Pria Gemuk Spermanya Sedikit dan Tidak Bagus
Kelebihan berat badan banyak dikaitkan dengan penyakit gangguan metabolisme, jantung dan penyempitan pembuluh darah. Selain buruk bagi diri sendiri, obesitas juga berakibat buruk bagi pasangan. Pria dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko menjadi tidak subur.
Sebuah penelitian di Paris menemukan bahwa pria yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas lebih besar kemungkinannya menghasilkan sperma yang sedikit atau spermanya kurang berkualitas ketika dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal.
"Penelitian kami sangat menyarankan bahwa kelebihan berat badan mempengaruhi produksi sperma. Temuan ini nampaknya membantu menjelaskan mengapa wabah obesitas secara global meningkat seiring menurunnya kesuburan pria," kata peneliti, dr Sébastien Czernichow, kepala departemen nutrisi di Ambroise Paré University Hospital di Paris seperti dilansir myhealthnewsdaily.com.
Czernichow dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari 14 penelitian sebelumnya terhadap hampir 10.000 orang pria. Para peneliti memeriksa jumlah sperma setiap peserta penelitian dan membandingkannya dengan indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan ukuran kegemukan tubuh yang dihitung berdasarkan berat dan tinggi badan. Pria dengan IMT lebih dari 25 dianggap mengalami kelebihan berat badan dan IMT lebih dari 30 dianggap obesitas.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Internal Medicine ini menemukan bahwa di antara orang-orang dengan berat badan normal, hanya 24 persen yang memiliki jumlah sperma sedikit dan 2,6 persen yang spermanya tidak berkualitas. Namun pada pria dengan kelebihan berat badan, 25,6 persen memiliki jumlah sperma yang rendah dan 4,7 persen tidak memiliki sperma yang layak. Di antara pria obesitas, 32,4 persen memiliki jumlah sperma yang rendah dan 6,9 persen tidak memiliki sperma yang layak.
Hubungan ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa jaringan lemak mengubah hormon testoteron pria menjadi hormon wanita, estrogen. Makin banyak jaringan lemak, maka testoteron yang diubah menjadi estrogen semakin banyak.
"Mungkin juga ada cara lain yang bisa menjelaskan hubungan ini. Hormon leptin yang diproduksi oleh sel lemak dapat merusak sel-sel sperma atau sel-sel yang memproduksi sperma. Bisa juga karena banyaknya jaringan lemak meningkatkan suhu di dalam skrotum sehingga merusak sel sperma," kata dr Czernichow.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pengaruh obesitas terhadap sel sperma. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang beragam dan dianggap para peneliti sebagai analisis yang kurang valid karena adanya data yang hilang dan jumlah sperma bukanlah ukuran yang sempurna untuk menghitung kesuburan pria.
Kelebihan berat badan banyak dikaitkan dengan penyakit gangguan metabolisme, jantung dan penyempitan pembuluh darah. Selain buruk bagi diri sendiri, obesitas juga berakibat buruk bagi pasangan. Pria dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko menjadi tidak subur.
Sebuah penelitian di Paris menemukan bahwa pria yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas lebih besar kemungkinannya menghasilkan sperma yang sedikit atau spermanya kurang berkualitas ketika dibandingkan dengan pria dengan berat badan normal.
"Penelitian kami sangat menyarankan bahwa kelebihan berat badan mempengaruhi produksi sperma. Temuan ini nampaknya membantu menjelaskan mengapa wabah obesitas secara global meningkat seiring menurunnya kesuburan pria," kata peneliti, dr Sébastien Czernichow, kepala departemen nutrisi di Ambroise Paré University Hospital di Paris seperti dilansir myhealthnewsdaily.com.
Czernichow dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari 14 penelitian sebelumnya terhadap hampir 10.000 orang pria. Para peneliti memeriksa jumlah sperma setiap peserta penelitian dan membandingkannya dengan indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan ukuran kegemukan tubuh yang dihitung berdasarkan berat dan tinggi badan. Pria dengan IMT lebih dari 25 dianggap mengalami kelebihan berat badan dan IMT lebih dari 30 dianggap obesitas.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Internal Medicine ini menemukan bahwa di antara orang-orang dengan berat badan normal, hanya 24 persen yang memiliki jumlah sperma sedikit dan 2,6 persen yang spermanya tidak berkualitas. Namun pada pria dengan kelebihan berat badan, 25,6 persen memiliki jumlah sperma yang rendah dan 4,7 persen tidak memiliki sperma yang layak. Di antara pria obesitas, 32,4 persen memiliki jumlah sperma yang rendah dan 6,9 persen tidak memiliki sperma yang layak.
Hubungan ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa jaringan lemak mengubah hormon testoteron pria menjadi hormon wanita, estrogen. Makin banyak jaringan lemak, maka testoteron yang diubah menjadi estrogen semakin banyak.
"Mungkin juga ada cara lain yang bisa menjelaskan hubungan ini. Hormon leptin yang diproduksi oleh sel lemak dapat merusak sel-sel sperma atau sel-sel yang memproduksi sperma. Bisa juga karena banyaknya jaringan lemak meningkatkan suhu di dalam skrotum sehingga merusak sel sperma," kata dr Czernichow.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pengaruh obesitas terhadap sel sperma. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang beragam dan dianggap para peneliti sebagai analisis yang kurang valid karena adanya data yang hilang dan jumlah sperma bukanlah ukuran yang sempurna untuk menghitung kesuburan pria.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo