Y3hoo™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Gaul dan Informasi

INFO UNTUK ANDA

Y3hoo Ada di Facebook

Share Y3hoo ke Twitter

Follow Me

Image hosted by servimg.com

Y3hoo Mailing List

Enter Your Email Address:

Latest topics

» Apa Itu Dejavu
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo

» Tentang Tisu Magic
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta

» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta

» Cara Mengetahui IP address Internet
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia

» Angleng dan Wajit
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta

» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade

» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade

» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo

» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Pamer Golok di PSSI Icon_minitime1Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo

IKLAN ANDA


    Pamer Golok di PSSI

    near
    near


    128
    Age : 33
    Lokasi : JAKARTA UTARA
    09.02.11

    Pamer Golok di PSSI Empty Pamer Golok di PSSI

    Post  near Sun Mar 06, 2011 6:13 pm

    Minggu, 6 Maret 2011 17:06 WIB

    BETAPA menakutkannya peristiwa yang terjadi hari Jumat lalu di depan Kantor Komite Olahraga Nasional Indonesia di Senayan, Jakarta. Sebagai ekses dari ingar-bingar perebutan kursi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, terjadi aksi kekerasan di mana sekelompok orang dengan mengacung-acungkan golok mencoba meneror kelompok yang lain.

    Kita sejak awal mengkhawatirkan, pengerahan massa untuk menunjukkan kekuatan dalam perebutan Ketua Umum PSSI. Ketika masing-masing kelompok gagal mengendalikan emosi para pendukungnya, maka yang bisa terjadi bentrokan pada tingkat akar rumput. Kekhawatiran itu ternyata memang terbukti. Sekelompok orang dengan membawa golok mencoba menghadang kendaraan dari para pengurus PSSI yang baru saja melakukan audensi kepada Ketua Umum KONI Pusat.

    Mobil milik Ketua Badan Liga Indonesia Andi Darussalam Tabusalla dihajar pakai golok, sehingga kaca depannya pecah. Petugas polisi mencoba mengendalikan keadaan dengan melepaskan tembakan ke udara. Namun yang terjadi kelompok orang itu bukannya menghentikan tindakannya, tetapi justru mengejar-ngejar polisi dengan golok yang diacung-acungkan. Ketika polisi datang dalam jumlah yang lebih banyak bukan hanya golok yang didapatkan, tetapi ada yang kedapatan membawa pistol. Tidak ada raut muka bersalah dan seakan apa yang mereka lakukan merupakan sesuatu yang biasa serta tidak ada yang salah.

    Sungguh mengerikan apabila peristiwa seperti itu dianggap sesuatu yang wajar. Bayangkan hanya untuk mendapatkan jabatan Ketua Umum PSSI, sampai-sampai tega untuk menggunakan kekerasan. Bahkan bukan hanya kekerasan biasa, tetapi kekerasan yang bisa membahayakan jiwa orang lain. Padahal jabatan yang diperebutkan itu, jabatan yang ditujukan untuk mengajarkan arti sportivitas. Dengan jabatan itu, siapa pun yang kemudian terpilih, mempunyai kewajiban untuk membina generasi muda. Ia mempunyai tugas untuk membuat anak-anak muda bisa meraih harapan mereka.

    Bagaimana lalu kita bisa menjadi teladan bagi generasi muda, ketika kita menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Bagaimana kita bisa mengharapkan adanya prestasi yang gemilang ketika yang didahulukan sekadar kekuasaannya, bukan program kerja yang lebih baik. Kita tidak bisa membiarkan semua ini terus terjadi. Sepak bola kita akan semakin hancur apabila yang terjadi hanya sekadar adu kuat untuk memperebutkan kekuasaan. Apabila yang dipertontonkan hanyalah sikap merasa paling benar, sikap mau menangnya sendiri.

    Semua pihak harus mau berkaca diri atas peristiwa hari Jumat lalu. Kita harus berani untuk bertanya, inikah jalan yang kita pilih untuk membina sepak bola kita? Inikah jalan yang benar untuk melakukan reformasi di tubuh PSSI?

    Kita harus mengatakan bahwa bukan itu jalan yang kita maui. Karena ini adalah tempat untuk menempa sportivitas, maka jalan yang sportiflah yang seharusnya kita pilih. Semua harus mau bertanya, apakah kita merupakan orang yang paling cocok untuk memimpin PSSI dan mengurusi pembinaan sepak bola di tanah air kita ini.

    Kita pantas malu dengan kejadian hari Jumat lalu. Masih beruntung tidak ada korban yang jatuh. Kalau sampai ada korban, maka semakin terpuruklah persepakbolaan kita, semakin rusaklah citra kita sebagai bangsa. Kejadian hari Jumat lalu tidak bisa terus dibiarkan begitu saja. Harus diusut secara tuntas, siapa yang bermain dalam aksi kekerasan yang menakutkan itu. Bahkan kita harus berani menghukum mereka yang menjadi otak dari peristiwa yang memalukan itu.

    Aksi kekerasan di depan Kantor KONI Pusat, sekali lagi menunjukkan betapa kekerasan merupakan sesuatu yang biasa di negeri kita. Semua orang suka dengan tindak kekerasan, karena semakin berani kita melakukannya, semakin tidak tersentuh hukum pelakunya.

    Tidak usah heran apabila kekerasan yang dibiarkan, akan melahirkan kekerasan yang lebih menakutkan. Orang tidak merasa takut untuk berbuat, karena tidak ada konsekuensi hukum yang harus dihadapi. Hukum di negeri kita telah gagal untuk bisa meredakan dan menjinakkan kekerasan itu. Untuk itulah hukum harus kita kembalikan kewibawaannya. Caranya dengan menegakkan aturan sebagaimana adanya, sehingga orang mempunyai penghormatan terhadap hukum dan takut untuk melanggarnya.

    Perebutan kursi Ketua Umum PSSI harus kita kembalikan kepada esensi untuk memilih orang terbaik yang akan memimpin pembinaan sepak bola di tanah air. Kita membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki karakter baik, mempunyai kompentensi baik dari sisi manajerial maupun pengetahuan pembinaan sepak bola, serta dilengkapi kemampuan membangun jaringan melakukan koneksi ke semua pihak.

    Ada satu nama yang cocok untuk menghindarkan terjadi kebuntuan dan ditentang oleh pihak yang lain. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan tokoh alternatif yang seharusnya bisa diminta untuk tampil, karena sepak bola bukanlah dunia yang baru baginya.

    Sejauh ini Jusuf Kalla memang menolak untuk dicalonkan. Ia merasa sudah cukup 10 tahun menggeluti sepak bola dengan menjadi Ketua Umum PSM dan menjadi pemilik klub Makassar Utama. Namun demi kemajuan sepak bola Indonesia dan nama baik bangsa, pasti ada jalan untuk meminta Jusuf Kalla turun gunung. Rasanya tidak akan ada pihak yang keberatan apabila Jusuf Kalla memimpin PSSI.
    sumber.metro news

      Waktu sekarang Fri Nov 15, 2024 12:41 pm