Perdana Menteri Zhu Enlai terkenal sebagai peminum, berapa banyak Anda mampu minum (alkohol)? Dalam waktu senggang apakah Anda chatting di internet atau main playgame? Berapa jam tidur sehari? Sampai ke pertanyaan serius: apakah Anda merasa harga rumah di perkotaan masih terlalu tinggi?
    Jawaban-jawaban Wen, terus bermain di antara menceritakan realitas yang sulit-sulit dan harapan-harapan yang optimistis. Misalnya, kata-katanya yang lucu ”sukses tidaknya mendorong orang untuk belanja itu bukan bagaimana pemerintah mengimbau orang agar belanja, tapi yang lebih penting adalah ada atau tidak ada uang di saku mereka.”
    Karena itu, pemerintah menganggarkan dana sampai 500 miliar dolar dalam empat tahun ini. Hasilnya pun sudah bisa dia ceritakan. ”Sepuluh hari pertama Februari, penggunaan listrik sudah naik 13,2 persen,” katanya. Dan, kalau dilihat sepuluh hari kedua, kenaikannya sudah 15 persen. Tingkat konsumsi juga sudah mulai naik. ”Semua data ini akan terus kita ikuti dengan cermat. Kalau memang masih diperlukan, pemerintah akan menggenjot lagi,” katanya.
    Jawaban lain bentuknya imbauan. Misalnya, para pengusaha dan bankir harus punya jiwa sosial. Demikian juga para dokter harus memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang lagi susah. ”Kalau para dokter mengeluh, berikan keluhan itu kepada kami. Jangan sampai keluhan itu dilampiaskan dalam bentuk pelayanan yang kurang baik kepada pasien,” katanya.
    Wen ingin sekali membangun rasa percaya diri yang kuat bahwa Tiongkok mampu mengatasi krisis ini. ”Percaya diri lebih berharga daripada emas atau uang,” katanya. Membangun percaya diri juga bagian penting dari mengatasi krisis. (*)
    genit
    genit


    138
    Age : 49
    Lokasi : Sunter
    26.02.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  genit Thu Mar 05, 2009 8:13 pm

    nice info
    saya memang suka banget tulisan2 dahlan iskan
    opini beliau Top
    0467
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Thu Mar 05, 2009 9:39 pm

    genit wrote:nice info
    saya memang suka banget tulisan2 dahlan iskan
    opini beliau Top
    0467
    Eh kok sama ya.. hehehe
    aku jg suka banget ama rubriknya beliau... pasti pertama yg dibaca kalo lg baca koran Wink
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Thu Mar 12, 2009 12:08 pm

    Senin, 09 Maret 2009 , 13:06:00

    Oposan Terbesar Itu Seorang Penyiar Radio
    Lawan-lawan Obama yang Mulai Tumbuh


    KINI mulai muncul lawan-lawan yang membahayakan presiden Amerika Serikat yang baru, Barack Obama. Yang mengejutkan, musuh utamanya kini adalah seorang penyiar radio. Tentu kubu oposisi, Partai Republik, juga kian menunjukkan penentangannya, tapi tidak setelak penyiar radio itu. Maklum, Partai Republik sedang krisis kepemimpinan.
    Begitu krisisnya sampai-sampai seorang pejabat Gedung Putih yang tentunya menjadi pendukung utama Obama melemparkan isu bahwa ketua umum Partai Republik yang sebenarnya saat ini adalah si penyiar radio itu. Karena Gedung Putih selalu menanggapi omongan penyiar radio tersebut, sang penyiar itu pun kian berkibar. Namanya bukan main ngetopnya seminggu terakhir ini: Rush Limbaugh.
    Jumlah pendengarnya benar-benar fantastis. Terbanyak di antara pendengar siaran radio apa pun. Bahkan, ketika serangannya kepada Obama kian keras, jumlah pendengarnya terus berkembang. Harian Washington Post menyebut sampai 25 juta orang. Komentator terkemuka Pat Buchanan menyebut sampai 30 juta. Televisi Fox News menyebutkan 19 juta orang.

    Obama yang kelihatannya juga sangat mementingkan pencitraan terasa sekali terganggu oleh Rush Limbaugh. Sampai-sampai dia mengimbau secara langsung agar pendukung Partai Republik tidak lagi mendengarkan siara Rush Limbaugh.
    Tapi, Rush Limbaugh kian ’’ganas’’. Pernyataannya yang terakhir justru tidak tedeng aling-aling lagi. ’’Saya menginginkan Obama gagal,’’ katanya. Maka, gegerlah. Di tengah-tengah upaya pemulihan ekonomi, di tengah-tengah suasana krisis yang kian berat, Amerika Serikat juga menghadapi masalah ’’kesatuan bangsa’’ yang berat di dalam negeri.
    Rush Limbaugh mengasuh acara yang disebut Limbaugh Show selama tiga jam pada pukul 12.00 siang waktu Amerika bagian timur atau jam 10 pagi waktu Amerika bagian barat. Semua itu disiarkan dalam sebuah jaringan radio yang direlai di berbagai wilayah seluruh Amerika.
    Pendengar Limbaugh umumnya memang masyarakat yang beraliran konservatif, pendukung utama Partai Republik. Mereka amat menyukai orang seperti George Bush atau Sarah Palin (gubernur Alaska yang mantan pasangan John McCain dalam pemilihan presiden yang lalu) dan sangat fanatik kepada kulit putih. Krisis kepemimpinan di Partai Republik menyebabkan tidak ada tokoh kuat yang bisa menjadi sandaran aspirasi golongan konservatif itu. Apalagi, pimpinan partai juga dituntut untuk lebih negarawan. Bukan saja di dalam partai itu juga terdapat banyak anggota yang beraliran lain, tapi soal-soal yang sensitif seperti soal ras tidak bisa secara leluasa menjadi agenda partai. Di saat seperti inilah, ketika ada orang yang anti-Obama dengan terang-terangan dan gayanya juga menarik, pengikutnya sangat banyak.

    Bulan lalu, ketika perkumpulan orang konservatif Amerika mengadakan kongres, Rush Limbaugh juga diminta untuk menjadi pembicara. Di forum besar itu. sekali lagi, dia menegaskan harapannya agar Obama gagal. Sambutan dari yang hadir bukan main meriahnya. Tepuk tangan meriah berkali-kali menyambutnya. Bahkan, ketika beberapa pernyataan yang amat keras mengecam Obama, hadirin sampai bertepuk tangan sambil berdiri.
    Rush Limbaugh seumur dengan saya: 58 tahun. Dia lahir di negara bagian yang memang terkenal dengan sifat masyarakatnya yang konservatif: Missouri. Keluarganya orang-orang terhormat: politisi dan pengacara terkenal. Bahkan, kakeknya menjadi pejabat tinggi negara. Limbaugh sendiri hanya tamatan SMA di daerah asalnya karena gagal menyelesaikan kuliah. Dia sempat masuk ke Universitas Southeast Missouri, tapi hanya bertahan dua semester. Penyebab kegagalan kuliahnya itu –sebagaimana dikemukakan ibunya kepada berbagai media– hanya satu: gagal di semua bidang mata pelajaran! ’’Bahkan, dia gagal pada ’pelajaran’ dansa di lantai-lantai dansa yang sebenarnya,’’ tutur ibunya lagi.
    Limbaugh memang tidak tertarik kepada apa pun. Dia hanya menginginkan satu hal: menjadi penyiar radio. Rupanya dia sangat fokus sejak dari jiwa dan pikirannya. Maka, begitu gagal kuliah, dia pergi merantau ke tempat di mana bisa memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi penyiar. Pergilah dia ke Negara Bagian Pennsylvania dan menjadi disc jockey di sebuah radio. Berhasil. Dia terpilih sebagai top-40 disc jockey terbaik.

    Dengan modal prestasinya itu, dia berpindah-pindah ke banyak kota: Kansas City, Sacramento, dan banyak kota lainnya untuk menjadi pengasuh acara talk show di radio. Terakhir, pada 1988, dia berhasil masuk ke New York. Dia diterima di Radio WABC (770 AM) dan berkibar di situ hingga sekarang. Bahkan, Limbaugh menjadi sangat berjasa dalam mengangkat kembali citra radio AM setelah pada 1970-an digusur oleh FM. Radio AM waktu itu dianggap tidak sebaik FM dalam memperdengarkan musik. Padahal, acara Limbaugh lebih mengutamakan talk show. Talk show-nya yang sangat sukses juga bisa menjadi jalan keluar bagi pemilik-pemilik radio AM di berbagai wilayah. Maka, kian banyak radio AM yang minta merelainya –bahkan sampai-sampai ada pula radio FM yang ikut bergabung. Terakhir sampai 650 radio yang ikut menyiarkan Rush Limbaugh Show.

    Gaya talk show-nya yang menggabungkan antara memberikan kuliah sungguhan sambil mendengarkan musik dan mempermainkan soal-soal politik membuat Limbaugh seperti seorang penghibur, guru, dan juga politikus. Limbaugh juga pintar dalam mengambil hati dan menyerap aspirasi pendengarnya (terutama aspirasi golongan konservatif) sehingga dialah yang sebenarnya –bukan anggota DPR– yang bisa disebut mewakili suara rakyat golongan itu. Itulah sebabnya, pada masa lalu, para anggota DPR dari Partai Republik memberikan penghargaan kepadanya sebagai ’’anggota DPR kehormatan’’. Atau, ’’anggota DPR yang tidak resmi’’. Itu lantaran keberhasilan Partai Republik dalam menguasai kursi di DPR pada 2004 tidak bisa dilepaskan dari jasa Rush Limbaugh.
    Obama yang kini gencar-gencarnya menyusun agenda penanganan krisis tentu tidak menginginkan suasana panas di akar rumput itu terus berkembang. Apalagi, agenda perubahan yang disiapkan Obama sangat mendasar sehingga akan banyak sekali mengundang pro-kontra.
    Panasnya suasana di akar rumput, terus merosotnya harga saham di Wall Street, kian melonjaknya pengangguran, dan sensitifnya isu-isu yang akan dibawakan Obama tentu akan membuat perdebatan di DPR nanti sangat ketat. Padahal, APBN itu sudah harus mulai berlaku 1 Oktober depan. Tidak banyak lagi waktu bagi DPR untuk memperdebatkan.
    Karena itu, banyak aspirasi yang menyarankan agar Obama mengabaikan saja penyiar radio tersebut. ’’Tetaplah konsentrasi kepada misi untuk mengatasi krisis dan membawa perubahan,’’ tulis salah satu komentar di internet. Tapi, berdasar survei salah satu situs politik di sana menyimpulkan, 51 persen berpendapat bahwa Obama tidak boleh mengabaikan hal tersebut.

    Salah satu isu yang akan sangat menghebohkan adalah rencana perubahan sistem kesehatan nasional yang, antara lain, didukung oleh Senator Ted Kennedy. Kennedy adalah orang yang seumur hidupnya memperjuangkan perlunya reformasi sistem kesehatan di AS. Dan, baru pada masa Obama ini idenya itu bisa diterima dan sudah dimasukkan sistem APBN yang sedang diusulkan ke DPR.

    Tapi, Limbaugh juga sangat tidak menyukai perubahan itu. Begitu sengitnya perlawanan Limbaugh kepada pemerintahan Obama sampai-sampai dia terus mengampanyekan kata-kata ini: Saya mengharapkan Senator Ted Kennedy meninggal tepat di saat UU baru sistem kesehatan nasional itu disahkan. Ted kini memang sakit-sakitan. Dan, dia ingin bisa melihat perjuangannya itu berhasil sebelum dirinya meninggal. Dengan sinisnya, Limbaugh mengatakan dalam siarannya, ’’Jadilah UU itu nanti sebuah UU yang diberi nama UU yang hanya untuk mengenang Ted Kennedy.’’
    Komentar itu –meski memuaskan pengikutnya– tentu sangat memukul Kennedy. Apalagi, saat itu dia sedang sakit dan dalam kadaan seperti itu dia paksakan untuk ikut pertemuan puncak sistem kesehatan nasional. Karena itu, tokoh Demokrat menilai kata-kata Limbaugh tersebut telah melampaui batas dan memalukan. ’’Para tokoh Partai Republik harus menghentikan Limbaugh dan mengatakan kepadanya bahwa cukuplah sudah,’’ kata Brian Wolf, tokoh Demokrat.

    Tapi, Limbaugh tidak peduli. Bahkan, dia memanfaatkan situasi ekonomi yang sangat memburuk pekan lalu. ’’Obama berbicara soal kesehatan terus kerena dia gagal mengatasi krisis ekonomi,’’ kecamnya. (Bersambung)
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Thu Mar 12, 2009 12:12 pm

    Rabu, 11 Maret 2009 , 07:45:00

    Penantang Lain Tuduh Presiden Perang Melawan Investor
    Lawan-lawan Obama yang Mulai Tumbuh



    PENANTANG utama Presiden Barack Obama lainnya adalah penyiar televisi. Bukan sembarang penyiar, dia adalah pengasuh acara yang khusus mengomentari masalah ekonomi dan keuangan di TV nasional CNBC. Dia seorang doktor ekonomi terkemuka, wartawan senior, dan juga pengajar di beberapa universitas penting. Dia juga pernah menjabat kepala tim ekonomi perusahaan keuangan raksasa Bear Stearns yang kini sudah bangkrut itu.

    Dulu dia pengikut Partai Demokrat. Namun, sejak Presiden Ronald Reagan (Republik) masuk Gedung Putih, dia menjadi pejabat tinggi di pemerintahan itu. Dialah yang waktu itu mengurusi manajemen dan anggaran pemerintah. Dia seorang Yahudi, namun dalam proses penyembuhan dirinya akibat ketagihan alkohol dan narkoba di pertengahan 1990 lalu masuk Katolik. Lalu jadi badan penasihat Ave Maria Mutual Fund.

    Namanya: Larry Kudlow. Acara yang diasuhnya adalah: The Kudlow Report.
    Tiap hari dia nongol di stasiun televisi dan setiap hari pula dia menyampaikan komentar mengenai langkah-langkah Obama yang dia nilai salah besar. Pidato nasional Obama yang berisi penjelasan prinsip-prinsip APBN yang akan dia ajukan ke DPR pekan lalu, dinilai Kudlow sebuah pemikiran hancur-hancuran. Kudlow yang juga dikenal sebagai salah satu dari 250 ahli ekonomi yang menandatangani petisi perlunya Presiden George Bush melakukan “perang melawan terorisme,” kali ini menganggap pidato Obama itu sebagai “perang melawan investor.”

    Sebagai orang yang setiap hari harus mengomentari perkembangan ekonomi dan bursa saham, rupanya Kudlow sumpek melihat harga saham yang terjun bebas justru sejak Obama terpilih dalam pemilu sampai dia mengucapkan pidato nasional pekan lalu. “Inilah sebuah pidato untuk menyatakan perang terhadap investor, pengusaha, perusahaan, dan apa saja yang berbau ekonomi,” katanya.
    Pidato Obama itulah yang menurut Kudlow menjadi penyebab harga saham merosot sampai tinggal 6.500-an (dari yang tertinggi 14.000-an) sesaat setelah Obama menyelesaikan pidatonya. Dari pidatonya itu Kudlow menganggap Obama juga anti perusahaan besar, anti kekayaan pribadi, dan anti venture capital. Kebijakan Obama dia nilai sebagai “kebijakan anti pertumbuhan.” Di saat yang sama Obama mengikuti kebijakan “pajak tinggi”. Maka, Kudlow menyimpulkan secara sangar: ekonomi Amerika akan mengalami stagflasi. Yakni, di satu pihak menghadapi inflasi (kenaikan harga-harga barang), di pihak lain tidak ada kontraksi.
    Keadaan stagflasi dalam ekonomi sama dengan kondisi orang sakit liver yang komplikasi dengan sakit gula. Livernya menghendaki tambahan gula, sedangkan sakit gulanya menghendaki jangan makan gula.
    “Sama sekali tidak masuk akal,” ujar Kudlow. “Baik dilihat dari kacamata mengatasi krisis sekarang ini atau dilihat dari usaha jangka panjang untuk melakukan ekspansi ekonomi,” tambahnya.
    Kudlow memang termasuk ahli ekonomi yang beraliran supply side economy ---bahkan dia mendirikan persatuan untuk ahli-ahli ekonomi yang menganut aliran bahwa untuk bisa tumbuh ekonomi itu perlu dorongan. Karena itu, ahli seperti Kudlow selalu berpendapat bahwa pajak harus serendah-rendahnya agar orang bisa menggunakan uangnya untuk meningkatkan usaha. Dengan teori ini, iklim usaha akan bergairah dan ekonomi tumbuh subur.

    Bahkan, menurut ahli aliran ini, pajak bumi dan bangunan, pajak dividen, dan pajak capital gain itu sama sekali tidak perlu ada! Di Indonesia pajak untuk dividen (pembagian laba perusahaan) adalah 10 persen, dan pajak capital gain 28 persen. Supply side economy adalah aliran yang berpendapat bahwa untuk menggairahkan orang-orang agar memperbanyak produk barang dan jasa haruslah dengan cara memberi mereka iming-iming (insentif) yang menarik. Biasanya iming-iming itu diwujudkan dalam penentuan pajak yang rendah atau tanpa pajak sama sekali dan dikuranginya peraturan-peraturan pemerintah sampai sesedikit mungkin. Istilah supply side economy itu sendiri belum lama diciptakan. Baru pada 1975 oleh wartawan terkemuka, Jude Wanniski. Di dalam term ekonomi politik, istilah itu sering disamakan dengan apa yang popular disebut trickle down effect atau teori tetesan ke bawah.
    Kini aliran ini memang lagi “mati angina” karena hasil maksimalnya ternyata kerakusan dan kerakusan inilah yang sudah disepakati sebagai penyebab terjadinya krisis global yang sangat berat sekarang ini. Tapi, aliran ini berpendapat bahwa krisis adalah sesuatu yang wajar yang harus diatasi dengan sistem pasar bebas pula. Perusahaan yang memang harus mati biarlah mati dan kelak terbentuk lagi keseimbangan baru sambil belajar dari pengalaman masa lalu.
    Kalau aliran ini tetap dipertahankan (sebagaimana yang dianut di zaman George Bush bahkan dimulai sejak Ronald Reagan dan Clinton), keadaan memang sakit, tapi pada titik tertentu akan sembuh sendiri. Tentu dengan doa mudah-mudahan tidak ada yang lupa bahwa tawaran bunga tinggi itu bisa saja ternyata membuat uang justru melayang.

    “Apa yang dilakukan Obama sekarang ini tidak lain hanya mengulangi apa yang dilakukan Lyndon B. Johnson dan Richard Nixon dulu,” ujar Kudlow. “Menjauhi apa yang sudah dilakukan Clinton dan Reagan,” tambahnya. Kudlow pun lantas mengejek teman-temannya sesama profesional keuangan yang bekerja di bursa saham yang dalam kampanye lalu selalu mendukung Obama dengan slogan perubahannya. Dengan kata lain, Kudlow seperti ingin mengatakan kepada mereka “rasain” sekarang. Tidak ada kegairahan sama sekali di pasar modal. Setiap hari yang ada adalah kemurungan, kelesuan, dan putus asa.(*)
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Sun Mar 15, 2009 8:03 am

    Kamis, 12 Maret 2009 , 06:31:00

    Serang Presiden Sejam, 51 Kali Tepuk Tangan


    PIDATO nasional Presiden Barack Obama mengenai rencana pendapatan dan belanja negara yang baru (2010) minggu lalu membuat golongan konservatif semakin meneguhkan sikap bahwa Obama memang benar-benar sedang membawa Amerika Serikat menuju ke kiri. Ini membuat golongan kanan yang semula masih berharap bahwa setelah terpilih Obama bisa lebih ke tengah kehilangan harapan itu. Maka, golongan kanan pun kini semakin mengonsolidasikan diri.

    Wujud konsolidasi yang terbaru dan terjelas adalah diadakannya konferensi golongan kanan yang disebut konferensi aksi golongan konservatif di Washington pekan lalu. Yang hadir 6.000 orang dan disiarkan langsung oleh jaringan TV Fox News ke seluruh negara. TV Fox News dicitrakan sebagai jaringan TV yang dekat dengan golongan kanan, yang berarti berseberangan dengan jaringan TV CNN yang dicitrakan dekat dengan golongan liberal.

    Bintang pada konferensi itu adalah Rush Limbaugh, penyiar radio dengan gaji Rp 300 miliar setahun, yang kini menjadi lawan utama Presiden Obama di akar rumput. Keberaniannya melawan Obama secara terbuka bukan saja membuat pendengar siaran Limbaugh yang mencapai 30 juta orang itu naik terus, tapi juga membuat dia laris sebagai penceramah di mana-mana. Pada konferensi golongan konservatif pekan lalu itu dia mendapat alokasi pidato satu jam! Pidatonya luar biasa menarik. Dari catatan saya saja, 51 kali tepuk tangan meriah diberikan kepadanya. Limbaugh juga membuat hadirin tertawa ngakak sampai 16 kali. Bahkan, beberapa kali tepuk tangan itu disertai teriakan-teriakan kuur, rasanya sampai enam kali. Bahwa pidato itu sangat sugestif bisa dilihat dari seringnya hadirin meneriakkan kata seperti huuu setiap Limbaugh mengucapkan nama tertentu. Limbaugh sendiri juga kuat dalam bermimik, sampai-sampai untuk mengucapkan kata tertentu dia menunjukkan wajah yang sedang meringis atau mulut yang mencep (bahasa Jawa, untuk menunjukkan gerak bibir yang bisa mengesankan sedang meremehkan lawan, seperti yang sering diperagakan Megawati dalam wawancara di acara Kick Andy di Metro TV bulan lalu).
    Limbaugh benar-benar seimbang kalau diperlawankan dengan Obama dalam hal kepintaran berpidato. Dari segi isi, pidato Limbaugh juga sangat dalam. Saya malah menarik kesan bahwa dia bisa jadi ideolog aliran konservatif. Seolah-olah dialah orang yang paling sah menafsirkan apa itu ideologi konservatif di Amerika. Dia bisa menjelaskan dengan baik apa itu ideologi kanan golongan konservatif dengan cara yang sangat mudah dimengerti (lihat lanjutan tulisan ini besok).

    Dari segi lahiriah, pidato Limbaugh bahkan jauh lebih menarik daripada Obama. Pilihan kata-katanya sama hebatnya dengan Obama, tapi Limbaugh lebih lebih sering memeragakan humor, baik dengan kata-kata maupun gerakan.
    Waktu memulai pidato itu saja, Limbaugh sudah memesona dengan kisah humornya. Tentu sebuah humor yang sekaligus mengejek lawan politiknya di media ma-ssa, yang juga tidak kalah terkenal dan legendarisnya itu: Larry King, penyiar TV CNN, yang tentu dari golongan liberal. Bedanya, Larry King adalah “raja” di televisi, sedangkan Limbaugh “raja” di radio. Limbaugh masih muda, sedangkan Larry King (sebagaimana bisa dilihat di televisi) sudah kelihatan sekali rentanya. Tentu Limbaugh merasa lebih tinggi daripada King karena kedalamannya dalam dunia ideologi.

    Humor di pembukaan itu juga multitujuan karena bisa sekaligus menjelaskan mengapa orang selama ini menilai Limbaugh sebagai orang yang arogan atau sombong. Dia menganggap dirinya bukanlah orang yang sombong. Dia memang orang yang hebat! Simaklah humornya ini:
    Ketika Larry King meninggal dunia, dia dipersilakan oleh penjaga surga, Saint Peter, untuk melihat-lihat suasa indahnya surga. “Selamat datang Mr King, senang Anda mati dan bisa sampai di sini. Saya persilakan Anda melihat-lihat suasana di sini sebelum memutuskan Anda akan memilih tempat yang mana. Ada pertanyaan,” ujar Saint Peter.
    “Saya hanya ada satu pertanyaan saja. Apakah Rush Limbaugh ada di sini,” tanya Larry King. Tentu dengan nada yang iri.
    “Tidak. Dia tidak ada di sini. Dia masih belum punya waktu. Dia masih muda,” jawab Saint Peter.

    Lalu, Larry King jalan-jalan di surga, melihat-lihat tempat-tempat yang tak tepermanai indahnya. Lalu dia masuk ke bangunan yang paling indah dan paling besar. Begitu masuk, Larry King kaget melihat mahkota dengan tulisan Rush Limbaugh di mahkota itu.
    “Bukankah Anda mengatakan Rush Limbaugh tidak di sini,” tanya Larry King dengan penuh khawatir kepada Saint Peter.
    “Memang tidak. Ini kan kamarnya Tuhan. Itu mahkotanya Tuhan. Tuhan saja yang selalu berobsesi untuk bisa seperti Limbaugh!” jawab Saint Peter.
    Hadirin tertawa terpingkal-pingkal. Rush Limbaugh lantas menggarisbawahi kesimpulan humor itu. “Jadi, siapa bilang saya itu sombong,” katanya.

    Di awal pidato itu dia juga mencitrakan dirinya sebagai orang yang penting, lawan utama Obama dan tentu lawan seluruh golongan liberal. Tentu akan banyak ancaman melalui telepon selama dia berpidato itu nanti. “Tidak apa-apa. Sudah ada petugas yang menerima telepon di belakang,” katanya.
    Lalu Limbaugh mengemukakan bahwa hadirin tidak perlu waswas akan keamanan dirinya. Bagian ini juga bisa mengesankan bahwa dirinya adalah orang yang penuh percaya diri dan satiris sekaligus humoris. “Saya perkenalkan inilah kepala keamanan saya. Namanya Joseph Stalin. Saudara Joseph mohon berdiri...,” ujar Limbaugh tanpa menjelaskan apakah nama yang menakutkan itu bagian dari kepintarannya menyeram-nyeramkan keadaan. Joseph Stalin adalah nama yang amat terkenal sebagai pemimpin tertinggi komunis dunia di masa lalu yang menakutkan.
    “Jadi, di bawah pengamanan Joseph Stalin, saya safe di sini. Dijamin tidak akan ada serangan dari golongan liberal. Mana mungkin golongan liberal berani melawan Stalin,” guraunya.

    Pidato Limbaugh hari itu memang luar biasa sengitnya menyerang golongan liberal yang dia tuduh sebagai golongan kiri dan sedang membawa Amerika Serikat ke arah kiri. Terutama bisa dilihat dari kebijaksanaan APBN Obama yang, dia nilai, sangat pro-orang miskin dan antiorang kaya. “Amerika harus kita rebut kembali,” seru Limbaugh.
    Namun, Limbaugh juga menyadari bahwa golongan kanan lagi mengalami kesulitan yang sangat besar. Terutama untuk bisa merebut kembali Amerika dari golongan liberal. “Kita memang sedang dalam krisis kepemimpinan,” katanya. Golongan kanan memang masih sangat sulit memilih siapa yang bisa tampil di depan. George Bush sudah terbukti kalah angin. Dia tidak mau menampilkan lagi tokoh puncak yang pernah menjadi presiden dan ketika menjabat terbukti payah. John McCain juga sudah terlalu tua dan sudah terbukti kalah dalam pemilu lalu. Sarah Palin memang sangat kanan, tapi belum bisa jadi tokoh nasional. Ada calon lain yang muda, pintar, dan hebat. Dia adalah Bobby Jindal, gubernur Lousiana. Tokoh yang baru 38 tahun itu juga seperti Obama, tidak sepenuhnya kulit putih. Jindal adalah keturunan India. Tapi, rasanya juga kurang menarik bagi golongan kanan yang sangat fanatik kulit putih.

    Mereka harus mencari yang sebanding dengan Obama. Limbaugh memuji kehebatan Obama habis-habisan. Mulai kepintaran otaknya dan terutama cara berkomunikasinya. “Sayangnya, dia ingin membawa Amerika bangkrut. Jadi, saya harap dia gagal sebagai presiden,” ujarnya. (bersambung)
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Sat Mar 21, 2009 8:09 pm

    Sabtu, 21 Maret 2009 , 07:56:00


    RAPBN Krisis, Arena Perjudian Obama



    PRESIDEN Barack Obama minggu-minggu mendatang ini seperti memasuki arena perjudian besar di Amerika Serikat. Bukan saja untuk dirinya, juga untuk negara adikuasa itu. Akankah perubahan yang dijanjikan selama kampanye bisa dia lakukan? Atau terganjal oleh DPR yang kini lagi membahasnya? Tantangan dari kalangan konservatif sangat kuat. Agenda perubahan yang dia ajukan memang luar biasa besarnya. Bisa dibilang seperti mengubah arah kendaraan yang sedang melaju ke utara menjadi harus mengarah ke selatan.
    Dalam dua bulan ke depan ini, kita akan melihat situasi di AS mirip dengan suasana masa kampanye dulu. Obama akan banyak terjun ke lapangan, tampil di media, dan mengerahkan segala kemampuannya agar rencana anggaran tahunan (RAPBN) yang dia ajukan ke DPR tidak ditolak. Inti perubahan yang akan dia lakukan memang tecermin dalam rencana anggaran itu. Kalau DPR menolak RAPBN tersebut (atau menerimanya tapi dengan melakukan perubahan besar), Obama berada dalam keadaan kritis hanya dalam hitungan bulan pada awal masa jabatannya. Karena itu, Obama akan all-out memperjuangkan RAPBN-nya. Cara sukses yang pernah dia lakukan ketika mengegolkan anggaran stimulus hampir USD 1 triliun dulu akan dia ulangi. Bahkan dengan tambahan cara-cara baru lagi. Waktu itu Obama menekan wakil rakyat yang lagi bersidang dengan cara terjun langsung ke daerah-daerah yang terkena krisis.
    Di situ Obama menjelaskan langsung kepada rakyat mengapa dirinya harus menganggarkan stimulus sampai sebesar itu. Kalau saja Senat menolak, maka rakyat tahu siapa yang sebenarnya membela rakyat. Perdebatan di ruang wakil rakyat itu dia imbangi dengan perdebatan langsung di tengah masyarakat.
    Tapi, kini, persoalan yang dia hadapi lebih berat. Ini bukan lagi sekadar stimulus. Ini sudah menyangkut arah pembangunan negara yang sedang diusulkan untuk diubah. Anggota DPR dari Partai Republik sudah pasti akan menolak. Perubahan itu bukan saja mengubah apa yang sudah mendarah daging di masyarakat Amerika, tapi juga langsung menantang ideologi konservatif.
    Obama tahu risiko yang sedang dia hadapi. Karena itu, dia menyiapkan strategi kaki seribu.
    Kalau penentang utamanya, Rush Limbaugh, memiliki 25 juta pendengar setia di siaran radionya, Obama akan menggunakan 14 juta orang yang dulu mendukungnya lewat jaringan internet, e-mail, dan Blackberry. Kalau pendengar radio Limbaugh adalah pendengar yang pasif, 14 juta orang yang berada dalam jaringan e-mail Obama adalah orang yang aktif.
    Jaringan itu akan dia pakai untuk menjadi kelompok penekan opini. Kalau jaringan tersebut dulunya digunakan untuk membuat Obama terpilih jadi presiden, kini jaringan yang sama digunakan untuk kampanye meloloskan RAPBN.
    Bukan hanya itu. Tim Obama juga menggerakkan relawan untuk program mengetok pintu rumah tetangga. Lebih dari seribu orang akan bergerak mengetok rumah-rumah orang yang dianggap menghambat pengesahan itu. Masih ada lagi gerakan yang lebih langsung: pendukungnya akan lebih rajin menelepon, mengirim e-mail, dan bicara secara langsung dengan anggota DPR yang dulu mereka pilih.
    Lobi dan menekan anggota DPR akan terus dilakukan. Obama sendiri akan terus berkeliling daerah untuk bicara di depan umum, di media, dan di pertunjukan-pertunjukan lawak. Dalam waktu dekat, kita akan melihat suasana mirip masa kampanye dulu bakal terulang di Amerika. Rasanya baru sekali ini ada sebuah RAPBN diperjuangkan seperti pemilu saja. Rakyat diajak memperdebatkannya.
    Perdebatan di masyarakat akan menyaingi perdebatan di DPR. Bukan saja membicarakan uang itu akan digunakan untuk apa, tapi juga ke arah mana. RAPBN bukan dibicarakan di ruang tertutup oleh orang-orang tertentu saja di kamar hotel pula seperti membicarakan stimulus yang berakhir di KPK itu.
    Apa saja persoalan rumit di RAPBN Obama?
    Pertama adalah penanganan kesehatan. Sekarang ini terdapat 40 juta orang AS yang tidak tertangani oleh asuransi kesehatan. Obama akan membentuk asuransi kesehatan negara untuk orang miskin tersebut. Penentangnya menyatakan bahwa negara tidak harus menjadi agen asuransi seperti itu. Negara dianggap mengambil lahan bisnisnya pihak swasta.
    Padahal, ideologi bisnis haruslah hanya dilakukan oleh swasta diyakini sebagai kunci keberhasilan AS selama ini. Tidak pantas negara dengan menggunakan uang rakyat menjalankan bisnis yang akan menyaingi usaha rakyat/swasta. Itu sudah menyangkut hakikat ideologi kapitalisme melawan sosialisme.
    Lalu, soal pajak. Dalam RAPBN Obama, bisnis besar akan dikenai pajak lebih besar. Itu juga sudah menyangkut isu yang sangat sensitif di AS. Sama dengan kalau di Indonesia membicarakan soal jilbab atau Ahmadiyah atau Budha Bar.
    Ideologi kapitalisme tentu menolak keras sistem pajak seperti itu. Pengusaha besar, melalui kerja keras mereka, adalah pahlawan pembangunan negara yang harus dihargai. Mengapa harus dipajaki untuk orang yang tidak mau kerja keras.
    Obama sebenarnya tidak menaikkan pajak berlebihan. Dia hanya mengembalikan ke tarif pajak yang berlaku delapan tahun lalu. Tapi, kenikmatan pajak rendah itu sudah berjalan delapan tahun, sehingga mengembalikan ke tarif lama dianggap antiorang kaya. Memang, Presiden Bush yang melakukan pemotongan pajak yang sangat rendah delapan tahun lalu.
    Di isu pajak ini, kalangan konservatif merasa khawatir pengusaha besar akan meninggalkan Amerika. Mereka bisa secara diam-diam memindahkan operasional perusahaan mereka ke negara yang memberi insentif pajak lebih baik.
    Kota seperti New York sangat sensitif dengan isu seperti itu. Demikian pula bursa saham Wall Street. Turunnya indeks harga saham sampai menjadi sekitar 6.500 beberapa hari lalu kurang lebih akibat isu tersebut. Kalau saja pelarian modal itu sampai terjadi, timbul pertanyaan besar: apakah rencana ekonomi Obama akan berhasil? Di sini perdebatan akan sangat seru.
    Tidak ada cara ampuh bagi Obama untuk mencegah larinya modal dari AS. Seruan agar mementingkan produk dalam negeri atau sejenisnya tidak akan efektif di negara demokrasi liberal. Karena itu, Obama akan menekan mati-matian negara lain (di forum G-20 di London akhir bulan ini) agar jangan memanfaatkan situasi di AS yang lagi mengenakan pajak tinggi. Obama tentu akan menekan negara yang memotong pajak dengan motif untuk menarik modal dari AS.
    Soal sensitif lainnya adalah dihapusnya subsidi untuk pertanian. Itu sama sensitifnya dengan dihilangkannya subsidi pupuk di Indonesia. Di isu ini, penentangnya bukan hanya dari Partai Republik. Anggota DPR dari Partai Demokrat pun bisa-bisa akan banyak yang menentang. Mereka takut tidak terpilih lagi pada pemilu mendatang.
    Obama memang akan menggerakkan jaringan partainya untuk menjaga anggota DPR dari partainya sendiri, tapi tidak mudah meyakinkan mereka. Rumah anggota DPR dari Partai Demokrat rupanya akan menerima banyak ketukan pintu di rumahnya.
    Isu yang lain lagi adalah soal defisit anggaran. Dalam RAPBN yang sedang diperjuangkan ini, Obama merencanakan defisit USD 1,75 triliun. Itu sama artinya dengan 20 persen dari GDP (produk domestik bruto) Amerika. Inilah defisit terbesar dalam sejarah AS. Juga defisit dengan persentasi terhadap GDP yang luar biasa (APBN Indonesia tahun ini dibuat defisit 3 persen).
    Defisit yang besar itu sama artinya dengan menambah utang yang sudah sangat besar. Bukan saja kalangan AS sendiri yang khawatir. Perdana menteri Tiongkok pun, Wen Jiabao, secara terbuka mengemukakan apakah uang Tiongkok yang selama ini ‘’dipinjamkan’’ ke AS dalam posisi aman. Maklum, ada sekitar USD 1 triliun uang Tiongkok yang dipakai oleh AS. Obama sampai harus memberikan jaminan secara terbuka bahwa uang Tiongkok tersebut akan tetap aman.
    Obama menyatakan defisit besar itu hanya sementara. Kian tahun defisit tersebut dia janjikan akan menurun. Pada akhir pemerintahannya empat tahun mendatang, defisit itu akan tinggal sekitar USD 500 miliar. Dan dalam delapan tahun ke depan sudah menjadi sangat kecil. Itulah yang diragukan penentangnya.
    Kali ini juga bukan hanya dari Partai Republik, juga dari sementara kalangan Demokrat sendiri. Memang harus dipertanyakan: kalau saja terjadi arus modal keluar dari AS, apakah perencanaan itu tidak akan meleset. Melihat dan mengikuti semua itu, kita di Indonesia seperti lagi belajar bagaimana sebaiknya APBN/APBD kita dibicarakan dan ke mana akan diarahkan. (*)
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Mon Mar 23, 2009 2:09 pm

    Senin, 23 Maret 2009 , 09:09:00

    Komite Aksi Merebut Uang Kembali



    KETIKA ke Singapura kemarin, saya mencatat dua peristiwa menarik yang terkait dengan krisis ekonomi dunia sekarang ini. Yang pertama mengenai aksi para pembeli minibond. Yang kedua mengenai dikaitkannya gaji pegawai negeri dengan krisis ekonomi.Mengenai minibond, aksi itulah yang bisa menjadi harapan baru bagi orang-orang Indonesia yang uangnya amblas di Singapura. Terutama, mereka yang menempatkan uangnya dalam bentuk minibond. “Kami berharap teman-teman dari Indonesia bergabung bersama kami untuk meminta uang itu kembali,” ujar Steve Yap kepada saya. “Uang keluarga saya sendiri lebih Rp 2 miliar terbelit di situ,” ujar Steve, yang dua tahun lalu pensiun dari perusahaan asing di Singapura.

    Menurut Steve, 55, tercatat 8.000 orang yang menempatkan uangnya di minibond. Banyak juga yang dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia. Steve dan teman-teman Singapuranya sudah membentuk komite aksi untuk mengurus investasi mereka di perusahaan derivatif itu. “Asal kita kompak, harapan untuk meraih uang itu sangat besar. Di Hongkong sudah berhasil,” katanya. Steve juga sudah memasang iklan di harian berbahasa Mandarin, Guo Ji Ribao (Jawa Pos Group), di Jakarta pekan lalu. “Kami berharap kalau sudah terkumpul 1.000 orang, baru komite mulai memasukkan klaim dan langkah hukum lainnya,” ujar Steve. Untuk itu sebuah pertemuan investor minibond sudah dilaksanakan awal bulan tadi. Sebuah pertemuan lagi akan dilakukan sebelum akhir bulan ini.

    Di antara 8.000 investor minibond tersebut, sudah sekitar 4.000 orang yang melakukan klaim. Tapi, tidak ada yang terorganisasi sehingga tidak berhasil. Kalau toh ada yang mendapatkan kembali uangnya, mereka hanyalah orang-orang yang dianggap sangat miskin dengan nilai investasi yang kecil.Minibond (lihat buku saya yang berjudul Kentut Model Ekonomi) ternyata sebenarnya bukanlah sebuah bond. Minibond ternyata produk derivatif yang dikeluarkan PT Minibond, sebuah perusahaan dengan modal hanya 2 dolar yang berpusat di sebuah pulau nyaris tak berpenghuni di Laut Karibia sana. Banyak orang yang tertarik untuk menempatkan uangnya di Minibond karena bisa mendapat bunga sedikit lebih baik daripada bentuk-bentuk invetasi lain, seperti deposito atau membeli bond. Karena dinamakan minibond, orang mengira ini juga sebuah bond yang biasanya disandarkan pada jaminan sebuah perusahaan. Tidak tahunya, minibond hanyalah nama. Praktiknya, uang yang terkumpul dibelikan produk-produk derivatif, terutama yang jaminannya adalah kredit yang jelek (default credit swaps/DCS) yang juga disebut subprime morgate.

    Yang menarik, minibond ini hanya dijual di Hongkong, Taiwan, dan Singapura. Tidak ada di Jepang, Eropa, atau AS sendiri. Banyak sekali pensiunan menempatkan uangnya di sana, sehingga ketika terjadi krisis, banyak investor yang menjerit. “Di sini ada yang sampai jadi sopir taksi,” ujar Steve. “Satu-satunya uang untuk sumber hidupnya ditaruh di minibond,” tambahnya.
    Komite Aksi Minibond di Singapura ini juga sudah menunjuk pengacara bernama Conrad Campos. “Tidak gampang cari pengacara untuk kasus ini. Banyak pengacara yang terkait dengan institusi keuangan. Kami mencari pengacara yang tidak memiliki benturan kepentingan,” katanya. “Juga yang bisa diajak nego soal bayaran dan taktik untuk berjuang,” tambahnya.
    Komite ini juga sudah membangun website (www.miagsg.com) sehingga siapa pun bisa berorganisasi lewat website itu. Semua syarat dan tanya jawab disediakan di website itu. Singapura memang punya pengalaman melakukan klaim secara bersama-sama melalui website seperti itu. Yang paling terkenal ketika 5.000 orang menggugat sebuah klub yang menjanjikan kenyamanan, tapi mencari anggota melebihi kapasitas klub. Gugatan ramai-ramai itu ternyata menang.
    Tidak ada demo, tidak ada perusakan. Tapi, aksi mereka sangat efektif.
    Cerita menarik kedua adalah tersiarnya edaran untuk pegawai negeri di sana. Karena krisis ekonomi tidak segera membaik, pegawai negeri menerima edaran bahwa kemungkinan gaji mereka dipotong. Ini terutama untuk golongan yang atas. Demikian juga bonus untuk pegawai negeri tahun ini sangat mungkin nol.
    Karena yang demikian ini baru terjadi pertama, orang pun menarik kesimpulan bahwa gaji pegawai negeri di Singapura juga dikaitkan dengan kinerja capaian ekonomi negara. Kalau ekonomi negara jelek, gaji pegawai negeri juga dipotong. Dengan demikian, negara Singapura seperti sebuah perusahaan swasta saja.
    Memang di sana ada unsur bonus dalam komponen gaji. Terutama bonus tahunan. Mirip yang terjadi di swasta. Kalau pertumbuhan ekonomi negara sangat baik, bonusnya juga sangat baik. Dengan demikian, pegawai negeri juga harus memikirkan apakah pekerjaan yang dia lakukan membuat pertumbuhan ekonomi negara naik atau turun.
    Di Indonesia bonus pegawai negeri bisanya diberikan dalam bentuk gaji ke-13. Itu pun tidak pernah dikaitkan dengan performance ekonomi negara. Tapi, kalau sistem itu diterapkan, mungkin juga tidak pernah ada yang bisa dapat bonus, mengingat belum terukurnya kinerja pegawai negeri dalam ikut menumbuhkan ekonomi. Jangan-jangan malah hanya menghambat.
    Tapi, baru sekali ini terjadi pegawai negeri tidak akan dapat bonus pertumbuhan dan bahkan gajinya dipotong. Tahun ini pertumbuhan Singapura kira-kira memang akan minus lima. Bahkan, bisa-bisa akan minus delapan. Indonesia yang diperkirakan bisa tumbuh 4,5 persen, kalau benar-benar terjadi, akan menjadi negara dengan pertumbuhan nomor empat terbaik di dunia setelah Tiongkok (Cool, India (6), Arab Saudi (5). Negara-negara selebihnya akan tumbuh di bawah itu, bahkan mayoritas akan minus. (*)
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Wed Mar 25, 2009 9:30 pm

    Rabu, 25 Maret 2009 , 07:33:00

    Penanganan Aset Warisan Gaya Obama


    TUMBEN, pasar modal Amerika Serikat tiba-tiba bergairah. Itu terjadi karena Obama akhirnya membikin kebijakan yang bisa menyenangkan bursa saham. Dalam dua hari ini, indeks harga saham melejit mencapai 7.775. Naik mendadak hampir 7 persen. Pengaruhnya juga ke seluruh dunia. Termasuk ke pasar modal Jakarta.
    Pemerintahan Obama akhirnya memang mengeluarkan rancangan rinci bagaimana harus mengatasi banyaknya aset beracun. Yakni, aset yang disita dari kredit macet yang sebenarnya kurang ada harganya itu. Dalam term pemerintahan Obama, istilah aset beracun atau agunan setengah bodong tidak dipakai lagi. Dalam pemerintahan Obama, sekarang aset-aset beracun itu secara resmi disebut ’’aset warisan’’.

    Istilah itu bisa mengandung makna ganda. Kalau dinamakan aset beracun, kesannya menakutkan. Padahal, Obama kini punya program menjual cepat aset-aset itu. Kalau dikatakan beracun, siapa yang mau beli. Obama memilih istilah ’’aset warisan’’ sekaligus untuk mengingatkan bahwa keruwetan itu tidak lain adalah warisan pemerintahan Partai Republik. Kesan memojokkan itu harus dibuat karena anggota DPR dari Partai Republik kini selalu menentang program Obama. Maka kelak, kalau aset warisan itu hanya laku dengan harga murah, jangan salahkan Obama. Salahkan yang mewariskan. Kira-kira begitu.
    Bagaimanakah Obama menyelesaikan aset beracun, eh, aset warisan itu? Samakah dengan Indonesia, yakni membentuk BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)? Atau seperti Swedia –yang untuk sementara mengambil alih bank-bank tersebut?
    Obama punya jalan sendiri. Obama membentuk yang disebut TARP –Troubled Assets Relief Program. Program untuk menyelamatkan aset-aset bermasalah. Yakni, satu badan investasi gabungan antara pemerintah dan swasta, dengan kredit dari dana stimulus dan dijamin oleh asuransi lembaga khusus.
    Misalnya begini: Anda dulu membeli rumah seharga Rp 1 miliar melalui mortgage (KPR). Karena krisis, Anda tidak bisa melunasi rumah tersebut. Bank menyita rumah Anda. Rumah-rumah (dan banyak harta lainnya) seperti inilah yang disebut aset warisan. Tapi, rumah itu ternyata jeblok. Tidak ada yang mau membeli. Karena itu, rumah-rumah yang disita tersebut akan dilelang.
    Dalam keadaan sekarang, tidak akan ada orang yang mau ikut lelang. Pertama, tidak ada lagi orang yang punya uang. Kedua, untuk apa dibeli kalau harganya tidak akan naik banyak. Maka, aset warisan itu akan dilelang dengan skema khusus. Siapa saja yang mau membeli, tidak perlu semua dari dana sendiri. Yang 70 persen berupa kredit bank. Bank mau memberikan kredit kepada Anda karena dijamin oleh lembaga hebat yang disebut FDIC (akan saya jelaskan di alenia berikutnya). Sisanya, yang 30 persen, juga tidak harus Anda semua yang membayar. Anda hanya akan membayar separonya. Separonya lagi dibayar oleh dana pemerintah sebagai penyertaan.
    Jadi, misalnya, rumah Rp 1 miliar tadi, Anda tawar dengan harga Rp 600 juta. Anda dinyatakan sebagai pemenang. Maka, Anda akan memperoleh kredit Rp 400 juta. Lalu, pemerintah menyertakan uang kepada Anda Rp 100 juta. Anda sendiri cukup menyediakan Rp 100 juta.
    Harapannya, kalau ekonomi sudah pulih, rumah itu akan bisa dijual dengan harga yang tinggi. Meski tidak bisa kembali menjadi Rp 1 miliar, katakanlah bisa menjadi Rp 800 juta. Maka, Anda bisa memperoleh keuntungan yang besar. Pemerintah juga mengambil bagian keuntungannya. Sebaliknya –ini hebatnya– kalau harga rumah itu kelak merosot menjadi tinggal Rp 500 juta, Anda tidak usah menanggung kerugian. Pemerintah yang akan menanggung. Mungkin, pemerintah sudah menghitung bahwa tidak mungkin akan terjadi kerugian. Insentif menanggung kerugian tadi hanyalah sebagai daya tarik tambahan.
    Melihat rancangan itu, kontan pasar modal bergairah. Apalagi, nilai aset warisan yang akan dilelang bisa mencapai USD 1 triliun! Ekonomi pun akan bisa bergerak cepat. Itu terjadi kalau semua berjalan sesuai dengan rencana. Dana untuk ikut membeli aset warisan tersebut diambilkan dari dana stimulus yang sudah disetujui DPR –meski semua anggota dari Partai Republik menentang.
    Siapakah FDIC yang bisa memberikan jaminan kredit bank saat semua bank kekeringan dana cash? Lembaga tersebut sangat terkenal di Amerika Serikat. Itulah lembaga yang selama ini menjamin semua deposito para penabung di bank-bank Amerika. FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) didirikan pada 1933 ketika Amerika Serikat dilanda krisis berat. Krisis waktu itu begitu berat sehingga disebut depresi.
    Saat itu bank yang tutup saja, menurut Wikipedia, mencapai 4.004 (angka ini sangat menarik ya). Penabung nyaris kehilangan tabungan mereka. Kepercayaan kepada bank hilang sama sekali. Pemerintah lantas turun tangan membentuk lembaga itu. Modal yang diberikan USD 289 juta. Itu bukan hibah. PDIC harus membayar kembali.
    Dengan adanya penjaminan deposito itu, kepercayaan kepada bank lama-lama pulih. Pemilik deposito pun akhirnya bisa mendapatkan kembali dana mereka rata-rata 85 persen dari nilai tabungan. Tapi, yang lebih penting adalah kepercayaan kepada bank kembali lagi dan PDIC akhirnya bisa mengembalikan dana pemerintah itu pada 1948.
    Sejak 1980, PDIC mampu memberikan penjaminan kepada pemilik deposito maksimum USD 250.000. Angka itu memang sangat besar. Tapi, untuk mencapai angka itu juga dilakukan secara bertahap. Dulu PDIC hanya mampu memberikan jaminan USD 5.000. Lalu, naik dan terus naik. Tapi, jaminan USD 250.000 sekarang ini juga dinilai berlebihan. Tidak sehat. Bisa dianggap terlalu memanjakan manajemen bank yang bagaimana pun harus lebih hati-hati dan harus ikut mengambil risiko. Karena itu, nilai penjaminan tersebut akan diturunkan lagi ke level pada 1980, yakni sebesar USD 100.000.
    Memang, Obama belum memutuskan program TARP tersebut secara bulat. Baru minggu depan finalnya. Tapi, tidak mungkin Obama mundur lagi. Sambutan dari pasar modal luar biasa.
    Bukan berarti tidak ada kritik. Pengkritiknya bahkan ahli ekonomi yang amat terkenal dan selama ini selalu memuji Obama. Yakni, pemenang Nobel ekonomi tahun lalu, Paul Krugman. Dia mengkritik habis kebijakan Obama itu. Dia menilai, tetap saja Obama seperti Bush: memasukkan uang kontan ke kotak sampah. Krugman yang selama ini selalu memuji langkah Obama, sekali ini, mengkritik dengan sangat tajam. Dia menilai Obama sudah mulai melakukan kompromi untuk menyenangkan pasar modal.
    Krugman menilai, seharusnya tata kelola keuangan di pasar modal dibereskan dulu. Kalau tidak, ketika ekonomi membaik, akan terjadi krisis lagi. Krugman tetap memuji cara yang dilakukan Swedia (ketika Swedia krisis pada 1980-an) dulu adalah yang terbaik.
    Ada juga keraguan apakah pihak swasta sudah tertarik dengan skema Obama itu. Salah satu yang menyebabkan swasta ragu adalah jangan-jangan pemerintah kelak membuat berbagai peraturan yang merugikan manajemen perusahaan yang membeli asset warisan tersebut.
    Mereka mengambil contoh dihebohkannya pembagian bonus kepada para direktur dan manajer AIG senilai USD 170 juta (Rp 2 triliun) baru-baru ini. Obama –dan rakyat– marah besar. Mengapa pada masa krisis seperti ini, dan AIG menerima bantuan penyelamatan dari uang rakyat yang amat besar, masih juga tega mengeluarkan uang sebesar itu untuk bonus tahunan.
    Pihak AIG menilai, bonus itu harus dibayarkan sebagai dengan konsekuensi atas kontrak yang sudah ditandatangani dulu. Kalau tidak, AIG bisa diperkarakan sebagai perusahaan yang mengingkari kontrak. Sebaliknya, Obama tidak kekurangan akal. Dengan dukungan DPR, Obama mengegolkan UU khusus untuk memajaki penerima bonus tersebut 95 persen! Dengan demikian, logikanya, biarpun AIG memberikan bonus besar, bonus tersebut 95 persen jatuh lagi kepada negara.
    Partai Republik mengecam Obama. Tidak selayaknya UU Pajak dibuat untuk kasus per kasus dan untuk kemarahan detik ke detik seperti itu. Rupanya penerima bonus sendiri tahu diri. Sebagian di antara mereka sudah mengembalikan. Hingga kemarin, angkanya sudah mencapai USD 50 juta.
    Para calon pembeli aset warisan itu teringat akan UU Pajak dadakan itu. Jangan-jangan kelak, kalau aset yang dibeli itu memberikan keuntungan besar, para manajer perusahaan tersebut juga dilarang menerima bonus. Hanya dengan alasan, dulu, membelinya dengan uang dari pemerintah.
    Masih terus menarik mengikuti perkembangan penanganan aset warisan gaya Obama ini. Jadi dilaksanakan atau tidak?**
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Tue Mar 31, 2009 3:49 pm

    Selasa, 31 Maret 2009 , 06:37:00

    Catatan Ringan Beli Kursi di Langit


    SEJAK Mandala dikenal cukup on time, banyak orang pindah ke penerbangan itu. Termasuk saya. Garuda sudah terasa terlalu mahal. Apalagi Mandala juga sudah menggunakan pesawat yang relatif baru: Airbus 319 atau Airbus 320. Orang seperti saya, on time termasuk pertimbangan yang penting. Antara satu janji dan janji yang lain sering agak mepet. Karena itu, meski Garuda terkenal mahal, orang tetap memilih Garuda karena on time. Memang banyak orang memilih Garuda karena perasaan lebih safe. Tapi ketika kelebihan-kelebihan Garuda itu juga sudah bisa dipenuhi Mandala, orang lantas memilih yang lebih murah.
    Memang di Mandala tidak memperoleh makanan/minuman. Tapi, untuk terbang jarak pendek seperti Surabaya-Jakarta, faktor makanan tidaklah penting. Tidak mungkin orang mati kelaparan dalam penerbangan satu jam. Apalagi orang seperti saya, begitu naik pesawat memilih segera tidur! Ketika masih sering naik Garuda dulu, meski di kelas eksekutif, saya sering berpesan agar kalau sedang tertidur jangan dibangunkan hanya untuk makan.
    Kini memang sedang dalam ujian: apakah Mandala bisa mempertahankan citra on time-nya itu. Pada 25 Maret lalu, ketika terbang dari Jakarta ke Balikpapan dengan Mandala, saya bertemu teman-teman asal Surabaya di lounge Mandala di terminal 1 Cengkareng. Mereka sekeluarga lagi kelihatan kusut. Oh, ternyata mereka lagi transit untuk cing bing (ziarah kubur) ke Jambi. Pesawat Mandala yang dia naiki terlambat tidak tanggung-tanggung: 7 jam! Mestinya berangkat pukul 9 pagi, baru akan berangkat pukul 4 sore.
    Ujian berikutnya: mempertahankan citra safe! Pesawat itu, baru atau lama, sebenarnya tidak terlalu ada hubungannya dengan safe atau tidak. Biarpun pesawat lama, kalau pemeliharaan dan prosedur pemeriksaannya sempurna, ia akan sama safe-nya dengan pesawat baru. Namun juga bisa dipahami bahwa secara psikologis, naik pesawat baru lebih safe. Dan Mandala tahu menjaga perasaan penumpang tersebut. Karena itu, dia menggunakan pesawat yang relatif baru.
    Sebagian pesawat itu kelihatannya pindahan dari India. Terlihat di layar monitornya masih ada display tulisan yang berbunyi Deccan (sebuah kawasan di selatan India, Red) dengan desain khusus. Saya langsung teringat ketika tahun lalu ke India. Di beberapa rute, saya naik pesawat Deccan Airways. Di India memang banyak perusahaan penerbangan swasta. Semuanya menggunakan pesawat-pesawat relatif baru. Saya dengar persaingan di sana sangat keras dan belakangan beberapa di antara mereka merger.
    Di Mandala kita juga bisa naik kelas "eksekutif". Syaratnya juga ringan: hanya membayar tambahan Rp 50.000/orang. Dengan membayar uang tambahan itu, Anda bisa duduk ke kursi paling depan. Memang kursi "eksekutif" itu tidak beda dengan yang ekonomi, namun duduk di depan lebih baik: bisa cepat-cepat keluar dari pesawat untuk mengejar jadwal. Berarti ada enam tempat duduk (tiga di kiri dan tiga di kanan) yang bisa dijual Rp 50.000-an. Tambahan Rp 300.000 rupanya dianggap penting sehingga pesawat yang mestinya berisi 120 itu bisa menghasilkan uang 121.
    Waktu ke Singapura pekan lalu pun, saya naik pesawat murah: Value Air. Sebelum krisis, saya selalu naik Singapore Airlines (Silk Air) atau Garuda. Di rute Surabaya-Singapura ini, kita harus bangga: orang lebih menyenangi Garuda daripada pesawat Singapura itu. Kursi kelas eksekutifnya jauh lebih enak Garuda: lebih besar dan lebih longgar. Demikian juga kursi kelas ekonominya: lebih longgar.
    Tapi, naik pesawat murah (biasa disebut budget airlines) juga tidak menderita. Meski kalah dengan Garuda, tapi kelas ekonominya tidak kalah dengan Silk Air yang mahal. Toh waktu kedatangannya sama saja: 2 jam. Saya memang sudah lama ingin mencoba pesawat murah untuk Singapura. Motifnya: ingin melihat budget terminal di Changi.
    Sejak tahun lalu bandara Singapura memiliki empat terminal: terminal 1, terminal 2, terminal 3, dan terminal murah (budget terminal). Terminal 1, 2, dan 3 berada dalam satu wilayah yang dihubungkan dengan kereta khusus. Terminal 1 paling sederhana, terminal 2 lebih mewah, dan terminal 3 mewah sekali. Sedangkan terminal murah (untuk penerbangan-penerbangan murah) berada terpisah yang tidak ter-connect dengan tiga terminal lainnya. Saya ingin sekali melihatnya. Satu-satunya cara sudah tentu kalau saya naik pesawat murah.
    Saya check-in agak telat hari itu. Karena itu, saya mendapat tempat duduk sangat belakang: dekat toilet. Saya sudah berusaha minta agak depan, tapi tidak ada lagi yang kosong. Padahal, saya harus cepat-cepat keluar dari pesawat agar bisa antre paling depan di imigrasi nanti. Dari bandara, saya harus langsung ke tempat acara perkawinan yang waktunya sudah mepet.
    Begitu masuk pesawat, saya lihat kursi deretan depannya kosong. Saya ingin duduk di situ, tapi pramugari berkeras minta boarding pass untuk melihat nomor kursi saya. Maka, saya pun ketahuan harus duduk di belakang. Sambil berjalan ke belakang, saya lihat dua deret kursi di bagian tengahnya kosong. Yakni di deretan dekat pintu darurat. Saya ngotot mau duduk di situ saja: daripada di dekat toilet.
    Ternyata saya juga dilarang duduk di situ. Semula saya mengira karena kursi-kursi itu di dekat pintu darurat. Maka saya bilang: saya tahu bagaimana harus bersikap ketika duduk di dekat pintu darurat. Saya sudah sering diajari pramugari bahwa seseorang yang duduk di kursi seperti itu harus tahu bagaimana cara membuka pintu darurat. Sehingga kalau terjadi kecelakaan, harus tahu apa yang pertama-tama harus dilakukan.
    Ternyata ini bukan soal keterampilan membuka pintu darurat. “Duduk di kursi itu harus membayar uang tambahan 10 dolar,” ujar sang pramugari.
    “Dolar Singapura?” tanya saya. “Ya,” jawabnya. “Saya mau bayar,” kata saya.
    Lalu, saya teringat jangan-jangan kursi kosong paling depan tadi urusannya juga hanya soal bayar-membayar.
    “Berarti saya boleh juga duduk di deretan nomor 1 itu?” tanya saya. “Oh, kalau itu bayarnya 20 dolar,” katanya. “Saya mau,” kata saya.
    “Kalau begitu, silakan,” jawabnya.
    “Bisa bayar di atas pesawat sini?” tanya saya.
    “Bisa!” katanya.
    Maka, saya dan istri kembali ke depan. Membuka dompet dan membayar 40 dolar (sekitar Rp 300.000) untuk dua orang. Saya memang membiasakan mengisi uang-uang asing di dompet saya: dolar Singapura, Malaysia, bath Thailand, dolar Hongkong, dolar AS, dan terutama ren min bi Tiongkok.
    Dengan pengalaman ini, saya tersenyum: wah semakin pintar saja orang cari uang. Jangan-jangan kelak, kursi di dekat jendela juga punya harga berbeda. Kursi di aisle (gang tempat jalan) juga bertarif tidak sama. Tapi, kalau kursi di kokpit juga dijual meski dengan harga mahal, saya ingin juga mencoba sekali-kali.
    Meski pesawat murah, ternyata enak juga. Pesawatnya juga Airbus 320. Yang membuat saya agak kecewa adalah: ternyata pesawat ini mendarat di terminal 1. Dengan demikian, gagallah keinginan saya merasakan seperti apa itu terminal murah.
    “Mengapa tidak mendarat di budget terminal?” tanya saya kepada pramugari.
    “Ini bukan budget airlines,” jawabnya.
    “Lho, memangnya ini pesawat apa?” tanya saya.
    “It is low cost carrier,” jawabnya. (“Ini pesawat murah”).
    “Apa bedanya budget airlines dengan low cost carrier?” tanya saya.
    “Budget carrier kan semua harus bayar sendiri. Misalnya, makanan dan minumannya,” katanya.
    Oh, saya jadi lebih bingung. Di penerbangan ini, saya memang diberi air dan sepotong roti, tapi untuk makanan dan minuman lainnya, saya juga harus beli. Kursi pun harus beli. Saya benar-benar tidak tahu apa beda budget carrier dengan low cost carrier. Saya tidak mau pusing memikirkannya.**
    Belldandy
    Belldandy
    Moderator Umum


    1395
    Age : 40
    Lokasi : Pontianak
    19.01.09

    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Belldandy Mon Apr 06, 2009 12:51 pm

    Senin, 06 April 2009 , 11:59:00

    Tak Percaya Bank, Pilih Simpan di Kotak tanpa Bunga
    Ikhtiar Para Pemilik Uang di Hongkong ketika Masa Krisis



    Banyak cara dilakukan orang untuk menyimpan atau menyelamatkan uang mereka di masa krisis. Yang dilakukan sebagian orang di Hongkong ini cukup menarik. Berikut catatan Dahlan Iskan yang tadi malam menempuh perjalanan ke Hangzhou via Hongkong. DAHLAN ISKAN, Hangzhou

    DALAM perjalanan dari Hongkong ke Hangzhou tadi malam, saya bisa tahu apa yang dilakukan sebagian pemilik uang di masa krisis seperti ini. Misalnya, seperti yang diceritakan teman yang seperjalanan dengan saya ini. Dia orang Hongkong, bekerja sebagai eksekutif di beberapa perusahaan. Umurnya kira-kira 60 tahun dan mengaku memiliki tiga anak yang semua sudah dewasa. Dia bercerita bagaimana harus menyelamatkan uangnya ketika krisis mulai melanda dunia (termasuk Hongkong) delapan bulan lalu. Dia buru-buru mencairkan uangnya yang ada di beberapa bank. Lalu membawanya pulang dalam bentuk cash. Melihat perkembangan krisis yang gawat saat itu, dia tidak percaya bahwa uangnya akan selamat di bank-bank tersebut.

    Namun, dengan tindakannya itu, dia belum juga merasa tenang. Dia merasa apakah menyimpan uang di rumah seperti itu juga akan selamat. Baru beberapa hari menyimpan uang di rumah, dia memutuskan kembali ke bank. Bukan untuk mendepositokan atau menabungkan uangnya, melainkan untuk menyewa safety box, kotak penyimpan barang berharga. Uangnya lalu dia masukkan ke kotak itu. Dia kunci.
    Sebagaimana aturan yang berlaku, dia memegang satu kunci dan kunci yang satu lagi dipegang pihak bank. Safety box lantas disimpan di bagian penyimpanan yang biasanya tahan api di gedung bank tersebut.“Kami melakukan itu karena waktu itu tidak tahu bank mana yang masih bisa dipercaya,” katanya. “Bayangkan, bank sebesar Lehman Brothers saja bangkrut,” tambahnya. “Karena itu, lebih baik saya amankan sendiri saja dulu,” lanjutnya. Setiap bulan dia lantas datang ke bank tersebut. Dia minta untuk bisa melihat kotak itu, membukanya, melihat isinya dan menutupnya kembali. Begitulah selama delapan bulan, setiap bulan dia menengok "bayi"-nya itu. Juga untuk membayar sewa serta mengurus perpanjangan masa penyimpanannya.

    Dia menyewa safety box yang besarnya dua kali kotak sepatu. “Mula-mula mau menyewa yang kecil saja, tapi tidak cukup. Lalu menyewa yang agak besar,” katanya. Untuk itu, dia membayar sekitar Rp 100.000 sebulan. “Kalau ekonomi sudah stabil dan perbankan sudah baik, pasti saya akan mendepositokan kembali uang itu,” katanya. “Tapi, biar dululah di situ. Lihat-lihat perkembangannya,” tambahnya.
    Dia tahu, dengan cara begitu, dirinya tidak bisa mendapat bunga. Bahkan, justru harus keluar biaya penyimpanan. Namun, dia merasa itu masih lebih baik daripada uangnya "menguap". Satu-satunya harapan adalah kalau nilai tukar uang tersebut membaik. Meski tidak memperoleh bunga, bisa mendapatkan selisih kurs. Tapi, bisa juga kursnya justru melemah sehingga secara kurs pun dia merugi. “Kalau rugi, tidaklah,” katanya. “Saya menyimpannya kan dalam bentuk tiga mata uang. Saya kira-kira sendiri saja mana mata uang yang aman dan nilainya masih akan terus meningkat,” ujarnya. “Salah satu di antaranya pasti renminbi,” tambahnya.
    Dengan demikian, kalau kurs salah satu mata uang itu turun dan satunya naik, masih bisa impas. “Kalau tiga-tiganya turun semua, ya sudah nasib. Tapi, turunnya kan tidak akan banyak,” tambahnya.

    Berapa banyak orang yang melakukan penyelamatan uang seperti itu" "Banyak sekali. Setiap bulan saya bertemu dengan orang-orang yang juga sedang mengecek kotak penyimpanan uangnya," katanya. Dia tidak mau menyebutkan berapa nilai uang yang disimpan di situ. Namun, dia mengatakan, itulah satu-satunya harta yang akan menjamin hari tuanya. Dia memang punya sejumlah saham dan bond. Tapi, dengan ambruknya harga saham, dia berharap agar uang cash-nya tidak ikut hilang.
    Setiap hari orang Hongkong yang mengaku sering bepergian di Tiongkok-daratan itu mengikuti perkembangan perekonomian dunia. Termasuk kabar terbaru mengenai dimasukkannya Hongkong dan Macau ke daftar hitam negara-negara yang tidak kooperatif dalam pelaksanaan sistem pajak yang baik. Artinya, negara-negara itu (termasuk Cayman Island dan Malaysia) sering dipergunakan oleh orang-orang yang mau menghindari pajak. Saya baru sadar bahwa pemilik uang satu box di sebuah bank di Hongkong ternyata terkait langsung dengan sidang-sidang para kepala negara G-20 di London itu. Buktinya, dia mengaku baru akan mengembalikan uang tersebut ke sistem keuangan di perbankan setelah cukup kepercayaan kepada bank. Padahal, kalau aturan sistem keuangan belum dituntaskan, kepercayaan kepada bank (terutama bank-bank di negara maju) belum akan pulih. (kum)

    Sponsored content


    Catatan Dahlan Iskan Empty Re: Catatan Dahlan Iskan

    Post  Sponsored content


      Waktu sekarang Thu Mar 28, 2024 5:29 pm