Hepatitis, Penyakit Mematikan Tanpa Gejala
Waspada virus hepatitis. Ini merupakan penyebab timbulnya penyakit hati yang dapat menyerang siapa saja. Karenanya, lakukan pencegahan sejak dini. Penyakit ini membunuh lebih banyak orang dibandingkan penyakit menular lain.
“Hepatitis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dan imunisasi hepatitis B yang diberikan pada bayi baru lahir merupakan awal upaya pengendalian hepatitis di Indonesia,” ujar Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam seminar Hari Hepatitis Sedunia, di Gedung Kementrian Kesehatan, Jakarta, Kamis, 28 Juli 2011.
Virus hepatitis viral membunuh secara diam-diam, kata Dr Samalee Plianbangchang, Direktur Regional WHO untuk kawasan SEAR (Asia Tenggara: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Maladewa, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste).
Artinya, orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala kentara. Bahkan, tampak sehat selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya menunjukkan terjadinya komplikasi. “Penyakit ini menyerang penduduk usia produktif, menyebabkan beban ekonomi bagi keluarga dan akhirnya negara,” katanya.
Ada empat jenis virus hepatitis yang paling banyak diderita, yaitu hepatitis A, B,C dan E. Di 11 negara kawasan SEAR, total kematian akibat empat virus ini lebih besar dari jumlah kematian akibat malaria, demam berdarah dengue, dan HIV/AIDS. Setiap tahun diperkirakan terjadi 8,98 juta kasus hepatitis, dengan 585 ribu di antaranya meninggal dunia.
Dari jumlah tersebut, 400 ribu kasus dan 800 kematian disebabkan hepatitis A, 1.380.000 kasus dan 300 ribu kematian disebabkan hepatitis B, serta 500 ribu kasus dan 120 ribu kematian disebabkan hepatitis C. Sementara 6.500.000 kasus akibat hepatitis E dengan 160 ribu kematian dan 2.700 keguguran.
Lingkungan yang tidak bersih, darah yang terinfeksi, dan hubungan seks tanpa pengaman adalah beberapa perantara penularan hepatitis. Sementara hepatitis A ditularkan melalui makanan dan minuman. Hepatitis B dan C melalui darah dan cairan tubuh lain.
Di kawasan Asia Tenggara, hepatitis A dan E menjadi ancaman utama karena kebersihan diri dan lingkungan seperti mencuci tangan dengan air bersih cenderung tidak diperhatikan. Sementara hepatitis B dianggap 50-100 kali lebih mudah menular dibanding HIV. Diperkirakan 100 juta orang dengan hepatitis B kronis (5,6% dari populasi) dan 30 juta orang dengan hepatitis C kronis (1,6% dari populasi) tinggal di SEAR.
Karena tidak menampakkan gejala, 60 persen orang yang terinfeksi hepatitis B dan C seringkali tidak menyadarinya hingga mereka menderita komplikasi seperti sirosis atau sejenis kanker hati bernama hepatocellular carcinoma (HCC). Jika sudah sampai pada tahap ini, kondisi pasien sudah tak dapat diobati.
Untuk mencegah dan mengendalikan virus hepatitis, WHO mendorong negara-negara untuk menjadikan pengendalian hepatitis sebagai prioritas nasional. WHO mengimbau agar setiap negara melakukan peningkatkan cakupan vaksinasi hepatitis B bagi bayi hingga 95 persen, mengharuskan tes dan screening untuk produk darah (transfusi) serta memantau mutu tes hepatitis di laboratorium pemerintah dan swasta.
“Banyak tenaga kesehatan kurang memperhatikan keamanan, dan tidak menjalankan pencegahan, penyaringan, pengobatan dan tindak lanjut lain bagi hepatitis B dan C sesuai panduan WHO atau pemerintahnya,” kata Samalee.
Waspada virus hepatitis. Ini merupakan penyebab timbulnya penyakit hati yang dapat menyerang siapa saja. Karenanya, lakukan pencegahan sejak dini. Penyakit ini membunuh lebih banyak orang dibandingkan penyakit menular lain.
“Hepatitis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dan imunisasi hepatitis B yang diberikan pada bayi baru lahir merupakan awal upaya pengendalian hepatitis di Indonesia,” ujar Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam seminar Hari Hepatitis Sedunia, di Gedung Kementrian Kesehatan, Jakarta, Kamis, 28 Juli 2011.
Virus hepatitis viral membunuh secara diam-diam, kata Dr Samalee Plianbangchang, Direktur Regional WHO untuk kawasan SEAR (Asia Tenggara: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Maladewa, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste).
Artinya, orang yang terinfeksi tidak akan menunjukkan gejala kentara. Bahkan, tampak sehat selama bertahun-tahun, sebelum akhirnya menunjukkan terjadinya komplikasi. “Penyakit ini menyerang penduduk usia produktif, menyebabkan beban ekonomi bagi keluarga dan akhirnya negara,” katanya.
Ada empat jenis virus hepatitis yang paling banyak diderita, yaitu hepatitis A, B,C dan E. Di 11 negara kawasan SEAR, total kematian akibat empat virus ini lebih besar dari jumlah kematian akibat malaria, demam berdarah dengue, dan HIV/AIDS. Setiap tahun diperkirakan terjadi 8,98 juta kasus hepatitis, dengan 585 ribu di antaranya meninggal dunia.
Dari jumlah tersebut, 400 ribu kasus dan 800 kematian disebabkan hepatitis A, 1.380.000 kasus dan 300 ribu kematian disebabkan hepatitis B, serta 500 ribu kasus dan 120 ribu kematian disebabkan hepatitis C. Sementara 6.500.000 kasus akibat hepatitis E dengan 160 ribu kematian dan 2.700 keguguran.
Lingkungan yang tidak bersih, darah yang terinfeksi, dan hubungan seks tanpa pengaman adalah beberapa perantara penularan hepatitis. Sementara hepatitis A ditularkan melalui makanan dan minuman. Hepatitis B dan C melalui darah dan cairan tubuh lain.
Di kawasan Asia Tenggara, hepatitis A dan E menjadi ancaman utama karena kebersihan diri dan lingkungan seperti mencuci tangan dengan air bersih cenderung tidak diperhatikan. Sementara hepatitis B dianggap 50-100 kali lebih mudah menular dibanding HIV. Diperkirakan 100 juta orang dengan hepatitis B kronis (5,6% dari populasi) dan 30 juta orang dengan hepatitis C kronis (1,6% dari populasi) tinggal di SEAR.
Karena tidak menampakkan gejala, 60 persen orang yang terinfeksi hepatitis B dan C seringkali tidak menyadarinya hingga mereka menderita komplikasi seperti sirosis atau sejenis kanker hati bernama hepatocellular carcinoma (HCC). Jika sudah sampai pada tahap ini, kondisi pasien sudah tak dapat diobati.
Untuk mencegah dan mengendalikan virus hepatitis, WHO mendorong negara-negara untuk menjadikan pengendalian hepatitis sebagai prioritas nasional. WHO mengimbau agar setiap negara melakukan peningkatkan cakupan vaksinasi hepatitis B bagi bayi hingga 95 persen, mengharuskan tes dan screening untuk produk darah (transfusi) serta memantau mutu tes hepatitis di laboratorium pemerintah dan swasta.
“Banyak tenaga kesehatan kurang memperhatikan keamanan, dan tidak menjalankan pencegahan, penyaringan, pengobatan dan tindak lanjut lain bagi hepatitis B dan C sesuai panduan WHO atau pemerintahnya,” kata Samalee.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo