Jarak = Pengganti BBM
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi serta Nahdatul Ulama (NU) siap mengembangkan tanaman jarak sebagai bahan baku pembuatan minyak bakar.
Ketua HKTI, Prabowo Subianto di Bandung, Jawa Barat Selasa menyatakan, minyak bakar berbahan baku biji jarak sangat potensial dikembangkan sebagai alternatif bahan bakar murah menggantikan bahan bakar minyak (BBM) hasil pertambangan.
“Oleh karena itu kita akan mendorong petani mengembagkan tanaman jarak,” katanya pada acara penandatanganan naskah kerjasama antara HKTI dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan NU.
Dalam kerjasama tersebut nantinya HKTI dan NU akan mendorong petani untuk melakukan pembudidayaan tanaman jarak sementara ITB dengan IPB mengembangkan pengolahan biji tumbuhan yang banyak terdapat di daerah tropis itu.
Nantinya pembudiyaan tanaman jarak tersebut akan dipusatkan di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat serta beberapa daerah di Pulau Jawa.
Menurut Prabowo yang juga mantan Panglima Kostrad itu sudah saatnya Indonesia mengembangkan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif apalagi sejumlah negara seperti Thailand juga telah melakukan hal serupa.
Dikatakannya, minyak bakar berbahan baku tanaman jarak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi mesin-mesin penggilingan beras, di mana potensi permintaannya sangat besar di Indonesia.
“Saat ini jika jumlah mesin penggilingan beras di tanah air diperkirakan 130 ribu unit maka permintaan minyak jarak begitu besar,” katanya.
Sementara itu peneliti dari fakultas teknik Kimia ITB, Robert Manurung mengungkapkan pengembangan tanaman jarak sebagai bahan baku pembuatan minyak selain mampu sebagai penyedia energi alternatif juga peningkatan pendapatan petani dan menambah lapangan kerja.
Ia mencontohkan jika petani pembudidaya mengembangkan tanaman jarak seluas tiga hektar dengan produksi 10 ton per tahun maka jika satu kilogramnya seharga Rp500 maka mereka mendapatkan pendapatan sekitar Rp15 juta atau Rp1,25 juta per bulan.
Ia mengatakan, tanaman jarak memiliki produktivitas antara 5-25 ton per ha yang dapat dipanen mulai berumur lima bulan dan produktivitasnya stabil setelah berumur satu tahun.
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi serta Nahdatul Ulama (NU) siap mengembangkan tanaman jarak sebagai bahan baku pembuatan minyak bakar.
Ketua HKTI, Prabowo Subianto di Bandung, Jawa Barat Selasa menyatakan, minyak bakar berbahan baku biji jarak sangat potensial dikembangkan sebagai alternatif bahan bakar murah menggantikan bahan bakar minyak (BBM) hasil pertambangan.
“Oleh karena itu kita akan mendorong petani mengembagkan tanaman jarak,” katanya pada acara penandatanganan naskah kerjasama antara HKTI dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan NU.
Dalam kerjasama tersebut nantinya HKTI dan NU akan mendorong petani untuk melakukan pembudidayaan tanaman jarak sementara ITB dengan IPB mengembangkan pengolahan biji tumbuhan yang banyak terdapat di daerah tropis itu.
Nantinya pembudiyaan tanaman jarak tersebut akan dipusatkan di wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat serta beberapa daerah di Pulau Jawa.
Menurut Prabowo yang juga mantan Panglima Kostrad itu sudah saatnya Indonesia mengembangkan minyak jarak sebagai bahan bakar alternatif apalagi sejumlah negara seperti Thailand juga telah melakukan hal serupa.
Dikatakannya, minyak bakar berbahan baku tanaman jarak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar bagi mesin-mesin penggilingan beras, di mana potensi permintaannya sangat besar di Indonesia.
“Saat ini jika jumlah mesin penggilingan beras di tanah air diperkirakan 130 ribu unit maka permintaan minyak jarak begitu besar,” katanya.
Sementara itu peneliti dari fakultas teknik Kimia ITB, Robert Manurung mengungkapkan pengembangan tanaman jarak sebagai bahan baku pembuatan minyak selain mampu sebagai penyedia energi alternatif juga peningkatan pendapatan petani dan menambah lapangan kerja.
Ia mencontohkan jika petani pembudidaya mengembangkan tanaman jarak seluas tiga hektar dengan produksi 10 ton per tahun maka jika satu kilogramnya seharga Rp500 maka mereka mendapatkan pendapatan sekitar Rp15 juta atau Rp1,25 juta per bulan.
Ia mengatakan, tanaman jarak memiliki produktivitas antara 5-25 ton per ha yang dapat dipanen mulai berumur lima bulan dan produktivitasnya stabil setelah berumur satu tahun.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo