Psikolog Inggris yang meneliti perilaku orang dalam menggunakan BlackBerry secara terus-menerus menyebut, perangkat itu bisa meningkatkan tingkat stress, dan kemungkinan besar juga menurunkan produktivitas.
Kebiasaan sekelompok eksekutif menengah hingga senior dalam menggunakan BlackBerry dipelajari oleh Amir Khaki dari AK Consulting dan menggolongkannya menjadi pengguna dengan frekuensi tinggi dan rendah.
Pengguna "tinggi" biasanya mengaktifkan BlackBerry selama dalam perjalanan menuju tempat bekerja, saat terjaga di malam hari dan selama akhir pekan. Sementara pengguna dalam kategori "rendah” umumnya hanya mengalokasikan waktu tertentu untuk memeriksa BlackBerry dan merespon email.
"Orang-orang yang jatuh ke kategori pengguna yang tinggi cenderung memiliki persepsi menyimpang tentang penggunaan pribadi dan mereka menyamakan penggunaan BlackBerry seperti didedikasikan untuk pekerjaan," kata Khaki.
Tapi antusiasme menggunakan BlackBerry itu ternyata tidak berarti efisiensi menyangkut pekerjaan. Dalam satu contoh yang diamati Khaki, untuk menyelesaikan sebuah spreadsheet sederhana seharusnya hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Tetapi user tinggi, bisa tiga kali lebih lama karena memantau BlackBerry-nya.
Efek dari gangguan itu adalah menciptakan kecemasan. "Pekerjaan tidak selesai seperti seharusnya. Ketergantungan itu tercipta bila tidak dapat menemukannya, dan itu dapat menyebabkan stres," katanya.
Sementara perhatian pengguna tinggi juga terdorong untuk teralihkan dari pasangannya dan kadang-kadang menyebabkan kehancuran. "Banyak yang benci. Aku dengar cerita ada yang hingga parah," kata Khaki.
Khaki menyarankan perusahaan yang membekali karyawannya smartphone setidaknya menyediakan pelatihan tingkat dasar. "Anda perlu tahu bagaimana menggunakannya dengan benar. Bagaimanapun kita mendapatkan pelatihan, ketika setiap teknologi lain datang," kata Khaki.
Ia menyarankan perusahaan untuk mendorong karyawannya melakukan pembatasan penggunaan. Secara keseluruhan Khaki merekomendasikan maksimum 12 jam selama sepekan jam kerja.
Pada tingkat pribadi, Khaki memberikan nasihat sederhana: "Pada awal setiap tugas, matikan! Gangguan tidak membantu orang melakukan sesuatu menjadi lebih baik, lebih cepat atau kualitas lebih tinggi."
Ia menambahkan penelitian menunjukkan orang yang banyak merespons email lebih sedikit menyia-nyiakan waktu, dan melakukan pekerjaan lebih baik.
Apalagi dengan semakin banyak orang yang mengupgrade ponselnya ke smartphone, masalah menyangkut produktivitas dan stres pasti akan naik, karena makin banyak eksekutif yang menemukan garis yang k@bur antara pekerjaan dan waktu senggang.
Kecenderungan itu juga mengusik Cary Cooper, Profesor Psikologi dan Kesehatan Organisasi di Universitas Lancaster Inggris Management School. "Kami menemukan orang-orang melakukan pekerjaan di waktu luang mereka dan itu memiliki konsekuensi baik pada kesehatan maupun produktivitas mereka," kata Cooper.
Ia mengatakan semua teknologi seharusnya menjadi sistem pendukung sosial manusia. Tapi sebaliknya malah seperti tali pusar yang menghubungkan kembali ke tempat kerja, bahkan ketika di luar jam kerja. "Saya pikir apa yang akhirnya terjadi adalah teknologi adalah mengelola orang-orang daripada orang-orang mengelola teknologi," tambahnya.
Cooper menilai resesi bisa memperparah masalah. "Gunakan BlackBerry secara rasional. Jika sedang berlibur, akses sekali saja setiap dua hari, jelaskan Anda sedang bepergian dan akan merespon saat Anda kembali."
Kebiasaan sekelompok eksekutif menengah hingga senior dalam menggunakan BlackBerry dipelajari oleh Amir Khaki dari AK Consulting dan menggolongkannya menjadi pengguna dengan frekuensi tinggi dan rendah.
Pengguna "tinggi" biasanya mengaktifkan BlackBerry selama dalam perjalanan menuju tempat bekerja, saat terjaga di malam hari dan selama akhir pekan. Sementara pengguna dalam kategori "rendah” umumnya hanya mengalokasikan waktu tertentu untuk memeriksa BlackBerry dan merespon email.
"Orang-orang yang jatuh ke kategori pengguna yang tinggi cenderung memiliki persepsi menyimpang tentang penggunaan pribadi dan mereka menyamakan penggunaan BlackBerry seperti didedikasikan untuk pekerjaan," kata Khaki.
Tapi antusiasme menggunakan BlackBerry itu ternyata tidak berarti efisiensi menyangkut pekerjaan. Dalam satu contoh yang diamati Khaki, untuk menyelesaikan sebuah spreadsheet sederhana seharusnya hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Tetapi user tinggi, bisa tiga kali lebih lama karena memantau BlackBerry-nya.
Efek dari gangguan itu adalah menciptakan kecemasan. "Pekerjaan tidak selesai seperti seharusnya. Ketergantungan itu tercipta bila tidak dapat menemukannya, dan itu dapat menyebabkan stres," katanya.
Sementara perhatian pengguna tinggi juga terdorong untuk teralihkan dari pasangannya dan kadang-kadang menyebabkan kehancuran. "Banyak yang benci. Aku dengar cerita ada yang hingga parah," kata Khaki.
Khaki menyarankan perusahaan yang membekali karyawannya smartphone setidaknya menyediakan pelatihan tingkat dasar. "Anda perlu tahu bagaimana menggunakannya dengan benar. Bagaimanapun kita mendapatkan pelatihan, ketika setiap teknologi lain datang," kata Khaki.
Ia menyarankan perusahaan untuk mendorong karyawannya melakukan pembatasan penggunaan. Secara keseluruhan Khaki merekomendasikan maksimum 12 jam selama sepekan jam kerja.
Pada tingkat pribadi, Khaki memberikan nasihat sederhana: "Pada awal setiap tugas, matikan! Gangguan tidak membantu orang melakukan sesuatu menjadi lebih baik, lebih cepat atau kualitas lebih tinggi."
Ia menambahkan penelitian menunjukkan orang yang banyak merespons email lebih sedikit menyia-nyiakan waktu, dan melakukan pekerjaan lebih baik.
Apalagi dengan semakin banyak orang yang mengupgrade ponselnya ke smartphone, masalah menyangkut produktivitas dan stres pasti akan naik, karena makin banyak eksekutif yang menemukan garis yang k@bur antara pekerjaan dan waktu senggang.
Kecenderungan itu juga mengusik Cary Cooper, Profesor Psikologi dan Kesehatan Organisasi di Universitas Lancaster Inggris Management School. "Kami menemukan orang-orang melakukan pekerjaan di waktu luang mereka dan itu memiliki konsekuensi baik pada kesehatan maupun produktivitas mereka," kata Cooper.
Ia mengatakan semua teknologi seharusnya menjadi sistem pendukung sosial manusia. Tapi sebaliknya malah seperti tali pusar yang menghubungkan kembali ke tempat kerja, bahkan ketika di luar jam kerja. "Saya pikir apa yang akhirnya terjadi adalah teknologi adalah mengelola orang-orang daripada orang-orang mengelola teknologi," tambahnya.
Cooper menilai resesi bisa memperparah masalah. "Gunakan BlackBerry secara rasional. Jika sedang berlibur, akses sekali saja setiap dua hari, jelaskan Anda sedang bepergian dan akan merespon saat Anda kembali."
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo