Menjadi pemalas tidak selamanya berakibat buruk. Sifat pemalas adakalanya perlu untuk mengurangi tekanan yang dibebankan pada remaja. Remaja saat ini menghadapi banyak tuntutuan, mulai dari tuntutan akademik di sekolah, tuntutan mempersiapkan masuk perguruan tinggi, sampai tuntutan untuk memenuhi harapan orangtua.
Namun masih banyak pula remaja yang seolah tak peduli dengan berbagai tuntutan tersebut. Remaja-remaja ini ditemukan berkeliaran di sudut-sudut jalan, menghabiskan waktu memainkan handphone atau duduk di depan komputer berselancar di internet. Pada dasarnya remaja-remaja tersebut ada yang memang memiliki sifat malas.
Seorang peneliti dari University of Makedonia mengatakan bahwa sifat malas dan tidak melakukan apa-apa bisa berakibat baik untuk kesehatan remaja. Kebiasaan yang dianggap sebagai pemalas tersebut justru dapat mengurangi stres. Namun remaja yang dianggap tidak baik justru kemudian dapat tumbuh menjadi remaja yang benar-benar tidak baik.
"Remaja yang menghabiskan waktu dengan teman-temannya atau sendirian biasanya secara kebetulan dilihat oleh orang tua, guru, serta\' pembuat kebijakan. Aktifitas ini dicap membuang-buang waktu dan tidak produktif sehingga dapat membuat anak-anak semakin mengembangkan perilaku antisosial," kata peneliti, Maria Patsarika seperti dilansir Medical Daily.
Patsarika mengatakan bahwa tekanan yang dibebankan pada remaja dapat mengganggu perkembangan mentalnya. Karena orangtua dan guru berfokus pada keberhasilan, nilai dan ijazah, maka ruang yang tersisa bagi remaja untuk mengenali kemampuan dan jati dirinya sendiri semakin berkurang.
Menurut Patsarika, masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga remaja perlu lebih banyak mengetahui jati dirinya daripada berfokus pada pengembangan diri.
"Anak menjadi semakin ditekan dan kesenjangan antar generasi terus menyempit. Anak-anak mulai merambah area yang sebelumnya hanya dilakukan orang dewasa. Hal ini justru dapat memangkas kemampuan remaja untuk menjadi mandiri yang pada gilirannya dapat menghambat kemampuannya untuk mengatasi dan memecahkan masalah," kata Patsarika.
Menurut Patsarika, apa yang nampaknya dilihat sebagai aktifitas yang membuang-buang waktu di Internet sebenarnya memungkinkan remaja untuk mengeksplorasi minat secara mendalam dan terhubung dengan orang-orang dengan sudut pandang yang berbeda. Bertemu teman-teman juga memungkinkan remaja merasakan dinamika kelompok dan menjadi bagian dari kelompok.
Pada akhirnya, Patsarika mengakui bahwa remaja memang perlu dibimbing demi masa depannya. Tapi pengaturan jadwal setiap saat dan setiap hari dapat menyebabkan kelelahan. Secara fisik, gejala kelelahan akan muncul dalam bentuk sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi di sekolah.
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo