Saat itu kau adalah seorang pengukir yang bekerja dengan patron tak terlihat.
17 hasta kepingan kayu kau penuhi dengan rangkaian corak tak terputus.
Sekarang kau adalah seorang perencana yang melihat jauh ke depan.
Kau tak akan berhenti sebelum visi yang jauh itu dapat kau rengkuh.
Saat itu kau adalah seorang konduktor yang meramu kompleksitas nada-nada.
Kau menyatukan ritme bass, harmoni celo dan melodi biola dalam satu simphony.
Sekarang kau menjadi konspirator yang menjalankan rencana kompleks tak terduga.
Tak seorangpun yang dapat menebak pola rencana-rencana yang kau reka.
Saat itu kau adalah seorang penyulam yang bekerja dengan gradasi warna benang.
Kau memadukan 81 warna benang dalam sebuah deskripsi pemandangan senja.
Sekarang kau berdiri di belakang seorang panglima dan menjadi tulang punggungnya.
Kau lah yang merangkai 1001 karakter menjadi satu pasukan tanpa tanding.
Saat itu kau adalah pelukis yang melihat keindahan pada berbagai benda.
Juga kau sadari keindahan pada tetesan embun di kelopak alamanda.
Sekarang kau adalah pendengar yang selalu memaklumi segala keluh kesah
Juga kau menjadi pelindung setia bagi seseorang yang kau cintai.
Kau telah menjadi sesuatu yang berbeda haluan dengan bayangan manusia.
Kau telah memilih jalan itu karena kau lebih mengutamakan dharma.
Kau utamakan dharma daripada mencari kepuasan pribadi dan aktualisasi diri.
Kau sadari… dunia butuh sesuatu yang bermanfaat bukan yang sesuatu yang mengagumkan.
Ini bukanlah pilihan jati diri.
Melainkan pilihan cara memanifestasikan kekuatanmu.
Kau tidak kehilangan jati dirimu dengan memilih haluan yang berbeda.
Jiwa yang ceria itu tetap hidup di dalam jasad yang mengisi waktu dengan perjuangan.
Kau sadari bahwa mematikan gairah dalam dirimu adalah kemustahilan.
Karena gairah itulah yang menunjukkan bahwa kau adalah seorang insan.
Kau hanya mengejawantahkan kekuatanmu dalam sebuah wujud kepahlawanan.
Juga dalam wujud ketaatan hamba pada Tuhannya.
Biarlah pahat, dawai, jarum, dan kanvas itu tersimpan.
Biarlah tinta, meja, peta, dan kesabaran menjadi temanmu.
Kelak kau akan kembali menjadi pengukir, konduktor, penyulam, atau pelukis.
Ketika sebelah kakimu telah melintasi gerbang nirwana.
17 hasta kepingan kayu kau penuhi dengan rangkaian corak tak terputus.
Sekarang kau adalah seorang perencana yang melihat jauh ke depan.
Kau tak akan berhenti sebelum visi yang jauh itu dapat kau rengkuh.
Saat itu kau adalah seorang konduktor yang meramu kompleksitas nada-nada.
Kau menyatukan ritme bass, harmoni celo dan melodi biola dalam satu simphony.
Sekarang kau menjadi konspirator yang menjalankan rencana kompleks tak terduga.
Tak seorangpun yang dapat menebak pola rencana-rencana yang kau reka.
Saat itu kau adalah seorang penyulam yang bekerja dengan gradasi warna benang.
Kau memadukan 81 warna benang dalam sebuah deskripsi pemandangan senja.
Sekarang kau berdiri di belakang seorang panglima dan menjadi tulang punggungnya.
Kau lah yang merangkai 1001 karakter menjadi satu pasukan tanpa tanding.
Saat itu kau adalah pelukis yang melihat keindahan pada berbagai benda.
Juga kau sadari keindahan pada tetesan embun di kelopak alamanda.
Sekarang kau adalah pendengar yang selalu memaklumi segala keluh kesah
Juga kau menjadi pelindung setia bagi seseorang yang kau cintai.
Kau telah menjadi sesuatu yang berbeda haluan dengan bayangan manusia.
Kau telah memilih jalan itu karena kau lebih mengutamakan dharma.
Kau utamakan dharma daripada mencari kepuasan pribadi dan aktualisasi diri.
Kau sadari… dunia butuh sesuatu yang bermanfaat bukan yang sesuatu yang mengagumkan.
Ini bukanlah pilihan jati diri.
Melainkan pilihan cara memanifestasikan kekuatanmu.
Kau tidak kehilangan jati dirimu dengan memilih haluan yang berbeda.
Jiwa yang ceria itu tetap hidup di dalam jasad yang mengisi waktu dengan perjuangan.
Kau sadari bahwa mematikan gairah dalam dirimu adalah kemustahilan.
Karena gairah itulah yang menunjukkan bahwa kau adalah seorang insan.
Kau hanya mengejawantahkan kekuatanmu dalam sebuah wujud kepahlawanan.
Juga dalam wujud ketaatan hamba pada Tuhannya.
Biarlah pahat, dawai, jarum, dan kanvas itu tersimpan.
Biarlah tinta, meja, peta, dan kesabaran menjadi temanmu.
Kelak kau akan kembali menjadi pengukir, konduktor, penyulam, atau pelukis.
Ketika sebelah kakimu telah melintasi gerbang nirwana.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo