"NII Tamat Setelah Kartosuwiryo Tewas"
VIVAnews - Negara Islam Indonesia (NII) punya sejarah panjang di Bumi Indonesia. Bermula dari gerakan Darul Islam yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Gerakan ini tak lantas hilang pasca Kartosoewirjo ditangkap dan dieksekusi pada 1962. Belakangan, NII kembali jadi sorotan setelah sejumlah orang dikabarkan menjadi korban penculikan dan pemerasan. Bukti, gerakan ini masih ada.
Meski demikian, mantan pengikut NII, Ken Setiawan mengaku, sebenarnya NII yang bertujuan mendirikan negara Islam sudah tak ada lagi. "Bagi kami, NII tamat setelah Kartosuwirjo tewas," kata Ken, saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu.
Apa yang disebut NII saat ini, kata dia, tak lain tak bukan hanya organisasi yang bertujuan mengumpulkan uang sebanyak mungkin. "Tujuannya, mencari pengikut dan mencari uang," jelas pendiri NII Crisis Centre ini.
Meski tak terang-terangan makar, Ken menilai, operasi NII saat ini tak kalah bahaya. "Mungkin bagi negara belum membahayakan, karena mereka tak melakukan aksi kekerasan. Senjata mereka hanya spidol, tapi lebih bahaya," tambah dia.
Diungkapkan dia, NII model baru ini menyebar kecemasan dan keresahan di masyarakat. Hubungan silaturahmi anak-orang tua terputus, uang diperas, menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. "Bahkan dengan merampok."
Sebelumnya, Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan, sejauh ini belum ada gerakan secara sistematis dari NII. Djoko menambahkan terkait gerakan NII ini, intelijen telah melakukan pembicaraan.
"Tidak perlu dibesar-besarkan, selama itu tidak menganggu," ujarnya. Sejauh ini pemerintah mengaku belum mengetahui pasti apakah NII benar-benar bertujuan ingin mendirikan negara Islam. "Gerakan seperti itu kan tidak pernah terproklamirkan mendirikan negara," kata dia
Menurut dia, tidak semua hal harus diarahkan ke NII, termasuk serangkaian jaringan baru terorisme yang belakangan terjadi.
Sementara, Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengaku heran mengapa pemerintah melalui kekuatan intelijen tak mampu melihat gerakan masif NII. Luputnya gerakan ini dari pengamatan tentu patut dipertanyakan.
"Menurut saya tidak masuk akal, sampai bisa merekrut puluhan ribu orang tanpa tidak terdeteksi dari awal. Pemerintah harus memberi jawaban dalam langkah konkrit," tuturnya. "NII itu tak berdiri sendiri. Berkembangnya gerakan sekterianisme, radikalisme, ini kok dibiarkan saja?"
VIVAnews - Negara Islam Indonesia (NII) punya sejarah panjang di Bumi Indonesia. Bermula dari gerakan Darul Islam yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Gerakan ini tak lantas hilang pasca Kartosoewirjo ditangkap dan dieksekusi pada 1962. Belakangan, NII kembali jadi sorotan setelah sejumlah orang dikabarkan menjadi korban penculikan dan pemerasan. Bukti, gerakan ini masih ada.
Meski demikian, mantan pengikut NII, Ken Setiawan mengaku, sebenarnya NII yang bertujuan mendirikan negara Islam sudah tak ada lagi. "Bagi kami, NII tamat setelah Kartosuwirjo tewas," kata Ken, saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu.
Apa yang disebut NII saat ini, kata dia, tak lain tak bukan hanya organisasi yang bertujuan mengumpulkan uang sebanyak mungkin. "Tujuannya, mencari pengikut dan mencari uang," jelas pendiri NII Crisis Centre ini.
Meski tak terang-terangan makar, Ken menilai, operasi NII saat ini tak kalah bahaya. "Mungkin bagi negara belum membahayakan, karena mereka tak melakukan aksi kekerasan. Senjata mereka hanya spidol, tapi lebih bahaya," tambah dia.
Diungkapkan dia, NII model baru ini menyebar kecemasan dan keresahan di masyarakat. Hubungan silaturahmi anak-orang tua terputus, uang diperas, menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang. "Bahkan dengan merampok."
Sebelumnya, Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto mengatakan, sejauh ini belum ada gerakan secara sistematis dari NII. Djoko menambahkan terkait gerakan NII ini, intelijen telah melakukan pembicaraan.
"Tidak perlu dibesar-besarkan, selama itu tidak menganggu," ujarnya. Sejauh ini pemerintah mengaku belum mengetahui pasti apakah NII benar-benar bertujuan ingin mendirikan negara Islam. "Gerakan seperti itu kan tidak pernah terproklamirkan mendirikan negara," kata dia
Menurut dia, tidak semua hal harus diarahkan ke NII, termasuk serangkaian jaringan baru terorisme yang belakangan terjadi.
Sementara, Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengaku heran mengapa pemerintah melalui kekuatan intelijen tak mampu melihat gerakan masif NII. Luputnya gerakan ini dari pengamatan tentu patut dipertanyakan.
"Menurut saya tidak masuk akal, sampai bisa merekrut puluhan ribu orang tanpa tidak terdeteksi dari awal. Pemerintah harus memberi jawaban dalam langkah konkrit," tuturnya. "NII itu tak berdiri sendiri. Berkembangnya gerakan sekterianisme, radikalisme, ini kok dibiarkan saja?"
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo