Stigma Epilepsi Makin Negatif Akibat Sering Jadi Lelucon di Twitter
Kata 'epilepsi', 'ayan' atau 'sawan' sering dipakai sebagai bahan guyonan dalam pergaulan sehari-hari. Dan dengan merebaknya media jejaring sosial, stigma epilepsi pun makin negatif karena sering menjadi lelucon.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Epilepsy and Behavior, peneliti Kanada menganalisis hampir 11.000 tweet yang berhubungan dengan kata 'epilepsi' dan 41 persen diantaranya dianggap sebagai ofensif (bersifat menyerang atau menyakiti penyandang epilepsi).
Menurut peneliti, layanan jaringan sosial seperti Twitter tampaknya telah menjadi platform untuk komentar menghina tentang epilepsi dan kejang. Peneliti juga menunjukkan bahwa pesan di Twitter bisa memperkuat persepsi negatif pada penderita gangguan neurologis ini.
"Meskipun kami sangat menyadari stigma yang dihadapi oleh orang-orang dengan epilepsi, kami terkejut melihat seberapa luas masalahnya dalam media sosial. Ini tentu menekankan kebutuhan untuk kampanye publik untuk memerangi sikap-sikap negatif," jelas Dr Paula Brna dari Dalhousie University di Kanada, seperti dilansir Healthday.
Dalam pengumpulan tweet-tweet yang mengacu kepada epilepsi selama satu minggu pada bulan April 2011, para peneliti menemukan bahwa ada beberapa tweet yang mengkritik orang yang bercanda tentang epilepsi dan kejang.
Namun dibutuhkan lebih banyak orang yang berbicara menentang stereotip negatif yang terkait dengan epilepsi dan pesannya harus lebih kuat.
Dr Brna dan rekan menyimpulkan bahwa kesadaran lebih lanjut diperlukan tentang epilepsi untuk mendorong pemahaman yang lebih baik dari gangguan tersebut.
"Sekarang saatnya bagi komunitas epilepsi untuk bangkit, buatlah revolusi Twitter kita sendiri dan ubah\' kondisi yang dirasakan ini," tutur Dr. Joseph Sirven, profesor neurologi dan ketua departemen neurologi dari Mayo Clinic di Arizona.
Epilepsi adalah kejang spontan sebanyak 2 kali atau lebih tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik, trauma kepala, infeksi pada otak, kelainaan sejak lahir atau kelainan metabolisme tubuh.
Gejala teringan dari epilepsi, penderita melakukan gerakan ritmik lengan atau jari tangan, terlihat bengong, terjatuh tiba-tiba di saat berjalan.
Gejala lain seluruh anggota\' badan dan tubuh kejang kaku (kelojotan) disertai hilang kesadaran (epilepsi umum). Sedangkan pada epilepsi fokal, penderita tidak mengalami hilang kesadaran hanya tangan yang mengalami kejang.
Kata 'epilepsi', 'ayan' atau 'sawan' sering dipakai sebagai bahan guyonan dalam pergaulan sehari-hari. Dan dengan merebaknya media jejaring sosial, stigma epilepsi pun makin negatif karena sering menjadi lelucon.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Epilepsy and Behavior, peneliti Kanada menganalisis hampir 11.000 tweet yang berhubungan dengan kata 'epilepsi' dan 41 persen diantaranya dianggap sebagai ofensif (bersifat menyerang atau menyakiti penyandang epilepsi).
Menurut peneliti, layanan jaringan sosial seperti Twitter tampaknya telah menjadi platform untuk komentar menghina tentang epilepsi dan kejang. Peneliti juga menunjukkan bahwa pesan di Twitter bisa memperkuat persepsi negatif pada penderita gangguan neurologis ini.
"Meskipun kami sangat menyadari stigma yang dihadapi oleh orang-orang dengan epilepsi, kami terkejut melihat seberapa luas masalahnya dalam media sosial. Ini tentu menekankan kebutuhan untuk kampanye publik untuk memerangi sikap-sikap negatif," jelas Dr Paula Brna dari Dalhousie University di Kanada, seperti dilansir Healthday.
Dalam pengumpulan tweet-tweet yang mengacu kepada epilepsi selama satu minggu pada bulan April 2011, para peneliti menemukan bahwa ada beberapa tweet yang mengkritik orang yang bercanda tentang epilepsi dan kejang.
Namun dibutuhkan lebih banyak orang yang berbicara menentang stereotip negatif yang terkait dengan epilepsi dan pesannya harus lebih kuat.
Dr Brna dan rekan menyimpulkan bahwa kesadaran lebih lanjut diperlukan tentang epilepsi untuk mendorong pemahaman yang lebih baik dari gangguan tersebut.
"Sekarang saatnya bagi komunitas epilepsi untuk bangkit, buatlah revolusi Twitter kita sendiri dan ubah\' kondisi yang dirasakan ini," tutur Dr. Joseph Sirven, profesor neurologi dan ketua departemen neurologi dari Mayo Clinic di Arizona.
Epilepsi adalah kejang spontan sebanyak 2 kali atau lebih tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik, trauma kepala, infeksi pada otak, kelainaan sejak lahir atau kelainan metabolisme tubuh.
Gejala teringan dari epilepsi, penderita melakukan gerakan ritmik lengan atau jari tangan, terlihat bengong, terjatuh tiba-tiba di saat berjalan.
Gejala lain seluruh anggota\' badan dan tubuh kejang kaku (kelojotan) disertai hilang kesadaran (epilepsi umum). Sedangkan pada epilepsi fokal, penderita tidak mengalami hilang kesadaran hanya tangan yang mengalami kejang.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo