Hipertensi Picu Penyakit Ginjal Kronis
Memelihara kesehatan ginjal sama pentingnya dengan menjaga organ vital lainnya, seperti jantung dan paru-paru. Sebab, menjaga kesehatan ginjal ternyata juga bisa menyelamatkan jantung agar tetap sehat.
Perlu diwaspadai, kini masalah penyakit ginjal kronis (PGK) bisa menjadi penyakit mematikan, karena pengidap PGK memiliki risiko terkena penyakit jantung tiga kali lebih tinggi, dan hampir 50 persen penderita PGK meninggal karena penyakit jantung.
“Insiden PGK pun kini meningkat 10-13 persen dari populasi di banyak negara dan jutaan penderita ginjal saat ini berada di ambang kematian,” kata Pof. Dr. dr Suhardjono, SpPD-KGH, Kger dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia(Pernefri) saat acara Temu Media PT Pfizer, 'Protect Your Kidneys, Save Your Heart' dikutip kosmo.
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu keadaan ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab utamanya bisa karena diabates dan hipertensi, yang juga bisa menyebabkan timbulnya komplikasi jantung pada penderita PGK. Untuk itu, mengontrol tekanan darah sangatlah penting bagi pasien penyakit ginjal kronis.
Pasien PGK tahap awal pun mempunyai risiko 5-10 kali meninggal karena kejadian gangguan jantung. “Ibarat ada bom waktu dalam tubuh, penderita ginjal kronis bisa meninggal kapan saja,” ujarnya.
Perlu di waspadai, seiring bertambahnya usia, masalah hipertensi yang menjadi salah satu penyebab PGK banyak dialami oleh mereka dengan usia di atas 55 tahun. Mereka dengan usia 55 tahun ke atas berisiko 50 persen menderita hipertensi.
Tak hanya itu, bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, diabetes melitus, stroke dan batu saluran kemih, bisa berisiko lebih tinggi mengalami PGK. Untuk mencegahnya, lakukan medical check up secara teratur saat usia mencapai di atas 40 tahun.
Dr Dharmeizar, Sp.PD-KGH dari RSCM menambahkan pemeriksaan kesehatan secara rutin perlu dilakukan sebagai deteksi dini penyakit ginjal kronik. Melakukan pemeriksaan labolatorium sederhana mulai dari pemeriksaan urin lengkap, ureum dan kreatinin, gula darah, kolesterol, LDL kolesterol dan trigliserida bisa menjadi pemeriksaan awal yang murah untuk mencegahnya.
“Jika saat check up ditemukan protein dalam urin, berarti butuh pemeriksaan lanjutan, karena ini bisa menjadi tanda PGK, apalagi jika adanya protein dalam urin menetap dalam waktu tiga bulan,” Dr Dharmeizar memaparkan.
Penyakit ini bisa diobati asalkan dideteksi lebih dini. Pasien yang sudah mengalami penurunan fungsi ginjal perlu menjalani pengobatan. Pengobatan ini diperlukan untuk mencegah kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut dan berupaya memelihara fungsi ginjal yang masih tersisa selama mungkin sebelum berakhir pada pada gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan cuci darah ataupun transplantasi ginjal.
Selain itu, dengan mengobati penyakit ginjal, maka diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
“Karena PGK bersifat progresif (makin memburuk), maka mencegah lebih baik dari pada mengobati, sebab bagi pasien yang memerlukan cuci darah, biayanya bisa mencapai Rp 60-100 juta per orang dalam satu tahun.”
Memelihara kesehatan ginjal sama pentingnya dengan menjaga organ vital lainnya, seperti jantung dan paru-paru. Sebab, menjaga kesehatan ginjal ternyata juga bisa menyelamatkan jantung agar tetap sehat.
Perlu diwaspadai, kini masalah penyakit ginjal kronis (PGK) bisa menjadi penyakit mematikan, karena pengidap PGK memiliki risiko terkena penyakit jantung tiga kali lebih tinggi, dan hampir 50 persen penderita PGK meninggal karena penyakit jantung.
“Insiden PGK pun kini meningkat 10-13 persen dari populasi di banyak negara dan jutaan penderita ginjal saat ini berada di ambang kematian,” kata Pof. Dr. dr Suhardjono, SpPD-KGH, Kger dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia(Pernefri) saat acara Temu Media PT Pfizer, 'Protect Your Kidneys, Save Your Heart' dikutip kosmo.
Penyakit ginjal kronis merupakan suatu keadaan ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab utamanya bisa karena diabates dan hipertensi, yang juga bisa menyebabkan timbulnya komplikasi jantung pada penderita PGK. Untuk itu, mengontrol tekanan darah sangatlah penting bagi pasien penyakit ginjal kronis.
Pasien PGK tahap awal pun mempunyai risiko 5-10 kali meninggal karena kejadian gangguan jantung. “Ibarat ada bom waktu dalam tubuh, penderita ginjal kronis bisa meninggal kapan saja,” ujarnya.
Perlu di waspadai, seiring bertambahnya usia, masalah hipertensi yang menjadi salah satu penyebab PGK banyak dialami oleh mereka dengan usia di atas 55 tahun. Mereka dengan usia 55 tahun ke atas berisiko 50 persen menderita hipertensi.
Tak hanya itu, bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, diabetes melitus, stroke dan batu saluran kemih, bisa berisiko lebih tinggi mengalami PGK. Untuk mencegahnya, lakukan medical check up secara teratur saat usia mencapai di atas 40 tahun.
Dr Dharmeizar, Sp.PD-KGH dari RSCM menambahkan pemeriksaan kesehatan secara rutin perlu dilakukan sebagai deteksi dini penyakit ginjal kronik. Melakukan pemeriksaan labolatorium sederhana mulai dari pemeriksaan urin lengkap, ureum dan kreatinin, gula darah, kolesterol, LDL kolesterol dan trigliserida bisa menjadi pemeriksaan awal yang murah untuk mencegahnya.
“Jika saat check up ditemukan protein dalam urin, berarti butuh pemeriksaan lanjutan, karena ini bisa menjadi tanda PGK, apalagi jika adanya protein dalam urin menetap dalam waktu tiga bulan,” Dr Dharmeizar memaparkan.
Penyakit ini bisa diobati asalkan dideteksi lebih dini. Pasien yang sudah mengalami penurunan fungsi ginjal perlu menjalani pengobatan. Pengobatan ini diperlukan untuk mencegah kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut dan berupaya memelihara fungsi ginjal yang masih tersisa selama mungkin sebelum berakhir pada pada gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan cuci darah ataupun transplantasi ginjal.
Selain itu, dengan mengobati penyakit ginjal, maka diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
“Karena PGK bersifat progresif (makin memburuk), maka mencegah lebih baik dari pada mengobati, sebab bagi pasien yang memerlukan cuci darah, biayanya bisa mencapai Rp 60-100 juta per orang dalam satu tahun.”
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo