Y3hoo™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Gaul dan Informasi

Similar topics

    INFO UNTUK ANDA

    Y3hoo Ada di Facebook

    Share Y3hoo ke Twitter

    Follow Me

    Image hosted by servimg.com

    Y3hoo Mailing List

    Enter Your Email Address:

    Latest topics

    » Apa Itu Dejavu
    A True Story Icon_minitime1Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo

    » Tentang Tisu Magic
    A True Story Icon_minitime1Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta

    » Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
    A True Story Icon_minitime1Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta

    » Cara Mengetahui IP address Internet
    A True Story Icon_minitime1Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia

    » Angleng dan Wajit
    A True Story Icon_minitime1Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta

    » Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
    A True Story Icon_minitime1Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade

    » Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
    A True Story Icon_minitime1Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade

    » Cara Menghilangkan Activate Windows 10
    A True Story Icon_minitime1Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo

    » Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
    A True Story Icon_minitime1Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo

    IKLAN ANDA


    +4
    TORPEDO
    hercules
    lea
    Belldandy
    8 posters

      A True Story

      Belldandy
      Belldandy
      Moderator Umum


      1395
      Age : 41
      Lokasi : Pontianak
      19.01.09

      A True Story Empty A True Story

      Post  Belldandy Mon Mar 09, 2009 9:46 am

      Cerita yg Luar biasa, cerita yang mungkin sering terjadi dilanjutkan dengan
      adanya EGO yang KUAT diantara
      keduanya. Sehingga tidak terpikir jalan keluar



      JANGAN "NGAMBEK" BERKEPANJANGAN TERHADAP ORANG YANG DIKASIHI.



      Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi Ini adalah
      cerita sebenarnya ( diceritakan
      oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang )



      Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
      tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan
      sudah terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal
      bersama menghabiskan masa tuanya
      bersama kami, malah telah menghianati ikrar

      cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami
      setuju menjemput nenek di kampung
      utk tinggal bersama. Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia
      adalah satu-satunya harapan nenek,
      nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.



      Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg
      menghadap taman untuk nenek, agar
      dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri di depan kamar
      yg sangat kaya dgn sinar
      matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya
      dan memutar-mutar saya seperti
      adegan dalam film India dan berkata :"Mari, kita jemput nenek di
      kampung".


      Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya
      yg bidang, ada suatu perasaan
      nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa
      diangkat dan dimasukan kedalam
      kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba
      mengangkatku tinggi-tinggi diatas
      kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru sampai aku
      berteriak ketakutan baru
      diturunkan.Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.



      Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
      dengan bunga segar, sampai akhirnya
      nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup
      foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
      tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek: "Ibu, rumah
      dengan bunga segar membuat rumah terasa
      lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira." Nenek berlalu sambil
      mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
      "Ibu, ini kebiasaan orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa juga."
      Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap
      kali melihatku pulang sambil membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk
      bertanya berapa harga bunga itu,
      setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengka n
      kepala. Setiap membawa pulang
      barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku
      jawab, dia selalu berdecak dengan
      suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku, kan kamu
      bisa berbohong.Jangan katakan
      harga yang sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku
      mulai terusik.


      Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
      sarapan pagi untuk dia sendiri, di
      mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat
      memalukan. Di meja makan, wajah nenek
      selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu
      membuat bunyi-bunyian dengan alat
      makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes. Aku adalah
      instrukstur tari, seharian terus menari
      membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku
      dengan bangun
      pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur,
      tetapi makin dibantu aku menjadi
      semakin repot, misalnya; dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas
      belanjaan, dikumpulkan bisa untuk
      dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik,
      dimana-mana terlihat kantong
      plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.



      Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci,
      agar supaya dia tidak
      tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu
      hari, nenek mendapati aku
      sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil
      membanting pintu dan menangis. Suamiku
      jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba
      bermanja-manja dengan dia, tetapi dia
      tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia
      melotot sambil berkata: "Kenapa tidak kamu
      biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?"



      Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup lama, suasana mejadi
      kaku. Suamiku menjadi sangat
      kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan
      suamiku masuk ke dapur, setiap pagi
      dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
      kebahagiaan terpancar di wajahnya jika
      melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku
      sewaktu melihat padaku,
      seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga
      suasana pagi hari tidak terganggu,
      aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami
      berkata:"Lu Di, apakah kamu
      merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah
      makan di rumah?" sambil
      memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua
      belah pipiku. Dan dia akhirnya
      berkata: "Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap
      pagi." Aku mengiyakannya dan kembali
      ke meja makan yg serba canggung itu.



      Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
      perasaan yg sangat mual menimpaku,
      seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya sambil berlari ke kamar
      mandi, sampai disana aku segera
      mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri
      didepan pintu kamar mandi dan
      memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan
      nenek dan berkata-kata dengan
      bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh
      bukan sengaja aku berbuat
      demikian!. Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan
      suamiku, nenek melihat kami dengan
      mata merah dan berjalan menjauh??suamiku

      segera mengejarnya keluar rumah.
      Belldandy
      Belldandy
      Moderator Umum


      1395
      Age : 41
      Lokasi : Pontianak
      19.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  Belldandy Mon Mar 09, 2009 9:47 am

      Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek. Selama 3 hari
      suamiku tidak pulang ke rumah dan
      tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah
      ini, aku sudah banyak mengalah,
      mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu
      makan ditambah lagi dengan
      keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman
      sekerjaku berkata: "Lu Di, sebaiknya
      kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil.
      Aku baru sadar mengapa aku mual-mual
      pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan
      nenek sebagai orang yg
      berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?



      Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
      berubah drastis, muka kusut kurang
      tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan
      memanggilnya. Dia melihat ke arahku
      tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan
      kebencian dan itu melukaiku. Aku
      berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil
      taksi. Padahal aku ingin
      memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku
      akan diangkatnya tinggi-tinggi
      dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi
      kenyataan. Didalam taksi air mataku
      mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?



      Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan
      sinar matanya yg penuh dengan
      kebencian, aku menangis dengan sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara
      orang membuka laci, aku menyalakan
      lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan
      buku tabungannya. Aku nenatapnya
      dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera
      berlalu. Sepertinya dia sudah
      memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat
      begini dia masih bisa membedakan
      antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.



      Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
      masalah ini, aku akan membicarakan
      semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu
      dengan seketarisnya yg melihatku
      dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan
      lalu lintas dan sedang berada di
      rumah sakit. Mulutku terbuka lebar. Aku segera menuju rumah sakit dan saat
      menemukannya, nenek sudah
      meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad
      nenek yg terbujur kaku. Sambil
      menangis aku menjerit dalam hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
      Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku
      tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan
      pandangan penuh dengan kebencian.


      Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
      berjalan ke arah terminal, rupanya dia
      mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari
      makin cepat sampai tidak melihat
      sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa
      pandangan suamiku penuh dengan
      kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
      jika........ ....dimatanya, akulah
      penyebab kematian nenek.



      Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh
      dengan bau asap rokok dan alkohol.
      Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin
      menjelaskan bahwa semua ini
      bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak.
      Tetapi melihat sinar matanya, aku
      tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki
      olehnya walaupun ini bukan salahku.
      Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami hidup serumah tetapi seperti tidak
      mengenal satu sama lain. Dia pulang
      makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.



      Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan
      kisi-kisi jendela, aku melihat
      suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis
      dengan mesra. Aku tertegun dan
      mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk ke dalam dan berdiri di depan mereka
      sambil menatap tajam kearahnya.
      Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
      berkata apa. Sang gadis
      melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh
      suamiku dan menatap kembali ke
      arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jantungku
      terasa sangat keras, setiap detak
      suara seperti suara menuju kematian.



      Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin
      aku akan jatuh bersama bayiku
      dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan
      padaku apa yang telah terjadi.
      Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga

      sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu
      pulang ke rumah, aku mendapati
      lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang
      keperluannya. Aku tidak ingin
      menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan
      semua ini. Tetapi itu tidak
      terjadi..... ...., semua berlalu begitu saja.



      Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali
      melihat sepasang suami istri
      sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman
      menyarankan agar aku membuang saja bayi
      ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya.
      Hitung-hitung sebagai pembuktian
      kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.



      "Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
      Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada
      selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2
      bulan hidup sendiri, aku sudah
      bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:
      "Tunggu sebentar, aku akan segera
      menanda tanganinya"" .Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan
      demikian juga aku. Aku berkata pada diri
      sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi
      aku terus bertahan agar air
      mata ini tidak keluar.
      Belldandy
      Belldandy
      Moderator Umum


      1395
      Age : 41
      Lokasi : Pontianak
      19.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  Belldandy Mon Mar 09, 2009 9:47 am

      Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan
      perutku yg agak membuncit.
      Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan
      kepadanya."" Lu Di, kamu hamil?""
      Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku
      tidak bisa lagi membendung air
      mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab: "Iya, tetapi
      tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi".
      Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan.
      Perlahan-lahan dia membungkukan badannya
      ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk
      hatiku, semua sudah berlalu, banyak
      hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali."Entah sudah berapa
      kali aku mendengar dia mengucapkan kata:
      "Maafkan aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya
      tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe
      itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg
      menganga. Semua ini adalah
      sebuah akibat kesengajaan darinya.



      Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan
      pernah kembali. Hanya sewaktu
      memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku
      dingin bagaikan es, tidak pernah
      menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
      pemberiannya tidak juga berbicara lagi
      dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah
      berlalu, harapanku telah lenyap tidak
      berbekas.



      Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke
      ruang tamu, dia terpaksa
      kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar
      nenek tetapi aku tidak perduli.
      Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan
      berpura-pura sakit sampai aku
      menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil
      tertawa terbahak-bahak. Dia
      lupa........ , itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi
      yg aku miliki?


      Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai
      anakku lahir. Hampir setiap hari
      dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan
      buku-buku bacaan untuk
      anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
      barang-barang. Aku tahu dia mencoba
      menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri
      dalam kamar, malam hari dari
      kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi
      tergila-gila chatting dan
      berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.



      Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
      berteriak dengan suara yg keras. Dia
      segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah
      yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku
      digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia
      mengenggam dengan erat tanganku,
      menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku
      segera digendongnya menuju ruang
      bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam
      dekapannya. Sepanjang hidupku,
      siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?



      Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih
      sayang saat aku didorong menuju
      persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar
      dari ruang bersalin, dia memandang
      aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia.
      Aku memegang tangannya, dia
      membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab
      ke lantai. Aku berteriak histeris
      memanggil namanya.



      Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya???aku pernah
      berpikir tidak akan lagi
      meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian,
      aku tidak pernah merasakan
      sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
      mematikan, bisa bertahan sampai hari
      ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi?
      5 bulan yg lalu kata dokter,
      bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan
      nasehat perawat, aku segera
      pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.



      Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih
      berpikir dia sedang
      bersandiwara????Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg
      ditujukan kepada anak kami."Anakku,
      demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah
      harapanku. Aku tahu dalam hidup ini,
      kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia
      jika aku bisa melaluinya
      bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Di dalam komputer
      ini, ayah mencoba memberikan
      saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu
      boleh mempertimbangkan saran
      ayah. "Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu
      hidup selama bertahun -tahun. Ayah
      sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg
      paling mencintaimu dan dia adalah
      orang yg paling ayah cintai".



      Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA sampai
      kuliah, semua tertulis dengan
      lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku. "Kasihku,
      dapat menikahimu adalah hal yg paling
      bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah
      memberitahumu tentang
      penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya.
      Kasihku, jika engkau menangis sewaktu
      membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu
      padaku selama ini. Hadiah-hadiah
      ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada
      bungkusan hadiah tertulis semua tahun
      pemberian padanya".



      Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak
      kami dan membaringkannya di atas
      dadanya sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah
      anak kita. Aku mau dia merasakan kasih
      sayang dan hangatnya pelukan ayahnya". Dengan susah payah dia membuka
      matanya, tersenyum... ......... ..anak
      itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yg mungil memegangi tangan
      ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu
      aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil
      berurai air mata........ .........
      ...



