Apa itu Mioma?
Orang menyingkatnya dengan sebutan miom. Padahal, hal itu merujuk pada mioma uteri. Mioma, kata Juanita, merupakan tumor jinak yang berasal miometrium, yakni daerah sekitar rahim (otot rahim dan jaringan ikat sekitarnya).
Mioma sering ditemukan pada perempuan usia reproduksi 20- 25%. Angka kejadian (prevalensi) mioma meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus. Hal itu membuktikan banyak wanita yang menderita mioma tanpa bergejala. Walupun jarang terjadi (kurang dari 1%) mioma uteri bisa berubah menjadi keganasan.
Hingga kini penyebab pasti mioma belum diketahui, tetapi diduga ada peranan hormone estrogen yang berperan disamping factor keturunan. Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.
Junita menyebut beberapa faktor resiko mioma. Diantaranya perempuan pasca menopause, usia menstruasi pertama kali terlalu muda, obesitas, kehamilan, obesitas, kontrasepsi, kombinasi, merokok, dan ada keluarga yang menderita mioma.
Mioma akan memicu keluhan di sistem reproduksi, diantaranya:
Pada kehamilan, mioma memang wajib diwaspadai. Sebab, di samping memungkinkan keguguran spontan, juga memicu letak janin yang menghalangi kemajuan persalinan sehingga menyebabkan perdarahan, plasenta sukar lepas dari dasarnya, dan mengganggu proses nifas.
Untuk mendiagnosis mioma, yang paling utama adalah dengan mengetahui keluhan, pemeriksaan fisik, serta\'\' pemeriksaan penunjang berupa USG, dan MRI yang dapat membrikan gambaran pencitraan yang lebih akurat dalam penilaian ukuran, jumlah, lokasi mioma.
Lalu, bagaimana dengan pengobatannya? Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi, hanya perlu diamati tiap 3- 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Pembedahan dan pengangkatan mioma dilakukan bila besarnya mioma melebihi besar rahim seperti pada kehamilan 12- 14 bulan minggu. Sayangnya, kata Junita, pada beberapa pasien atau sekitar 40- 50% terjadi kekambuhan setelah dilakukan miomektomi atau pengangkatan mioma dan dua pertiganya memerlukan pembedahan lagi.
Pembedahan mioma meliputi miomektomi bagi yang masih menginginkan fungsi reproduksi, atau histerektomi bagi yang sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi.
sumber: HealthToday
Orang menyingkatnya dengan sebutan miom. Padahal, hal itu merujuk pada mioma uteri. Mioma, kata Juanita, merupakan tumor jinak yang berasal miometrium, yakni daerah sekitar rahim (otot rahim dan jaringan ikat sekitarnya).
Mioma sering ditemukan pada perempuan usia reproduksi 20- 25%. Angka kejadian (prevalensi) mioma meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus. Hal itu membuktikan banyak wanita yang menderita mioma tanpa bergejala. Walupun jarang terjadi (kurang dari 1%) mioma uteri bisa berubah menjadi keganasan.
Hingga kini penyebab pasti mioma belum diketahui, tetapi diduga ada peranan hormone estrogen yang berperan disamping factor keturunan. Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.
Junita menyebut beberapa faktor resiko mioma. Diantaranya perempuan pasca menopause, usia menstruasi pertama kali terlalu muda, obesitas, kehamilan, obesitas, kontrasepsi, kombinasi, merokok, dan ada keluarga yang menderita mioma.
Mioma akan memicu keluhan di sistem reproduksi, diantaranya:
- Persarahan abnormal
- Ketidaknyamanan di panggul. Hal itu karena pembesaran uterus akibat mioma menyebabkan sensasi tekanan, frekuensi berkemih, inkontinensia, dan konstipasi (sembelit)
- Dismenore (nyeri perut)
- Infertilitas (sekitar 2- 3% kasus infertilitas dipicu normal)
- Jika sedang hamil, mioma berpotensi menyebabkan keguguran spontan
Pada kehamilan, mioma memang wajib diwaspadai. Sebab, di samping memungkinkan keguguran spontan, juga memicu letak janin yang menghalangi kemajuan persalinan sehingga menyebabkan perdarahan, plasenta sukar lepas dari dasarnya, dan mengganggu proses nifas.
Untuk mendiagnosis mioma, yang paling utama adalah dengan mengetahui keluhan, pemeriksaan fisik, serta\'\' pemeriksaan penunjang berupa USG, dan MRI yang dapat membrikan gambaran pencitraan yang lebih akurat dalam penilaian ukuran, jumlah, lokasi mioma.
Lalu, bagaimana dengan pengobatannya? Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi, hanya perlu diamati tiap 3- 6 bulan untuk menilai pembesarannya. Pembedahan dan pengangkatan mioma dilakukan bila besarnya mioma melebihi besar rahim seperti pada kehamilan 12- 14 bulan minggu. Sayangnya, kata Junita, pada beberapa pasien atau sekitar 40- 50% terjadi kekambuhan setelah dilakukan miomektomi atau pengangkatan mioma dan dua pertiganya memerlukan pembedahan lagi.
Pembedahan mioma meliputi miomektomi bagi yang masih menginginkan fungsi reproduksi, atau histerektomi bagi yang sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi.
sumber: HealthToday
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo