Survei: 8 dari 10 Teman Berbahaya
Teman adalah salah satu orang terdekat yang diharapkan dapat mendukung dan membantu saat kita mengalami masalah. Sebuah studi terbaru mengungkap, teman memberi lebih banyak masalah ketimbang membantu.
Menurut sebuah survei yang dilakukan situs Today.com dan majalah Swa, 84 persen wanita berjuang dari para teman 'beracun' yang egois, menguras emosi, berkomentar pedas atau pengkhianat. Hal yang sama juga terjadi pada pria, tiga dari empat pria menyatakan terlibat dalam jenis pertemanan serupa.
Seperti dilansir dari Daily Mail, sebanyak 65 persen mereka yang disurvei mengeluhkan memiliki teman yang terobsesi pada diri sendiri, 59 persen menuduh teman mereka sebagai 'vampir' emosional yang menguras cadangan energi mereka.
Jajak pendapat dilakukan pada 18.000 wanita dan 4.000 pria. Dari sini diketahui, hanya lebih dari setengah melaporkan punya teman yang kritis, sementara 45 persen menyatakan perilaku pengkhianatan dan komentar pedas. Sementara, 37 persen orang yang disurvei mengaku sering teman-teman mereka sering melontarkan sesuatu yang menyakitkan.
Irene Levine, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas New York mengatakan hal berbeda dari hasil studi, "Sejumlah penelitian menunjukkan persahabatan mengurangi stres, risiko depresi, bermanfaat pada kesehatan dan bahkan memperpanjang usia."
"Kita tidak hanya mendapat nasihat praktis dan dukungan, tetapi juga perasaan didukung yang tak dapat diukur," ujarnya.
Meskipun sepertiga dari partisipan mengaku mereka dapat mengakhiri persahabatan dengan seorang yang tak bisa dipercaya, 83 persen mengatakan mereka membiarkan persahabatan lebih lama daripada seharusnya. Ini dilakukan karena 'putus' terlalu menakutkan.
Sebaliknya, 37 persen memblokir orang yang mereka tidak suka di Facebook, sementara 53 persen menurunkan 'tingkat pertemanan' dari melihat dan berkomunikasi secara teratur menjadi jarang.
Dr Gail Saltz, profesor psikiatri di Rumah Sakit Presbyterian New York, menambahkan, "Alasan sulit membuang teman beracun adalah orang yang berada dalam hubungan disfungsional. Ada sesuatu di dalamnya yang Anda temukan menarik atau familiar."
"Tergantung pada sifat dari apa yang terjadi dalam hubungan, Anda mungkin merasa bersalah. Atau bisa jadi, Anda secara tersirat membutuhkan orang tersebut dan merasa buruk bila meninggalkan mereka," tandasnya.
Teman adalah salah satu orang terdekat yang diharapkan dapat mendukung dan membantu saat kita mengalami masalah. Sebuah studi terbaru mengungkap, teman memberi lebih banyak masalah ketimbang membantu.
Menurut sebuah survei yang dilakukan situs Today.com dan majalah Swa, 84 persen wanita berjuang dari para teman 'beracun' yang egois, menguras emosi, berkomentar pedas atau pengkhianat. Hal yang sama juga terjadi pada pria, tiga dari empat pria menyatakan terlibat dalam jenis pertemanan serupa.
Seperti dilansir dari Daily Mail, sebanyak 65 persen mereka yang disurvei mengeluhkan memiliki teman yang terobsesi pada diri sendiri, 59 persen menuduh teman mereka sebagai 'vampir' emosional yang menguras cadangan energi mereka.
Jajak pendapat dilakukan pada 18.000 wanita dan 4.000 pria. Dari sini diketahui, hanya lebih dari setengah melaporkan punya teman yang kritis, sementara 45 persen menyatakan perilaku pengkhianatan dan komentar pedas. Sementara, 37 persen orang yang disurvei mengaku sering teman-teman mereka sering melontarkan sesuatu yang menyakitkan.
Irene Levine, profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas New York mengatakan hal berbeda dari hasil studi, "Sejumlah penelitian menunjukkan persahabatan mengurangi stres, risiko depresi, bermanfaat pada kesehatan dan bahkan memperpanjang usia."
"Kita tidak hanya mendapat nasihat praktis dan dukungan, tetapi juga perasaan didukung yang tak dapat diukur," ujarnya.
Meskipun sepertiga dari partisipan mengaku mereka dapat mengakhiri persahabatan dengan seorang yang tak bisa dipercaya, 83 persen mengatakan mereka membiarkan persahabatan lebih lama daripada seharusnya. Ini dilakukan karena 'putus' terlalu menakutkan.
Sebaliknya, 37 persen memblokir orang yang mereka tidak suka di Facebook, sementara 53 persen menurunkan 'tingkat pertemanan' dari melihat dan berkomunikasi secara teratur menjadi jarang.
Dr Gail Saltz, profesor psikiatri di Rumah Sakit Presbyterian New York, menambahkan, "Alasan sulit membuang teman beracun adalah orang yang berada dalam hubungan disfungsional. Ada sesuatu di dalamnya yang Anda temukan menarik atau familiar."
"Tergantung pada sifat dari apa yang terjadi dalam hubungan, Anda mungkin merasa bersalah. Atau bisa jadi, Anda secara tersirat membutuhkan orang tersebut dan merasa buruk bila meninggalkan mereka," tandasnya.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo