Kebiasaan Memotong Tablet Banyak yang Tidak Tepat Dosis
Terkadang tablet harus dipotong atau dibagi jika dosis yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan. Namun membagi tablet hingga diperoleh ukuran yang sama besar tidak mudah dilakukan, umumnya terdapat selisih bobot rata-rata 15 persen dari yang diharapkan.
Bukan hanya pasien awam yang sering memotong tablet, dokter sekalipun sering meresepkan obat dengan aturan pakai 1/2 tablet atau 1/4 tablet. Bisa dibayangkan jika ukuran tablet sangat kecil, betapa sulitnya mendapatkan 4 potongan dengan ukuran sama besar.
Pengamatan visual saja tidak bisa diandalkan untuk memperkirakan kesamaan ukuran pada potongan-potongan tablet. Padahal jika obat memiliki indeks terapi yang sempit, selisih beberapa miligram saja bisa menyebabkan obat tidak berfek atau bahkan berubah jadi racun.
Ketidakakuratan pemotongan manual dibuktikan dalam sebuah penelitian di Ghent University baru-baru ini. Penelitian yang dipimpin Dr Charlotte Verrue ini melibatkan 5 relawan yang dibekali 3 jenis alat bantu untuk memotong tablet yakni gunting, pisau dapur dan alat khusus untuk membagi tablet.
Total ada 3.600 tablet yang harus dipotong oleh relawan, seluruhnya tersedia dalam 8 ukuran yang berbeda. Jenis tablet yang digunakan sangat beragam mulai dari tablet obat untuk Parkinson, serangan jantung, thrombosis hingga arthritis.
Penggunaan alat pemotong khusus terbukti meningkatkan akurasi pemotongan, meski bukan berarti potongan yang dihasilkan sudah 100 persen sama besar. Penggunaan alat khusus tersebut masih memberikan selisih bobot hingga 15 persen, namun sudah lebih baik dibanding gunting dan pisau dapur.
Ukuran tablet yang dipotong dengan gunting dan pisau dapur memiliki selisih bobot yang lebih beragam. Sebanyak 31 persen potongan tablet yang dihasilkan punya selisih rata-rata 21 persen, bahkan 14 persen di antaranya punya selisih bobot lebih dari 25 persen.
"Bagaimanapun kebiasaan memotong tablet masih sering dilakukan dengan berbagai alasan. Misalnya agar lebih mudah ditelan, atau karena memang tidak ada dosis yang sesuai dengan kebutuhan," ungkap Dr Verrue sperti dikutip dari Health24.
Mengingat adanya risiko perbedaan ukuran pada potongan tablet, kebiasaan membagi tablet sebaiknya dihindari. Kalaupun terpaksa, perhatikan obat apa yang akan dipotong karena beberapa jenis tablet memang tidak boleh dipotong sama sekali.
Dikutip dari IPC-INC.com, berikut ini adalah jenis-jenis tablet yang tidak boleh dipotong:
Terkadang tablet harus dipotong atau dibagi jika dosis yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan. Namun membagi tablet hingga diperoleh ukuran yang sama besar tidak mudah dilakukan, umumnya terdapat selisih bobot rata-rata 15 persen dari yang diharapkan.
Bukan hanya pasien awam yang sering memotong tablet, dokter sekalipun sering meresepkan obat dengan aturan pakai 1/2 tablet atau 1/4 tablet. Bisa dibayangkan jika ukuran tablet sangat kecil, betapa sulitnya mendapatkan 4 potongan dengan ukuran sama besar.
Pengamatan visual saja tidak bisa diandalkan untuk memperkirakan kesamaan ukuran pada potongan-potongan tablet. Padahal jika obat memiliki indeks terapi yang sempit, selisih beberapa miligram saja bisa menyebabkan obat tidak berfek atau bahkan berubah jadi racun.
Ketidakakuratan pemotongan manual dibuktikan dalam sebuah penelitian di Ghent University baru-baru ini. Penelitian yang dipimpin Dr Charlotte Verrue ini melibatkan 5 relawan yang dibekali 3 jenis alat bantu untuk memotong tablet yakni gunting, pisau dapur dan alat khusus untuk membagi tablet.
Total ada 3.600 tablet yang harus dipotong oleh relawan, seluruhnya tersedia dalam 8 ukuran yang berbeda. Jenis tablet yang digunakan sangat beragam mulai dari tablet obat untuk Parkinson, serangan jantung, thrombosis hingga arthritis.
Penggunaan alat pemotong khusus terbukti meningkatkan akurasi pemotongan, meski bukan berarti potongan yang dihasilkan sudah 100 persen sama besar. Penggunaan alat khusus tersebut masih memberikan selisih bobot hingga 15 persen, namun sudah lebih baik dibanding gunting dan pisau dapur.
Ukuran tablet yang dipotong dengan gunting dan pisau dapur memiliki selisih bobot yang lebih beragam. Sebanyak 31 persen potongan tablet yang dihasilkan punya selisih rata-rata 21 persen, bahkan 14 persen di antaranya punya selisih bobot lebih dari 25 persen.
"Bagaimanapun kebiasaan memotong tablet masih sering dilakukan dengan berbagai alasan. Misalnya agar lebih mudah ditelan, atau karena memang tidak ada dosis yang sesuai dengan kebutuhan," ungkap Dr Verrue sperti dikutip dari Health24.
Mengingat adanya risiko perbedaan ukuran pada potongan tablet, kebiasaan membagi tablet sebaiknya dihindari. Kalaupun terpaksa, perhatikan obat apa yang akan dipotong karena beberapa jenis tablet memang tidak boleh dipotong sama sekali.
Dikutip dari IPC-INC.com, berikut ini adalah jenis-jenis tablet yang tidak boleh dipotong:
- Tablet salut enterik, yakni tablet yang didesain untuk hancur di usus
- Tablet salut film, yakni tablet yang didesain untuk melepaskan obat secara perlahan
- Tablet dengan indeks terapi sempit seperti obat asma
- Pil KB.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo