Keringat Orang Bugil Ditakuti
Seperti halnya cairan tubuh yang lain, keringat dianggap menjijikkan bagi kebanyakan orang apalagi jika baunya tidak sedap. Kalaupun tidak berbau, tidak ada jaminan bahwa keringat tersebut bebas bakteri yang bisa menularkan penyakit.
Kondisi ini tentu agak menyudutkan kaum nudis atau orang-orang yang suka telanjang di tempat umum. Bagaimana tidak, karena tubuhnya tidak tertutupi sehelai kainpun maka keringatnya dengan mudah bisa menempel di mana saja misalnya saat duduk di tempat umum.
Warga di wilayah San Francisco yang selama ini ramah kepada kaum nudist, kini juga mulai meresahkan keringat yang menempel di mana-mana khususnya di tempat-tempat umum. Warga merasa jijik ketika duduk di kursi yang baru saja diduduki orang tanpa busana.
Mungkin tidak cuma keringat, bayangan tentang kotoran tubuh lainnya juga menambah rasa jijik mengingat orang duduk pasti melibatkan kontak langsung antara kursi dengan pantat. Jika tidak bersih saat mencucinya setelah buang air besar, maka risiko penularan bakterinya tentu lebih besar lagi.
Setelah menerima banyak keluhan dari warga, pemerintah setempat kini menetapkan peraturan baru bagi kaum nudist. Intinya orang-orang ini tetap bebas tampil bugil di jalanan, namun harus mematuhi beberapa ketentuan saat mau duduk di taman atau makan di restoran.
Jika ingin duduk di taman atau kursi untuk umum, kaum nudist wajib mengalasi pantatnya dengan kertas koran supaya tidak meninggalkan bekas keringat atau kotoran tubuh lainnya. Di restoran malah lebih ekstrem, kaum nudist dilarang masuk dan hanya boleh makan di luar.
Denda yang harus dibayar jika aturan dilanggar adalah US$ 100 (Rp 900 ribu) untuk pelanggaran pertama dan US$ 200 (Rp 1,8 juta) untuk pelanggaran kedua. Sanksi untuk pelanggaran ketiga sangat berat, yakni denda US$ 1.000 (Rp 9 juta) ditambah kurungan maksimal 1 tahun.
"Saya bukan ahli kesehatan, tetapi saya percaya duduk telanjang di tempat umum sangat tidak sehat. Anda mau menduduki kursi bekas orang bugil? Saya pikir kebanyakan akan bilang tidak," ungkap Scott Wiener, salah satu pejabat San Francisco seperti dikutip dari Dailytelegraph.
Beberapa jenis penyakit kulit seperti panu memang dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung, dalam arti hanya melalui bekas keringat. Namun penyakit-penyakit infeksi serius seperti Human Immunodeficeincy Virus (HIV) misalnya, tidak akan semudah itu menular lewat bekas tempat duduk.
Telanjang di tempat umum merupakan sesuatu yang legal dan sangat dihargai di lingkungan yang sangat liberal seperti San Francisco. Kaum nudist yang berjalan-jalan tanpa sehelai kain mudah sekali ditemukan di wilayah ini, khususnya di distrik Castro.
Seperti halnya cairan tubuh yang lain, keringat dianggap menjijikkan bagi kebanyakan orang apalagi jika baunya tidak sedap. Kalaupun tidak berbau, tidak ada jaminan bahwa keringat tersebut bebas bakteri yang bisa menularkan penyakit.
Kondisi ini tentu agak menyudutkan kaum nudis atau orang-orang yang suka telanjang di tempat umum. Bagaimana tidak, karena tubuhnya tidak tertutupi sehelai kainpun maka keringatnya dengan mudah bisa menempel di mana saja misalnya saat duduk di tempat umum.
Warga di wilayah San Francisco yang selama ini ramah kepada kaum nudist, kini juga mulai meresahkan keringat yang menempel di mana-mana khususnya di tempat-tempat umum. Warga merasa jijik ketika duduk di kursi yang baru saja diduduki orang tanpa busana.
Mungkin tidak cuma keringat, bayangan tentang kotoran tubuh lainnya juga menambah rasa jijik mengingat orang duduk pasti melibatkan kontak langsung antara kursi dengan pantat. Jika tidak bersih saat mencucinya setelah buang air besar, maka risiko penularan bakterinya tentu lebih besar lagi.
Setelah menerima banyak keluhan dari warga, pemerintah setempat kini menetapkan peraturan baru bagi kaum nudist. Intinya orang-orang ini tetap bebas tampil bugil di jalanan, namun harus mematuhi beberapa ketentuan saat mau duduk di taman atau makan di restoran.
Jika ingin duduk di taman atau kursi untuk umum, kaum nudist wajib mengalasi pantatnya dengan kertas koran supaya tidak meninggalkan bekas keringat atau kotoran tubuh lainnya. Di restoran malah lebih ekstrem, kaum nudist dilarang masuk dan hanya boleh makan di luar.
Denda yang harus dibayar jika aturan dilanggar adalah US$ 100 (Rp 900 ribu) untuk pelanggaran pertama dan US$ 200 (Rp 1,8 juta) untuk pelanggaran kedua. Sanksi untuk pelanggaran ketiga sangat berat, yakni denda US$ 1.000 (Rp 9 juta) ditambah kurungan maksimal 1 tahun.
"Saya bukan ahli kesehatan, tetapi saya percaya duduk telanjang di tempat umum sangat tidak sehat. Anda mau menduduki kursi bekas orang bugil? Saya pikir kebanyakan akan bilang tidak," ungkap Scott Wiener, salah satu pejabat San Francisco seperti dikutip dari Dailytelegraph.
Beberapa jenis penyakit kulit seperti panu memang dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung, dalam arti hanya melalui bekas keringat. Namun penyakit-penyakit infeksi serius seperti Human Immunodeficeincy Virus (HIV) misalnya, tidak akan semudah itu menular lewat bekas tempat duduk.
Telanjang di tempat umum merupakan sesuatu yang legal dan sangat dihargai di lingkungan yang sangat liberal seperti San Francisco. Kaum nudist yang berjalan-jalan tanpa sehelai kain mudah sekali ditemukan di wilayah ini, khususnya di distrik Castro.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo