cerita ini adalah fiksi...
Namaku yaya, berumur 22 tahun dan tahun ini aku akan nikah dengan seorang lelaki yg bernama ifan yg berumur 28 tahun. Aku mengenalinya 2 tahun yg lalu melalui pertemuan yg di aturkan sahabat-sahabatku yg tidak mau aku terus-terusan di landa kekecewaan karena di tinggalkan pacar. Ketika itu keadaan ku terlalu lemah dari segi emosi karena aku terlalu tertekan.
‘kamu tengah menungkan apa ya?’ ifan mengajukan pertanyaan. Tiada jawaban dariku karena aku terlalu di buai emosi. Ida di sisiku menyiku pinggangku. Aku menoleh dengan linangan airmata. Hatiku masih sakit dan terluka. Pertemuan kami berlalu dengan hambar melihat keadaan emosi ku yg masih belum stabil. Akhirnya aku memutuskan untuk berlalu dari situ karena aku tidak ingin merusakkan mood kawan-kawanku yg sedang bergembira. Walaupun berat hati mereka melepaskan ku, namun aku tetap berkeras.
‘yaya, betul kah yaya bisa pulang sendiri? Yaya tak apa-apa kan?’ ida menanyaiku. Aku hanya berdiam diri. Kalau boleh, aku mau terus berlalu dari sini, lenyap ke kota yang jauh dari sini, yang tak ada nama. Masa itu, inilah apa yg aku fikirkan. Langkah kaki ku teruskan.
‘yaya, sepatutnya, rumah mu bukan arah sana kan?’ ifan menegurku secara tiba-tiba.
‘bagaimana bisa kamu tau arah rumah saya?’ aku bertanya keheranan
‘sebab kamu yang memberi tau saat perjumpaan persahabatan tadi.’
‘tadi? kamu ada saat pertemuan tadi?’ aku keheranan.
‘ah… lupakan, kamu tak perasan apa-apa ya?’ ifan mengeluh lalu menyambung,
‘sebab saya risaukan kamu, sebab saya tak ikut mereka pergi club. Saya tak dapat biarkan kamu, tak bisa biarkan gadis yg baru putus cinta di tinggalkan sendirian.’ Ifan menjawab jujur.
‘Apa..ap..a..pu..tus.. cinta…! Tak adalah.. saya.. mana ada…’ aku tergagap-gagap membalas kata-kata ifan.
‘jangan bicara lagi. Cuma dengan melihat rautmu, saya dah dapat tahu.’ Ifan menghulurkan tangan.
‘saya antar pulang ya.’ Sebuah senyuman ikhlas di hadiahkan ifan. Aku sungkan menyambut uluran tangan ifan. Erat genggaman tangan ifan menghangatkan perasaan ku.
‘saya ifan, berumur 26 tahun.’ Di situlah bermulanya pertemuan pertama kami namun perasaannya cukup istimewa. Aku dapat merasakan kehadiran ifan dapat menyembuhkan hati ku yg luka, mungkin boleh membawa kebahagiaan kepada diri ku. Kami menjalin hubungan selama dua tahun dan selepas itu mengikat tali pertunangan. Lagi sebulan, kami akan melangsungkan pernikahan, hati ku senantiasa berdebar-debar menanti saat di ijab kabul itu. Kini, aku sering mampir ke rumah ifan menyediakan makanan untuk dia, belajar untuk menjadi isteri yg sempurna untuknya.
‘alamak! bumbu penyedap udah abis. Macam mana nih? ifan dah mau balik dari kerja, sempat tak nih? hmm terpaksa lah ke rumah mak, minta sedikit buat penydap masakan nih.’ aku bergegas secepat mungkin, nasib baik rumah mak dekat hehehe..
‘terima kasih mama. Hehehe’ aku ketawa senang.
‘payah yaya nih. ini dah kali yg ke berapa? Yaya nih tak faham-faham lagi kah? Yaya udah mau nikah, belajarlah masak. Kalau tidak, nanti ifan pun tak suka yaya lagi.’ Mama dah mulai mengomel. Aku hanya tersenyum simpul.
‘yaya..yaya.. sini..sini..’ papa memanggil ku dengan suara yg sangat kecil.
‘makanan yg yaya makan cukup enak tak? Ambil nih, makanan buat kamu dengan ifan. Jangan memberi tahu mama kamu ya?’ papa berbisik ke telinga ku. Aku menyambut kresek plastic yg penuh dengan tumpukan makanan. Ahh papa, masih seperti dulu. Menganggap ku seperti anak kecil.
‘abang..!! inikan bahan untuk persediaan makan malam kita? Sejak tadi lagi saya cari tau. payah nih abang, terlalu menyayangi anak perempuan sehingga terlebih memanjakannya.’ Mama mengambil plastic dari tangan ku. Aku hanya tersenyum. Ah..ah.. mama dan papa, mereka macam dahulu juga. Sering bertengkar namun itulah yg membuatkan kasih sayang mereka semakin erat. Aku sudah maklum, sebelum mereka nikah, terlalu banyak rintangan yg terpaksa mereka tempuh. Terlalu banyak hati yg terluka ketika itu, namun mereka meneruskan hubungan itu karena mereka yakin dengan cinta sejati yg mereka miliki.
Aku melirik meja, sebuah album gambar ku lihat. Rupa-rupanya papa sedang melihat gambar-gambar kenangan sewaktu papa dan mama berpacaran.
‘ini gambar sebelum nikah.’ Mama merenung gambar mereka saling berpelukan. Muka mama kelihatan ceria.
‘yaya, lihat. Papa ganteng kan saat muda?’
‘tapi mama juga cantik.’ Aku mengiya kan kata-kata mama dan papa. Tidak ku nafikan, mama dan papa sama-sama cantik dan ganteng ketika muda.
‘mama dan papa nikah selepas mengarungi pelbagai rintangan. masa2 sulit.’ Mama mengenang kembali memori lama.
‘yalah.’ Papa menyahut cerita mama. Wajah mereka berdua menunduk seperti mengenang cerita lama. Aku memandang wajah kedua-duanya. Aku bangga memiliki orang tua seperti mereka. Dan masa akan datang, aku juga impikan menjadi pasangan suami isteri seperti mama dan papa.
‘oalahh, ifan dah mau balik nih!!’ aku menjerit tiba-tiba. Tidak menyadari waktu berlalu dengan cepat. Aku mulai bergegas pulang namun panggilan mama menghentikan ayunan langkah ku.
‘yaya, ada surat untuk yaya. undangan untuk reuni murid-murid SD. Ada di atas lemari.’
************************************************** ***********************************
‘undangan ke acara murid-murid SD dulu?’ suara ifan menghentikan lamunan ku.
‘ifan, kamu dah balik? .’
‘gimana mau rasa, lagi ngelamun, ifan balik pun tak sadar. Emm wanginya, masak apa malam ne?’ ifan memeluk erat tubuhku dari belakang.
‘masak ikan salmon, makanan kesukaan ifan.’ Aku melemparkan senyuman semanis mungkin.
‘wahh.. jadi ngiler ifan dengar. Nih yg buat ifan tambah sayang sama kamu.’ ifan mencium pipi ku mesra. Aku hanya tersenyum lalu memijit hidung ifan mesra.
‘gimana acara reuninya’ ifan bertanya lembut.
‘hmm malas rasanya. Lagi pun rencana pernikahan kita dah dekat. Banyak persiapan yg belum siap lagi.’
‘pergilah, tak selamanya kita bisa jumpa kawan-kawan lama. Lagi pun kesempatan bisa mengundang teman2mu ke pernikahan kita.’
‘tapi…’ belum sempat aku menyahut, ifan telah memotong.
‘pergilah. Inilah perjumpaan terakhir kalian sebelum mengakhiri masa lajangmu. Jangan lupa memberi tahu kawan-kawan kalau ifan sangat menyayangimu.’ Ifan tersenyum manis. Ifan terlalu perhatian, aku sangat beruntung dan gembira memilikinya. Tapi bagi ku, di sana, ada seseorang yg aku tak ingin menjumpainya.. Satu-satunya orang yang aku tak dapat lupakan, izz!!
**************
masih terkenang ucapan izz
‘maafkan izz, yaya..’ ku lihat, air mata bergenang di kelopak mata izz. Itulah kata terakhir dari izz. Aku coba menelpon izz, tapi ibunya mengatakan izz tidak pernah kembali ke rumahnya. Aku menulis email ingin berjumpa buat kali yg terakhir, andai izz memenuhi undangan ku itu, bermakna hubungan kami dapat di teruskan lagi sebagai teman, izz tidak menghadirkan dirinya ketika itu. Aku terus menunggu namun sehingga malam, dengan langkah lunglai, aku melangkah ke rumah izz namun hampa. Tulisan terpampang besar di rumah itu maudi jual ku temukan. Air mata lesu mengalir di kedua-dua belah pipi ku. Inikah penghujung percintaan kami? Cintai pertama, tapi terpaksa berpisahan. Apa yg harus ku lakukan supaya tidak mencintai izz lagi? Supaya aku bisa melupakan setiap kenangan kami? Semenjak itu, kami sekeluarga meninggalkan Kota J dan dan pindah di kota B dan di kota inilah lah jodoh mempertemukan aku dengan ifan....
Namaku yaya, berumur 22 tahun dan tahun ini aku akan nikah dengan seorang lelaki yg bernama ifan yg berumur 28 tahun. Aku mengenalinya 2 tahun yg lalu melalui pertemuan yg di aturkan sahabat-sahabatku yg tidak mau aku terus-terusan di landa kekecewaan karena di tinggalkan pacar. Ketika itu keadaan ku terlalu lemah dari segi emosi karena aku terlalu tertekan.
‘kamu tengah menungkan apa ya?’ ifan mengajukan pertanyaan. Tiada jawaban dariku karena aku terlalu di buai emosi. Ida di sisiku menyiku pinggangku. Aku menoleh dengan linangan airmata. Hatiku masih sakit dan terluka. Pertemuan kami berlalu dengan hambar melihat keadaan emosi ku yg masih belum stabil. Akhirnya aku memutuskan untuk berlalu dari situ karena aku tidak ingin merusakkan mood kawan-kawanku yg sedang bergembira. Walaupun berat hati mereka melepaskan ku, namun aku tetap berkeras.
‘yaya, betul kah yaya bisa pulang sendiri? Yaya tak apa-apa kan?’ ida menanyaiku. Aku hanya berdiam diri. Kalau boleh, aku mau terus berlalu dari sini, lenyap ke kota yang jauh dari sini, yang tak ada nama. Masa itu, inilah apa yg aku fikirkan. Langkah kaki ku teruskan.
‘yaya, sepatutnya, rumah mu bukan arah sana kan?’ ifan menegurku secara tiba-tiba.
‘bagaimana bisa kamu tau arah rumah saya?’ aku bertanya keheranan
‘sebab kamu yang memberi tau saat perjumpaan persahabatan tadi.’
‘tadi? kamu ada saat pertemuan tadi?’ aku keheranan.
‘ah… lupakan, kamu tak perasan apa-apa ya?’ ifan mengeluh lalu menyambung,
‘sebab saya risaukan kamu, sebab saya tak ikut mereka pergi club. Saya tak dapat biarkan kamu, tak bisa biarkan gadis yg baru putus cinta di tinggalkan sendirian.’ Ifan menjawab jujur.
‘Apa..ap..a..pu..tus.. cinta…! Tak adalah.. saya.. mana ada…’ aku tergagap-gagap membalas kata-kata ifan.
‘jangan bicara lagi. Cuma dengan melihat rautmu, saya dah dapat tahu.’ Ifan menghulurkan tangan.
‘saya antar pulang ya.’ Sebuah senyuman ikhlas di hadiahkan ifan. Aku sungkan menyambut uluran tangan ifan. Erat genggaman tangan ifan menghangatkan perasaan ku.
‘saya ifan, berumur 26 tahun.’ Di situlah bermulanya pertemuan pertama kami namun perasaannya cukup istimewa. Aku dapat merasakan kehadiran ifan dapat menyembuhkan hati ku yg luka, mungkin boleh membawa kebahagiaan kepada diri ku. Kami menjalin hubungan selama dua tahun dan selepas itu mengikat tali pertunangan. Lagi sebulan, kami akan melangsungkan pernikahan, hati ku senantiasa berdebar-debar menanti saat di ijab kabul itu. Kini, aku sering mampir ke rumah ifan menyediakan makanan untuk dia, belajar untuk menjadi isteri yg sempurna untuknya.
‘alamak! bumbu penyedap udah abis. Macam mana nih? ifan dah mau balik dari kerja, sempat tak nih? hmm terpaksa lah ke rumah mak, minta sedikit buat penydap masakan nih.’ aku bergegas secepat mungkin, nasib baik rumah mak dekat hehehe..
‘terima kasih mama. Hehehe’ aku ketawa senang.
‘payah yaya nih. ini dah kali yg ke berapa? Yaya nih tak faham-faham lagi kah? Yaya udah mau nikah, belajarlah masak. Kalau tidak, nanti ifan pun tak suka yaya lagi.’ Mama dah mulai mengomel. Aku hanya tersenyum simpul.
‘yaya..yaya.. sini..sini..’ papa memanggil ku dengan suara yg sangat kecil.
‘makanan yg yaya makan cukup enak tak? Ambil nih, makanan buat kamu dengan ifan. Jangan memberi tahu mama kamu ya?’ papa berbisik ke telinga ku. Aku menyambut kresek plastic yg penuh dengan tumpukan makanan. Ahh papa, masih seperti dulu. Menganggap ku seperti anak kecil.
‘abang..!! inikan bahan untuk persediaan makan malam kita? Sejak tadi lagi saya cari tau. payah nih abang, terlalu menyayangi anak perempuan sehingga terlebih memanjakannya.’ Mama mengambil plastic dari tangan ku. Aku hanya tersenyum. Ah..ah.. mama dan papa, mereka macam dahulu juga. Sering bertengkar namun itulah yg membuatkan kasih sayang mereka semakin erat. Aku sudah maklum, sebelum mereka nikah, terlalu banyak rintangan yg terpaksa mereka tempuh. Terlalu banyak hati yg terluka ketika itu, namun mereka meneruskan hubungan itu karena mereka yakin dengan cinta sejati yg mereka miliki.
Aku melirik meja, sebuah album gambar ku lihat. Rupa-rupanya papa sedang melihat gambar-gambar kenangan sewaktu papa dan mama berpacaran.
‘ini gambar sebelum nikah.’ Mama merenung gambar mereka saling berpelukan. Muka mama kelihatan ceria.
‘yaya, lihat. Papa ganteng kan saat muda?’
‘tapi mama juga cantik.’ Aku mengiya kan kata-kata mama dan papa. Tidak ku nafikan, mama dan papa sama-sama cantik dan ganteng ketika muda.
‘mama dan papa nikah selepas mengarungi pelbagai rintangan. masa2 sulit.’ Mama mengenang kembali memori lama.
‘yalah.’ Papa menyahut cerita mama. Wajah mereka berdua menunduk seperti mengenang cerita lama. Aku memandang wajah kedua-duanya. Aku bangga memiliki orang tua seperti mereka. Dan masa akan datang, aku juga impikan menjadi pasangan suami isteri seperti mama dan papa.
‘oalahh, ifan dah mau balik nih!!’ aku menjerit tiba-tiba. Tidak menyadari waktu berlalu dengan cepat. Aku mulai bergegas pulang namun panggilan mama menghentikan ayunan langkah ku.
‘yaya, ada surat untuk yaya. undangan untuk reuni murid-murid SD. Ada di atas lemari.’
************************************************** ***********************************
‘undangan ke acara murid-murid SD dulu?’ suara ifan menghentikan lamunan ku.
‘ifan, kamu dah balik? .’
‘gimana mau rasa, lagi ngelamun, ifan balik pun tak sadar. Emm wanginya, masak apa malam ne?’ ifan memeluk erat tubuhku dari belakang.
‘masak ikan salmon, makanan kesukaan ifan.’ Aku melemparkan senyuman semanis mungkin.
‘wahh.. jadi ngiler ifan dengar. Nih yg buat ifan tambah sayang sama kamu.’ ifan mencium pipi ku mesra. Aku hanya tersenyum lalu memijit hidung ifan mesra.
‘gimana acara reuninya’ ifan bertanya lembut.
‘hmm malas rasanya. Lagi pun rencana pernikahan kita dah dekat. Banyak persiapan yg belum siap lagi.’
‘pergilah, tak selamanya kita bisa jumpa kawan-kawan lama. Lagi pun kesempatan bisa mengundang teman2mu ke pernikahan kita.’
‘tapi…’ belum sempat aku menyahut, ifan telah memotong.
‘pergilah. Inilah perjumpaan terakhir kalian sebelum mengakhiri masa lajangmu. Jangan lupa memberi tahu kawan-kawan kalau ifan sangat menyayangimu.’ Ifan tersenyum manis. Ifan terlalu perhatian, aku sangat beruntung dan gembira memilikinya. Tapi bagi ku, di sana, ada seseorang yg aku tak ingin menjumpainya.. Satu-satunya orang yang aku tak dapat lupakan, izz!!
**************
masih terkenang ucapan izz
‘maafkan izz, yaya..’ ku lihat, air mata bergenang di kelopak mata izz. Itulah kata terakhir dari izz. Aku coba menelpon izz, tapi ibunya mengatakan izz tidak pernah kembali ke rumahnya. Aku menulis email ingin berjumpa buat kali yg terakhir, andai izz memenuhi undangan ku itu, bermakna hubungan kami dapat di teruskan lagi sebagai teman, izz tidak menghadirkan dirinya ketika itu. Aku terus menunggu namun sehingga malam, dengan langkah lunglai, aku melangkah ke rumah izz namun hampa. Tulisan terpampang besar di rumah itu maudi jual ku temukan. Air mata lesu mengalir di kedua-dua belah pipi ku. Inikah penghujung percintaan kami? Cintai pertama, tapi terpaksa berpisahan. Apa yg harus ku lakukan supaya tidak mencintai izz lagi? Supaya aku bisa melupakan setiap kenangan kami? Semenjak itu, kami sekeluarga meninggalkan Kota J dan dan pindah di kota B dan di kota inilah lah jodoh mempertemukan aku dengan ifan....
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo