Lima Tanda Fisik Stres Kronik
Seseorang yang sedang mengalami stres seringkali tidak menyadarinya. Rasa lelah, sakit kepala atau gangguan fisik lain hanya dianggap hal biasa.
Padahal, gangguan fisik bisa jadi pertanda kalau seseorang mengalami stres kronik. "Serangan hormon stres atau kortisol setiap hari, baik dari pekerjaan maupun kehidupan pribadi bisa membuat gejala (fisik) tertentu," kata Stevan E. Hobfoll, PhD, Ketua Departemen Ilmu
Perilaku di Rush University Medical Center, seperti dikutip dari Prevention.
Jika Anda mengalami lima gejala berikut, sebaiknya segera istirahat atau berlibur. Itu karena stres yang Anda alami, kemungkinan sudah kronik.
1. Sakit kepala di akhir pekan
"Penurunan tingkat stres secara cepat dapat mendorong migrain," kata Todd Schwedt, MD, direktur Universitas Washington Headache Center.
Tidak heran, kalau saat akhir pekan, sakit kepala justru muncul. Jika hal ini sering Anda alami, sebaiknya atur jadwal tidur dan makan agar
teratur, untuk meminimalkan stres.
2. Nyeri haid lebih dari biasanya
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim dari Harvard University, sebagian besar wanita yang mengalami stres, akan mengalami dua kali lipat rasa nyeri, dibandingkan yang tidak stres.
Peneliti mengungkapkan, stres memicu hormon semakin tidak stabil. Hal ini membuat rasa nyeri akibat haid meningkat lebih dari biasanya.
3. Mimpi aneh
Mimpi biasanya akan semakin indah saat Anda cukup tidur. "Sehingga, saat bangun suasana hati Anda akan jadi lebih baik," kata Rosalind Cartwright, PhD, profesor emeritus psikologi di Rush University Medical Center.
Namun, bila stres, Anda akan bangun lebih sering. Ini memungkinkan terjadinya mimpi yang tidak enak atau aneh sepanjang malam.
4. Gusi berdarah
Menurut analisis peneliti asal Brasil, orang yang mengalami stres kronik berisiko tinggi mengalami masalah gigi dan mulut.
Itu berarti kadar hormon kortisol dalam tubuh sangat tinggi dan menurunkan sistem imunitas, sehingga bakteri pemicu masalah gigi mudah menyerang.
5. Alergi makin parah
Pada percobaan yang dilakukan pada 2008, tim dari Ohio State University College of Medicine menemukan kalau penderita alergi memiliki gejala yang lebih parah saat stres. "Hormon stres menstimulasi produksi IgE, protein darah yang memicu reaksi alergi," kata salah satu peneliti, Janice Kiecolt-Glaser, PhD.
Seseorang yang sedang mengalami stres seringkali tidak menyadarinya. Rasa lelah, sakit kepala atau gangguan fisik lain hanya dianggap hal biasa.
Padahal, gangguan fisik bisa jadi pertanda kalau seseorang mengalami stres kronik. "Serangan hormon stres atau kortisol setiap hari, baik dari pekerjaan maupun kehidupan pribadi bisa membuat gejala (fisik) tertentu," kata Stevan E. Hobfoll, PhD, Ketua Departemen Ilmu
Perilaku di Rush University Medical Center, seperti dikutip dari Prevention.
Jika Anda mengalami lima gejala berikut, sebaiknya segera istirahat atau berlibur. Itu karena stres yang Anda alami, kemungkinan sudah kronik.
1. Sakit kepala di akhir pekan
"Penurunan tingkat stres secara cepat dapat mendorong migrain," kata Todd Schwedt, MD, direktur Universitas Washington Headache Center.
Tidak heran, kalau saat akhir pekan, sakit kepala justru muncul. Jika hal ini sering Anda alami, sebaiknya atur jadwal tidur dan makan agar
teratur, untuk meminimalkan stres.
2. Nyeri haid lebih dari biasanya
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim dari Harvard University, sebagian besar wanita yang mengalami stres, akan mengalami dua kali lipat rasa nyeri, dibandingkan yang tidak stres.
Peneliti mengungkapkan, stres memicu hormon semakin tidak stabil. Hal ini membuat rasa nyeri akibat haid meningkat lebih dari biasanya.
3. Mimpi aneh
Mimpi biasanya akan semakin indah saat Anda cukup tidur. "Sehingga, saat bangun suasana hati Anda akan jadi lebih baik," kata Rosalind Cartwright, PhD, profesor emeritus psikologi di Rush University Medical Center.
Namun, bila stres, Anda akan bangun lebih sering. Ini memungkinkan terjadinya mimpi yang tidak enak atau aneh sepanjang malam.
4. Gusi berdarah
Menurut analisis peneliti asal Brasil, orang yang mengalami stres kronik berisiko tinggi mengalami masalah gigi dan mulut.
Itu berarti kadar hormon kortisol dalam tubuh sangat tinggi dan menurunkan sistem imunitas, sehingga bakteri pemicu masalah gigi mudah menyerang.
5. Alergi makin parah
Pada percobaan yang dilakukan pada 2008, tim dari Ohio State University College of Medicine menemukan kalau penderita alergi memiliki gejala yang lebih parah saat stres. "Hormon stres menstimulasi produksi IgE, protein darah yang memicu reaksi alergi," kata salah satu peneliti, Janice Kiecolt-Glaser, PhD.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo