Jangan Menimbun Kaleng Bekas di dalam Tanah
Iklan layanan masyarakat 3 M (Mengubur, Menutup dan Menguras) untuk penecegahan demam berdarah salah satunya menganjurkan menimbun kaleng dan plastik bekas di dalam tanah. Tapi ternyata anjuran ini bisa menimbulkan efek jangka panjang bagi kesehatan.
"Anjuran seperti itu tidak dipikirkan secara komprehensif dampaknya. Untuk sementara waktu kaleng atau plastik ini memang bisa mencegah genangan air, tapi bisa menimbulkan masalah baru lagi," ujar M Hasbi Aziz, selaku pengamat masalah lingkungan dan perkotaan saat dihubungi detikHealth.
Hasbi menuturkan kaleng-kaleng dan plastik yang ditimbun dalam tanah ini akan sulit sekali terurai, sehingga memicu terjadinya korosif atau karat. Kaleng yang korosif ini akan mengandung beberapa logam berat yang nantinya bisa terbawa ke dalam air tanah.
"Senyawa logam berat seperti magnesium atau kalium dari kaleng yang berkarat tersebut akan turun ke tanah, tergerus oleh air dan mencemari air tanah. Padahal air tanah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah air tanah permukaan dan bukan air tanah dalam," ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa logam-logam berat seperti magnesium atau kalium yang berasal dari kaleng berkarat tersebut umumnya tidak bisa dicerna oleh tubuh dan akan tertimbun, seperti halnya kalium yang bisa mengendap di tulang.
Hasbi menjelaskan ketika kaleng-kaleng tersebut ditimbun di dalam tanah, maka ia akan bersentuhan dengan kandungan asam yang terdapat di tanah. Asam-asam tersebut akan bereaksi dengan kaleng dan menimbulkan karat.
Untuk kaleng yang terbuat dari alumunium mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berkarat. Tapi jika kaleng yang biasa, maka waktunya sangat cepat bahkan dalam waktu satu hari kaleng tersebut sudah berkarat.
Lalu bagaimana mengatasi masalah sampah kaleng dan palstik bekas?
Menurut Hasbi cara yang bijak adalah dengan mengumpulkan ke satu tempat lalu diolah. Sekedar informasi, pemulung sampah biasanya sangat senang jika diberikan kaleng-kaleng bekas karena bisa dijual lagi.
"Kalau di negara-negara lain biasanya kaleng-kaleng tersebut dikumpulkan lalu diolah atau didaur ulang kembali, sehingga tidak menimbulkan masalah baru lagi. Untuk itu harus ada kajian lagi apakah
Iklan layanan masyarakat 3 M (Mengubur, Menutup dan Menguras) untuk penecegahan demam berdarah salah satunya menganjurkan menimbun kaleng dan plastik bekas di dalam tanah. Tapi ternyata anjuran ini bisa menimbulkan efek jangka panjang bagi kesehatan.
"Anjuran seperti itu tidak dipikirkan secara komprehensif dampaknya. Untuk sementara waktu kaleng atau plastik ini memang bisa mencegah genangan air, tapi bisa menimbulkan masalah baru lagi," ujar M Hasbi Aziz, selaku pengamat masalah lingkungan dan perkotaan saat dihubungi detikHealth.
Hasbi menuturkan kaleng-kaleng dan plastik yang ditimbun dalam tanah ini akan sulit sekali terurai, sehingga memicu terjadinya korosif atau karat. Kaleng yang korosif ini akan mengandung beberapa logam berat yang nantinya bisa terbawa ke dalam air tanah.
"Senyawa logam berat seperti magnesium atau kalium dari kaleng yang berkarat tersebut akan turun ke tanah, tergerus oleh air dan mencemari air tanah. Padahal air tanah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah air tanah permukaan dan bukan air tanah dalam," ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa logam-logam berat seperti magnesium atau kalium yang berasal dari kaleng berkarat tersebut umumnya tidak bisa dicerna oleh tubuh dan akan tertimbun, seperti halnya kalium yang bisa mengendap di tulang.
Hasbi menjelaskan ketika kaleng-kaleng tersebut ditimbun di dalam tanah, maka ia akan bersentuhan dengan kandungan asam yang terdapat di tanah. Asam-asam tersebut akan bereaksi dengan kaleng dan menimbulkan karat.
Untuk kaleng yang terbuat dari alumunium mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berkarat. Tapi jika kaleng yang biasa, maka waktunya sangat cepat bahkan dalam waktu satu hari kaleng tersebut sudah berkarat.
Lalu bagaimana mengatasi masalah sampah kaleng dan palstik bekas?
Menurut Hasbi cara yang bijak adalah dengan mengumpulkan ke satu tempat lalu diolah. Sekedar informasi, pemulung sampah biasanya sangat senang jika diberikan kaleng-kaleng bekas karena bisa dijual lagi.
"Kalau di negara-negara lain biasanya kaleng-kaleng tersebut dikumpulkan lalu diolah atau didaur ulang kembali, sehingga tidak menimbulkan masalah baru lagi. Untuk itu harus ada kajian lagi apakah
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo