Temulawak adalah tanaman obat yang paling banyak digunakan oleh para dokter dan pasien pengobatan herbal. Cara paling tepat untuk mengonsumsi temulawak adalah dengan cara alami yang bebas dari zat pengawet. Nah, pilihan cara mengolah temulawak sebenarnya beragam, tergantung dari manfaat apa yang ingin didapatkan.
Prof Nyoman Kertia, MD., Ph.D, pakar temulawak dari Universitas Gajah Mada, mengatakan cara mengolah temulawak bisa menghasilkan zat yang berbeda. Ini tentunya menimbulkan dampak yang berbeda pula bagi kesehatan.
"Mau itu serbuk, sirup, ekstrak, dan lain-lain. Mana yang lebih 'cespleng' sebenarnya tergantung kebutuhan kita. Kalau kita menginginkan zat kurkuma dari temulawak, maka dijus atau diparut saja. Atau bisa simplisia (ditumbuk lalu diseduh), jadi kesegarannya terjaga," ujar Prof Kertia.
Hal ini ia katakan pada konferensi pers 'SOHO Global Health, Mengembangkan Potensi Alam untuk Indonesia Sehat', yang digelar di ruang Patio, Tribeca Central Park Mall, Jl Letjen S Parman, Kav 28, Jakarta Barat.
Jika ingin mendapatkan manfaat minyak atsirinya, maka temulawak bisa direbus. Ada juga orang yang membuat ekstrak temulawak. Menurut Prof Kertia, ekstrak itu memang gampang diserap tubuh, tapi ternyata justru ada efek sampingnya.
Ia mengakui, kurkuma dan minyak atsiri adalah zat yang paling banyak dimanfaatkan dalam dunia medis. Kurkuma sering digunakan untuk pengobatan pasien lever dan perawatan pasien osteoatritis. Minyak atsiri mampu mengobati rematik. Selain itu kedua zat ini juga mengandung anti-oksidan yang baik untuk mencegah kanker. Di samping itu juga dapat menyembuhkan sakit maag, memperbaiki fungsi ginjal, membuat kulit awet muda, dan lain-lain.
Prof Kertia mengakui bahwa belakangan pemberian resep obat herbal mulai dibiasakan banyak dokter. Menurutnya ini adalah hal yang baik, karena berdasarkan penelitian yang ia lakukan, terbukti bahwa obat-obat herbal lebih baik daripada obat kimia dalam banyak hal.
Ia mencontohkan, obat kimia akan menimbulkan efek samping dan menjadi toksik terhadap kesehatan jika dikonsumsi 10 kali dosis normal. Sedangkan obat herbal baru 'menjelma' menjadi racun pada 100 kali dosis. Ia pun mengatakan unsur kimia dalam obat ternyata mampu mengganggu kesehatan dan fungsi kerja organ lainnya. Akibatnya, Prof Kertia mencontohkan, pasien sakit lever bukannya sembuh tapi malah semakin parah. Ada pula yang mengalami pendarahan saluran cerna akibat infeksi dari zat kimia dalam obat.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo