4 Cara Berargumen yang Bisa Hancurkan Hubungan Asmara
Setiap pasangan pasti pernah berdebat, tapi para ahli menyatakan, kata-kata yang Anda gunakan saat berargumen bisa memprediksi apakah hubungan asmara akan bertahan lama atau tidak. Para peneliti di Gottman Relationship Institute telah mengidentifikasi empat tipe argumen yang bisa menghancurkan hubungan Anda, seperti yang dirangkum Women's Weekly.
1. Si Korban dan Penyerang
Saat bertengkar, pasangan selalu memposisikan satu orang sebagai korban dan yang lainnya mendominasi atau agresif. Tipe argumen ini sering dicontohkan dengan kalimat seperti, "Kamu selalu jahat padaku! Aku tidak tahu apa kesalahanku hingga harus menerima perlakukan ini!" atau "Kalau kamu tidak bersikap menyedihkan begini, mungkin masalah ini tidak akan terjadi!"
Kenapa cara berargumen ini bisa menghancurkan hubungan? Pakar percintaan Dr Cecilia D'Felice menjelaskan bahwa setiap orang pasti marah jika dikatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri mereka. Daripada bermain 'korban' dan 'penyerang', lebih baik tekankan bahwa Anda berdua punya pendapat dan pilihan sendiri yang harus dikomunikasikan secara bergantian. Saat berdebat, pilih kata-kata yang mengisyaratkan kalau sebenarnya tidak ada yang salah atau benar di antara kalian. Misalnya dengan mengucapkan, "Aku tidak mau jadi yang selalu membuat keputusan, bisakah kita berkompromi saja?"
2. Menghindar
Ketika berargumen, satu orang menolak untuk mendiskusikan masalah dan lebih memilih untuk pergi. Perkataan seperti, "Tidak ada yang harus aku katakan. Sebaiknya aku pergi saja".
Jika kekasih Anda termasuk tipe yang lebih suka diam ketika berdebat, mungkin Anda akan terpicu untuk memojokkannya sampai akhirnya emosinya meledak. Namun menurut Cecilia, itu adalah cara yang salah. Cobalah berbicara dengan suara yang tenang, seperti, "Kalau kamu terus bersembunyi dalam cangkangmu, kita tidak bisa membicarakan perasaan masing-masing.
Tapi jika Anda di pihak yang suka diam dan menghindar, Anda harus melihat bahwa argumen bisa menjadi solusi penyelesaian masalah. Cobalah untuk mendegarkan perasaan pasangan tanpa memotong perkataannya. Dengarkan hingga selesai, baru utarakan pendapat Anda.
3. Sikap Bertahan
Sikap defensif atau bertahan merupakan respon yang alami saat seseorang merasa di bawah tekanan. Tapi dalam berargumen, sikap bertahan tidak akan membuat permasalahan selesai. Jika Anda kerap berusaha melindungi diri dari kritikan dan menolak bertanggungjawab atas kesalahan yang telah Anda perbuat, maka sikap tersebut harus segera dihilangkan.
Argumen seperti ini bisa dihindari dengan memikirkan secara serius tentang apa yang Anda inginkan untuk keluar dari diskusi Anda memulainya. Misalnya, jika Anda merasa sang kekasih orang yang defensif tapi harus mengingatkannya untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama Anda, bisa dikatakan dengan kalimat, "Sayang, ayo luangkan waktu untuk pergi berdua. Teman-temanku mengira kita sedang bermasalah karena jarang terlihat bersama".
4. Menghakimi
Kalimat seperti, "Aku benci sifat kamu yang sangat egois. Kamu hanya memikirkan diri sendiri" atau "Kamu selalu merengek seperti sapi tua. Diam saja dan beri saya waktu untuk tenang sebentar saja", akan membuat seseorang merasa dihakimi, padahal belum tentu yang dikatakan itu benar.
Saat bertengkar, sebisa mungkin hindari perkataan yang kasar dan menyakitkan secara mental. Tariklah napas dalam-dalam, hembuskan perlahan, lalu mulailah sampaikan komplain Anda tanpa mengritik. Akan lebih baik jika mengatakannya dengan cara seperti, "Aku sudah kehabisan ide untuk mencari solusi permasalahan ini. Mungkin kamu ada pandangan lain?"
Setiap pasangan pasti pernah berdebat, tapi para ahli menyatakan, kata-kata yang Anda gunakan saat berargumen bisa memprediksi apakah hubungan asmara akan bertahan lama atau tidak. Para peneliti di Gottman Relationship Institute telah mengidentifikasi empat tipe argumen yang bisa menghancurkan hubungan Anda, seperti yang dirangkum Women's Weekly.
1. Si Korban dan Penyerang
Saat bertengkar, pasangan selalu memposisikan satu orang sebagai korban dan yang lainnya mendominasi atau agresif. Tipe argumen ini sering dicontohkan dengan kalimat seperti, "Kamu selalu jahat padaku! Aku tidak tahu apa kesalahanku hingga harus menerima perlakukan ini!" atau "Kalau kamu tidak bersikap menyedihkan begini, mungkin masalah ini tidak akan terjadi!"
Kenapa cara berargumen ini bisa menghancurkan hubungan? Pakar percintaan Dr Cecilia D'Felice menjelaskan bahwa setiap orang pasti marah jika dikatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri mereka. Daripada bermain 'korban' dan 'penyerang', lebih baik tekankan bahwa Anda berdua punya pendapat dan pilihan sendiri yang harus dikomunikasikan secara bergantian. Saat berdebat, pilih kata-kata yang mengisyaratkan kalau sebenarnya tidak ada yang salah atau benar di antara kalian. Misalnya dengan mengucapkan, "Aku tidak mau jadi yang selalu membuat keputusan, bisakah kita berkompromi saja?"
2. Menghindar
Ketika berargumen, satu orang menolak untuk mendiskusikan masalah dan lebih memilih untuk pergi. Perkataan seperti, "Tidak ada yang harus aku katakan. Sebaiknya aku pergi saja".
Jika kekasih Anda termasuk tipe yang lebih suka diam ketika berdebat, mungkin Anda akan terpicu untuk memojokkannya sampai akhirnya emosinya meledak. Namun menurut Cecilia, itu adalah cara yang salah. Cobalah berbicara dengan suara yang tenang, seperti, "Kalau kamu terus bersembunyi dalam cangkangmu, kita tidak bisa membicarakan perasaan masing-masing.
Tapi jika Anda di pihak yang suka diam dan menghindar, Anda harus melihat bahwa argumen bisa menjadi solusi penyelesaian masalah. Cobalah untuk mendegarkan perasaan pasangan tanpa memotong perkataannya. Dengarkan hingga selesai, baru utarakan pendapat Anda.
3. Sikap Bertahan
Sikap defensif atau bertahan merupakan respon yang alami saat seseorang merasa di bawah tekanan. Tapi dalam berargumen, sikap bertahan tidak akan membuat permasalahan selesai. Jika Anda kerap berusaha melindungi diri dari kritikan dan menolak bertanggungjawab atas kesalahan yang telah Anda perbuat, maka sikap tersebut harus segera dihilangkan.
Argumen seperti ini bisa dihindari dengan memikirkan secara serius tentang apa yang Anda inginkan untuk keluar dari diskusi Anda memulainya. Misalnya, jika Anda merasa sang kekasih orang yang defensif tapi harus mengingatkannya untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama Anda, bisa dikatakan dengan kalimat, "Sayang, ayo luangkan waktu untuk pergi berdua. Teman-temanku mengira kita sedang bermasalah karena jarang terlihat bersama".
4. Menghakimi
Kalimat seperti, "Aku benci sifat kamu yang sangat egois. Kamu hanya memikirkan diri sendiri" atau "Kamu selalu merengek seperti sapi tua. Diam saja dan beri saya waktu untuk tenang sebentar saja", akan membuat seseorang merasa dihakimi, padahal belum tentu yang dikatakan itu benar.
Saat bertengkar, sebisa mungkin hindari perkataan yang kasar dan menyakitkan secara mental. Tariklah napas dalam-dalam, hembuskan perlahan, lalu mulailah sampaikan komplain Anda tanpa mengritik. Akan lebih baik jika mengatakannya dengan cara seperti, "Aku sudah kehabisan ide untuk mencari solusi permasalahan ini. Mungkin kamu ada pandangan lain?"
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo