Y3hoo™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Gaul dan Informasi

INFO UNTUK ANDA

Y3hoo Ada di Facebook

Share Y3hoo ke Twitter

Follow Me

Image hosted by servimg.com

Y3hoo Mailing List

Enter Your Email Address:

Latest topics

» Apa Itu Dejavu
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo

» Tentang Tisu Magic
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta

» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta

» Cara Mengetahui IP address Internet
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia

» Angleng dan Wajit
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta

» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade

» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade

» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo

» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Anak Hiperaktif Icon_minitime1Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo

IKLAN ANDA


    Anak Hiperaktif

    lea
    lea


    398
    Age : 38
    08.03.09

    Anak Hiperaktif Empty Anak Hiperaktif

    Post  lea Mon Jul 11, 2011 10:15 am

    Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif

    Anak Hiperaktif Adhd-dalam-thinkstock


    Anak hiperaktif biasanya susah memusatkan perhatian, bereaksi cepat tanpa pikir panjang dan beraktifitas fisik yang berlebihan. Banyak orangtua yang kadang menyerah memiliki anak hiperaktif. Tapi jangan khawatir, anak hiperaktif juga bisa dikendalikan dan tak kalah pintar dari anak normal.

    Di Indonesia, sekitar 10 persen anak usia Sekolah Dasar (SD) mengalami perilaku hiperaktif. Anak hiperaktif menunjuk pada ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku, sehingga aktivitas melebihi rata-rata anak pada umumnya. Perilaku hiperaktif ini dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain sebab kadangkala anak tidak bisa memperkirakan dampak akibat dari perilakunya.

    "Anak yang hiperaktif tidak selalu identik dengan bodoh atau kurang pintar. Anak tersebut hanya tidak bisa memusatkan perhatiannya dengan baik," kata Dr. M.G. Adiyanti, M.S., psikolog anak dari Fakultas Psikologi UGM seusai seminar "Apakah Anak Saya Hiperaktif?” di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM.

    Adiyanti mengatakan anak hiperaktif berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur, sehingga sang anak membutuhkan keteraturan dan ketekunan berkesinambungan. Di sekolah, hal yang banyak ditemui adalah kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam pergaulan sehari-hari, anak hiperaktif seringkali mengalamai kesulitan terutama dalam mempertahankan pertemanan.

    Menurut dia, hiperaktivitas memiliki tiga gejala utama. Pertama, in-atensi yakni tidak dapat memusatkan perhatian. Kedua, impulsivitas atau mereaksi dengan cepat tanpa harus berpikir panjang. Ketiga hiperaktivitas, yakni aktivitas fisik yang berlebihan diatas usia rata-rata anak seusianya.

    Selain faktor fisiologis dan neurologis kata dia, dampak pola konsumsi obat tertentu menjadi faktor yang terjadinya hiperaktivitas. Jika penyebab keduanya tidak ditemukan, kemungkinan anak tersebut tidak mendapatkan cara pendidikan norma perilaku secara tepat.

    "Untuk mengatasinya, orang tua dan guru di sekolah harus mampu mengatur pola komunikasi dengan anak secara baik. Kebiasaan bertindak kasar dan bersuara keras pada anak sebaiknya dihindarkan," katanya.

    Sementara itu menurut dokter spesialis anak, dr. Ratih SPA, anak hiperaktif terjadi akibat gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Hal itu terjado pada 4-6 persen anak usia sekolah dan 2-4 persen pada usia dewasa.

    "Lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Umumnya pada anak sebelum usia 7 tahun," kata Ratih.

    Ratih mengatakan tujuh faktor yang menjadi penyebab anak jadi hiperaktif yakni faktor genetik, diet gula dan zat pengawet, pola asuh yang buruk, masalah keluarga, sekolah yang tidak efektif, adanya pengaruh rokok dan alkohol saat kehamilan serta adanya perlukaan di otak.

    Untuk mengetahui anak hiperaktif atau tidaknya, maka orang tua harus mengetahui gejala anak hiperaktif ditandai perilaku mudah frustasi, mudah menangis, overaksi dan cepat marah. Selanjutnya, ditunjukkan rasa percaya diri yang rendah, sulit berteman, sulit beradaptasi dan kurang matang secara sosial.

    "Kalau ada anak yang hiperaktif, selain perlu terapi konseling dan obat-obatan, perlu juga adanya peran orang tua dan sekolah dalam memberi pendidikan yang baik pada anak," katanya.

    Ratih mengatakan untuk mencegah anak jadi hiperaktif, orangtua disarankan untuk selalu menghargai anak apa adanya. Salah satu cara adalah habiskan waktu lebih banyak dengan anak. Selalu berbicara lembut dan gunakan bahasa yang positif. "Namun tidak mentolerir perilaku yang tidak sesuai," katanya.

    Menurut Ratih anak hiperaktif tidak bisa sembuh hanya dengan cara diobati. Namun butuh terapi dari psikolog, dokter anak, tim tumbuh kembang anak, dukungan keluarga dan guru sekolah yang baik. Dengan perawatan yang terintegerasi maka anak hiperakif bisa dikendalikan.

    "Anak yang hiperaktif bisa menjadi anak yang tidak kalah sukses jika hiperaktif dapat terkontrol, dan bisa bersosia lisasi dan disiplin yang baik," pungkas Ratih.



      Waktu sekarang Sun May 19, 2024 10:15 pm