      Teman-teman terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua
      bisa menyimak pesan dari cerita
      ini.Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih
      sembab sehabis menangis, ingatlah
      pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
      kalian yg saling mengasihi, sebaiknya
      utarakanlah jangan simpan di dalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
      Ada sebuah pertanyaan: Jika kita
      tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah
      kita perbuat? atau apa yg telah
      kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg
      akan kita lakukan sebelum kita
      menyesalinya seumur hidup.
      lea
      lea


      398
      Age : 38
      08.03.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  lea Mon Mar 09, 2009 11:22 am

      postingan bagus banget 0467
      hercules
      hercules
      Admiral


      667
      Age : 52
      Lokasi : Palembang
      23.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  hercules Mon Mar 09, 2009 11:04 pm

      Aduh duh. bagus sekali cerita ini.
      Ram Punjabi mesti buat sinetron kaya ini,versi asia banget.

      btw,idup ini complicated banget.
      Manusia sering berbuat salah hanya karena TIDAK TAHU.
      Seandainya manusia tahu semua hal mungkin hidup manusia tak ada yg salah paham & tak ada peperangan di bumi ini.
      TORPEDO
      TORPEDO
      Moderator Entertainment


      1831
      Age : 49
      Lokasi : Bekasi
      20.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  TORPEDO Tue Mar 10, 2009 9:22 am

      hiks... hiks... :fann6:
      d3sy
      d3sy


      179
      Age : 31
      Lokasi : Tambora
      19.02.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  d3sy Tue Mar 10, 2009 9:35 am

      TORPEDO wrote:hiks... hiks... :fann6:

      ketawa22 ketawa22 ketawa22
      rupanya om torpedo bisa sedih juga ya
      KaWaii
      KaWaii
      Mod Motivasi


      421
      Age : 32
      Lokasi : Kal-Bar
      21.02.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  KaWaii Tue Mar 10, 2009 10:05 am

      Nice Banget!!! :b678:
      genit
      genit


      138
      Age : 49
      Lokasi : Sunter
      26.02.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  genit Tue Mar 10, 2009 12:07 pm

      KaWaii wrote:Nice Banget!!! :b678:

      signature adik KaWaii tuh buat om berdecak kagum :geek1:
      Belldandy
      Belldandy
      Moderator Umum


      1395
      Age : 41
      Lokasi : Pontianak
      19.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  Belldandy Wed Mar 18, 2009 2:15 pm

      Semangkuk Nasi Putih.....
      (Based on True story)

      Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir didepan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran tersebut.
      "Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih."

      Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan,memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.
      Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan :
      "dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya."

      Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum :
      "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar!"

      Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : "kuah sayur gratis."
      Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih....

      "Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.

      "Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !"

      Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota , demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.

      Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.
      Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan dibawah nasi ?

      Suaminya kemudian membisik kepadanya :

      "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ketempat lain
      hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."

      "Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."
      "Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi striku ?"
      Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.

      "Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka.

      Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

      "Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat!" katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.
      Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
      Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.

      Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih,
      pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan
      mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan diluar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik.

      Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid.
      "Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian
      kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."

      "Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia!" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

      "Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami,
      direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya."

      Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.

      Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan
      sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia
      tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang. Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkukdalam-dalam berkata kepada mereka :"bersemangat ya ! dikemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !"

      Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adala suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.


      TERHARU?, ayo mulai jangan sungkan untuk berbuat baik hari ini...

      You never know... what will happens tommorow?
      hercules
      hercules
      Admiral


      667
      Age : 52
      Lokasi : Palembang
      23.01.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  hercules Wed Mar 18, 2009 10:45 pm

      kebaikan itu tak terbatas
      Bisa dalam bentuk apa aj
      mirna
      mirna


      36
      Age : 34
      02.03.09

      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  mirna Sat Mar 21, 2009 12:17 pm

      hercules wrote:kebaikan itu tak terbatas
      Bisa dalam bentuk apa aj

      76399

      Sponsored content


      A True Story Empty Re: A True Story

      Post  Sponsored content

        Similar topics

        -

        Waktu sekarang Fri May 17, 2024 8:48 am