JAKARTA, KOMPAS.com - Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berasal dari sebelas sekolah mengikuti lomba desain buku tahunan yang diselenggarakan International Design School (IDS). "Mereka sangat antusias dengan penyelenggaraan kompetisi ini," ungkap Adez Aulia, Public Relation Manager IDS, di Episentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (8/5/2010).
Tujuan kegiatan ini sebagai ajang unjuk kebolehan siswa-siswa kelas dalam mendesain dan memproduksi buku tahunan.
"Tujuan kegiatan ini sebagai ajang unjuk kebolehan siswa-siswa kelas dalam mendesain dan memproduksi buku tahunan," terang Adez.
Buku tahunan merupakan media penyimpanan kenangan yang berisi data mulai dari anggota sekolah,mulai dari murid, guru, hingga kepala sekolah. "Melalui buku tahunan, yang ada data diri juga foto, kenangan semasa sekolah akan selalu diingat," katanya.
Lebih lanjut Adez menuturkan, banyak acara anak SMA sekarang yang tidak hanya seputar acara musik . "Acara musik kan sifatnya hanya living at the moment, nggak ada wujudnya untuk yang disimpan. Makanya kita bikin maka kami buat kompetisi desain buku tahunan yang memang ada wujudnya dan membuat siswa jadi kreatif, " kata Adez.
Sebelum memulai kompetisi, siswa juga mendapatkan workshop tentang pembuatan buku tahunan. "Kami beri informasi mengenai buku tahunan, desainnya hingga bagaimana memproduksi dengan low budget," tuturnya.
Acara ini dikuti sebelas sekolah , yakni SMA Kanisius, SMAN 34, SMA Gonzaga, SMKN 50 , SMA Tri Ratna, SMAK Kalam Kudus 3, Man 4 Model, SMKN 58 , SMAN 47 dan SMKN 38. Bertindak sebagai juri yaitu Zinnia Nisar, dosen IDS dan Poppie, Senior Graphic Design Majalah Provoke serta Sadono, fotografer profesional.
"Poin penilaian dalam kompetisi ini adalah kreativitas siswa dalam mewujudkan buku tahunan yang oke namun juga biaya yang tidak besar. Kemampuan siswa dalam mempresentasikannya juga jadi poin," kata Adez.
Acara yang digelar IDS ini merupakan bagian dari rangkaian acara pembukaan IDS di Epicentrum Walk. IDS sendiri berawal dari sebuah digital studio workshop yang memberikan training untuk Photoshop, 3D Max, Flash, dan Adobe. Kemudian berkembang menjadi bentuk franchise dan sudah ada 8 cabang di Indonesia. Kemudian menjadi sebuah sekolah internasional dengan nama IDS.
Saat ini IDS mempunyai program studi antara lain, Digital Design, Design Animasi, dan juga Film. Menurut Adez, kurikulum IDS juga dikombinasikan dengan yang berhubungan dengan bisnis. "Kami ingin mendidik bukan hanya jadi pekerja, namun juga sebagai pencipta kesempatan," jelas Adez.
Tujuan kegiatan ini sebagai ajang unjuk kebolehan siswa-siswa kelas dalam mendesain dan memproduksi buku tahunan.
"Tujuan kegiatan ini sebagai ajang unjuk kebolehan siswa-siswa kelas dalam mendesain dan memproduksi buku tahunan," terang Adez.
Buku tahunan merupakan media penyimpanan kenangan yang berisi data mulai dari anggota sekolah,mulai dari murid, guru, hingga kepala sekolah. "Melalui buku tahunan, yang ada data diri juga foto, kenangan semasa sekolah akan selalu diingat," katanya.
Lebih lanjut Adez menuturkan, banyak acara anak SMA sekarang yang tidak hanya seputar acara musik . "Acara musik kan sifatnya hanya living at the moment, nggak ada wujudnya untuk yang disimpan. Makanya kita bikin maka kami buat kompetisi desain buku tahunan yang memang ada wujudnya dan membuat siswa jadi kreatif, " kata Adez.
Sebelum memulai kompetisi, siswa juga mendapatkan workshop tentang pembuatan buku tahunan. "Kami beri informasi mengenai buku tahunan, desainnya hingga bagaimana memproduksi dengan low budget," tuturnya.
Acara ini dikuti sebelas sekolah , yakni SMA Kanisius, SMAN 34, SMA Gonzaga, SMKN 50 , SMA Tri Ratna, SMAK Kalam Kudus 3, Man 4 Model, SMKN 58 , SMAN 47 dan SMKN 38. Bertindak sebagai juri yaitu Zinnia Nisar, dosen IDS dan Poppie, Senior Graphic Design Majalah Provoke serta Sadono, fotografer profesional.
"Poin penilaian dalam kompetisi ini adalah kreativitas siswa dalam mewujudkan buku tahunan yang oke namun juga biaya yang tidak besar. Kemampuan siswa dalam mempresentasikannya juga jadi poin," kata Adez.
Acara yang digelar IDS ini merupakan bagian dari rangkaian acara pembukaan IDS di Epicentrum Walk. IDS sendiri berawal dari sebuah digital studio workshop yang memberikan training untuk Photoshop, 3D Max, Flash, dan Adobe. Kemudian berkembang menjadi bentuk franchise dan sudah ada 8 cabang di Indonesia. Kemudian menjadi sebuah sekolah internasional dengan nama IDS.
Saat ini IDS mempunyai program studi antara lain, Digital Design, Design Animasi, dan juga Film. Menurut Adez, kurikulum IDS juga dikombinasikan dengan yang berhubungan dengan bisnis. "Kami ingin mendidik bukan hanya jadi pekerja, namun juga sebagai pencipta kesempatan," jelas Adez.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo