Y3hoo™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Gaul dan Informasi

INFO UNTUK ANDA

Y3hoo Ada di Facebook

Share Y3hoo ke Twitter

Follow Me

Image hosted by servimg.com

Y3hoo Mailing List

Enter Your Email Address:

Latest topics

» Apa Itu Dejavu
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo

» Tentang Tisu Magic
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta

» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta

» Cara Mengetahui IP address Internet
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia

» Angleng dan Wajit
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta

» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade

» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade

» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo

» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Unforgettable – Winna Efendi Icon_minitime1Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo

IKLAN ANDA


    Unforgettable – Winna Efendi

    online
    online


    452
    27.08.09

    Unforgettable – Winna Efendi Empty Unforgettable – Winna Efendi

    Post  online Tue Mar 26, 2013 7:36 am

    Unforgettable – Winna Efendi Cover-depan_unforgettable

    Perempuan dan lelaki itu beruntung. Seorang Winna Efendi, dengan tangannya yang selalu saja menghasilkan karya-karya indah, mau menuliskan kisah mereka dalam sebuah novel, yang tentu saja, indah.

    Mungkin aku tidak seberuntung mereka, belum ada penulis yang mau menuangkan kisahku dalam novel. Atau bisa jadi karena kisahku memang tidak tragis seperti mereka. Maka aku, hanya mampu mencoba untuk menuliskan sendiri kisahku, tentu saja dengan caraku, pilihan kata-kataku, serta\' campur aduknya rasa yang aku punya.

    Aku mengenalnya seperti perempuan itu mengenal wine pertamanya. Tanpa rasa ketertarikan yang besar, namun terpaku saat mendengar kelembutannya. Nama yang terasa asing, suasana yang menyenangkan, membuat semua rasa yang terhirup terasa begitu campur aduk.

    Berwarna kuning pucat, beraroma vanila, jeruk nipis, dan buah peach, begitulah perempuan itu mengenalnya. Satu dua patah kata, tiga empat detik jabat tangan, dan lima enam tatapan mata, begitulah aku mengenalnya.

    Perempuan itu begitu menyendiri, tenggelam dalam dunianya sendiri. Mungkin seperti wine favoritnya, tidak terlalu populer dengan rasa yang juga tidak terlalu menyegarkan. Rasa kering yang tidak istimewa yang akan muncul beberapa saat setelah meminumnya justru membuatnya sangat menyukai wine jenis tersebut. Dan lelaki itu, menyukai hal-hal yang tidak istimewa dari perempuan itu.

    Rak kayu berisi botol-botol wine milik keluarga perempuan itu dibangun dalam waktu yang tidak sebentar, isi yang hanya sedikit namun bertambah banyak seiring berlalunya waktu, pelajaran tentang cara yang tepat untuk membuatnya tetap awet, hingga mengetahui detail rasa serta\' aroma setiap jenisnya. Semuanya melalui proses yang tidak pendek. Rak tersebut memuat berbagai kenangan antara perempuan itu, dengan kakak dan ayahnya. Hingga lekat dalam tiap sel otaknya.

    Sejak beberapa tahun yang lalu, aku telah memiliki rak. Serbaguna, penuh dengan buku dan bebeberapa kotak kecil berisi benda-benda. Sebagian masih berfungsi, sebagian lainnya kusimpan hanya karena kenangannya. Rak bermodel sederhana seperti inginku dan dipoles dengan warna favorit lelakiku. Empat tingkat yang tinggi, masing-masing dengan jenis buku yang berbeda. Butuh sekian bulan untuk membiasakan diri agar tidak lagi salah menaruh pada tempatnya. Karena kotak-kotak yang selalu saja menipuku dengan bentuknya yang mirip, lelakiku membuat semuanya boleh diletakkan di mana saja. Hingga genap dalam tiap langkahku.

    Perempuan dan lelaki itu begitu berbeda. Masa lalu yang mengikat, bilik-bilik kenangan yang mengintip, penyendiri dengan penjelajah, rutinitas dengan kejenuhan, menulis dengan alkohol dan rokok. Pencinta penuh yang berhadapan dengan ketakutan untuk mencinta sangat. Hanya nyaman yang mampu membuat mereka dapat beriringan. Ataukah cinta?

    Tanpa banyak persamaan, aku selalu saja tersenyum melihat jejak lelakiku yang semakin lama semakin menarik untuk diceritakan. Kesendirian tetap setia menemaniku saat lelakiku sedang mengejar mentari dalam dunianya. Dan melihat wajah ceria lelakiku sesudahnya, menjanjikan rasa yang begitu aku sukai. Atau aku cintai?

    Perempuan dan lelaki itu sama-sama merindu. Begitu mudah tercipta dari percakapan panjang di tiap malamnya, dari denting gelas wine yang menemani, dari petikan senar gitar yang mengalun, bahkan dari hilangnya suara saat tergantikan tatapan mata yang begitu dalam. Kebersamaan yang semakin lama semakin sulit dihitung hanya dengan dua tangan, menit yang terasa lama saat lelaki itu beranjak dari kursi, gerak bibir yang terlihat dari kejauhan, kenyataan yang tetap saja berhasil menusuk, dan hujan yang seperti mengerti basahnya perasaan perempuan itu. Hal-hal yang seharusnya tidak perlu dirasakan.

    Tidak seperti perempuan itu, aku hanya ingin bersama-sama merawat rak tinggi milikku dan lelakiku, melihatnya berdebu dalam hitungan hari, membersihkannya bersama lelakiku yang akan bersin saat terkena debu, merapikan semuanya, menata ulang semauku, lalu membongkarnya lagi saat lelakiku tidak menemukan apa yang dia cari, kembali memasukkan tiap hal-hal kecil yang kutemukan, untuk dapat aku lihat lagi saat aku membutuhkannya, dan begitu seterusnya.

    Akhirnya perempuan itu meletakkan semuanya pada pagi itu, dalam bisikan pendeknya pada lelaki itu. Ketakutannya yang terangkum dalam keinginannya untuk berhenti. Keberaniannya yang mendadak muncul, bersamaan dengan lepasnya beban yang selama ini mengikat. Lelaki itu pun menyerah dengan ketakutannya.

    Perempuan dan lelaki itu membagi cerita bagian akhirnya dengan menggenggam kebersamaan. Kebersamaan yang mengikat.

    Kisahku belum tertulis hingga bagian akhir seperti cerita perempuan dan lelaki itu. Mungkin di suatu siang yang sejuk, aku akan mengajak lelakiku untuk melihat isi kotak-kotak kecilku bersama, menertawakan setiap keping yang mengandung cerita sedih, senang, cemas, marah, dan lainnya. Menceritakan kembali sedikit yang terlupa, memberitahu rahasia kecilku yang memalukan, menunjukkan tulisan-tulisan rindu yang tak pernah kuperlihatkan, menikmati sinar mata lelakiku yang ceria, menagih cerita melalui renyahnya suara lelakiku, dan tentu saja berbagi lelucon yang hanya dimengerti olehku dan lelakiku.

    Tapi itu nanti, tentu saja masih nanti. Mungkin sekitar 12, 37, atau 56 tahun yang akan datang.

    Bagaimana, lelakiku?

    Kamu mau?




      Waktu sekarang Fri Nov 15, 2024 12:45 pm