Otak Tidak Langsung Mati Ketika Kepala Dipenggal
Umumnya orang berpikir otak akan langsung mati ketika kepala seseorang dipenggal. Tapi ternyata peneliti menemukan bahwa otak tidak langsung mati ketika terjadi pemenggalan kepala.
Dokter berpikir kematian adalah suatu proses yang dimulai dengan berhentinya napas dan kinerja jantung. Namun ternyata tidak berarti semua sel yang ada di tubuh langsung mati.
Studi yang dilakukan tahun 2002 dan dilaporkan dalam Journal of Cellular and Molecular Medicine menemukan bahwa sel-sel otak yang diambil beberapa jam setelah kematian bisa bertahan hidup selama berminggu-minggu dilaboratorium. Tapi kondisi otak dilaboratorium dan yang tidak, tentu saja berbeda.
Karenanya peneliti Anton Coenen dari Radboud University Nijmegen dan koleganya melakukan studi dengan menggunakan hewan percobaan tikus yang dipenggal kepalanya. Tikus yang digunakan dalam studi ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tikus yang dipenggal dalam keadaan sadar serta yang dibius. Lalu peneliti akan mengukur aktivitas fisik dari otak binatang ini dengan menggunakan alat electroencephalograph (EEG).
Hasil EEG terputus sekitar 17 detik setelah pemenggalan. Tapi peneliti melihat ada sesuatu yang aneh, sekitar 1 menit setelah pemenggalan secara perlahan sebuah gelombang listrik besar bergejolak di dalam otak tikus.
Tim Coenen berspekulasi bahwa neuron (saraf) berkomunikasi dengan sinyal listrik sebagai akibat dari ketidakseimbangan muatan positif dan negatif di sepanjang dinding sel yang disebut dengan potensial membran.
Gelombang yang dilihat oleh tim peneliti ini disebut dengan 'gelombang kematian' dan sebagai tanda dari kematian otak yang irreversible. Hal ini menunjukkan butuh beberapa waktu sebelum akhirnya otak mati setelah pemenggalan.
Meski begitu beberapa peneliti beranggapan secara teoritis sel-sel otak ini masih bisa bekerja setelah 'gelombang kematian' jika diberikan kembali suplai oksigen dan glukosa.
"Kami akan menyelidiki lebih lanjut apakah kerusakan yang disebabkan oleh datangnya 'gelombang kematian' ini bersifat irreversible atau tidak," ujar Coenen, seperti dikutip dari LiveScience.
Umumnya orang berpikir otak akan langsung mati ketika kepala seseorang dipenggal. Tapi ternyata peneliti menemukan bahwa otak tidak langsung mati ketika terjadi pemenggalan kepala.
Dokter berpikir kematian adalah suatu proses yang dimulai dengan berhentinya napas dan kinerja jantung. Namun ternyata tidak berarti semua sel yang ada di tubuh langsung mati.
Studi yang dilakukan tahun 2002 dan dilaporkan dalam Journal of Cellular and Molecular Medicine menemukan bahwa sel-sel otak yang diambil beberapa jam setelah kematian bisa bertahan hidup selama berminggu-minggu dilaboratorium. Tapi kondisi otak dilaboratorium dan yang tidak, tentu saja berbeda.
Karenanya peneliti Anton Coenen dari Radboud University Nijmegen dan koleganya melakukan studi dengan menggunakan hewan percobaan tikus yang dipenggal kepalanya. Tikus yang digunakan dalam studi ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tikus yang dipenggal dalam keadaan sadar serta yang dibius. Lalu peneliti akan mengukur aktivitas fisik dari otak binatang ini dengan menggunakan alat electroencephalograph (EEG).
Hasil EEG terputus sekitar 17 detik setelah pemenggalan. Tapi peneliti melihat ada sesuatu yang aneh, sekitar 1 menit setelah pemenggalan secara perlahan sebuah gelombang listrik besar bergejolak di dalam otak tikus.
Tim Coenen berspekulasi bahwa neuron (saraf) berkomunikasi dengan sinyal listrik sebagai akibat dari ketidakseimbangan muatan positif dan negatif di sepanjang dinding sel yang disebut dengan potensial membran.
Gelombang yang dilihat oleh tim peneliti ini disebut dengan 'gelombang kematian' dan sebagai tanda dari kematian otak yang irreversible. Hal ini menunjukkan butuh beberapa waktu sebelum akhirnya otak mati setelah pemenggalan.
Meski begitu beberapa peneliti beranggapan secara teoritis sel-sel otak ini masih bisa bekerja setelah 'gelombang kematian' jika diberikan kembali suplai oksigen dan glukosa.
"Kami akan menyelidiki lebih lanjut apakah kerusakan yang disebabkan oleh datangnya 'gelombang kematian' ini bersifat irreversible atau tidak," ujar Coenen, seperti dikutip dari LiveScience.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo