Kangen kampung karena tak sempat pulang saat liburan Natal dan tahun baru kemarin? Makan siang kali ini, mampir saja ke 'rumah si mbah'. Letaknya tak jauh dari pusat perkantoran, namun suasana dan hidangannya bisa mengobati rasa kangen.
Di tengah serbuan beragam restoran bergaya asing di Senopati, Jakarta Selatan, Warung Anglo memegang teguh identitasnya sebagai restoran a la Jawa Tengah. Arsitektur dan interiornya saja mengingatkan kita akan rumah si mbah.
Daun pintu dan jendela jati menghiasi bangunannya. Lampu gantung kuno, jam antik, dan lantai tegel mengingatkan kami akan tempat tinggal eyang. Rupanya, 'rumah' ini terbagi menjadi tiga bagian, yakni area makan di depan, area tengah tempat lauk tersaji, dan dapur di area belakang.
Saat datang, langsung saja ke tempat lauk. Macam-macam sayur khas Semarang seperti oblok-oblok dan sayur lodeh selalu hangat karena dipanaskan di atas anglo (tungku masak dari tanah liat). Adapula pecel, cumi lombok ijo, telor bacem, dan macam-macam sambal di piring tanah liat berlapis daun pisang.
Pilihan minuman, mulai dari teh dan kopi, softdrink, jus, sampai milkshake, minuman jamu, dan es spesial bisa dilihat di papan tulis. Meski lauk-lauk tadi terbuka, kita tak perlu mengambil sendiri layaknya hidangan prasmanan. Pelayan akan mengambilkan, menghangatkan, dan mengantarkannya ke meja.
Sebentar saja, semua pesanan kami terhidang di meja. Kami memulai dengan brongkos (Rp 30.000). Makanan dari Yogyakarta ini sekilas mirip rawon karena warna cokelat kehitamannya berasal dari keluak. Namun, brongkos memakai santan encer. Tampilannya sedikit keruh kecokelatan.
Slurp... Kuahnya terasa gurih manis. Di dalamnya terdapat potongan daging sapi sandung lamur berlapis lemak serta\' tahu goreng. Cabai rawit merahnya dimasukkan utuh tanpa sehingga rasa kuahnya tak pedas. Sayangnya tak ada potongan labu siam, krecek, dan kacang tolo yang biasanya dimasak bersama daging. Brongkos ini makin mantap dinikmati dengan nasi hangat.
Kemudian, kami mencicipi ayam lombok rawit (Rp 20.000). Potongan daging paha ayam yang kami pilih tampak berwarna kuning tak digoreng, dibaluri rajangan cabai rawit merah, kemangi, serai, dan daun jeruk. Aromanya wangi. Kemangi dan serainya tercium segar.
Begitu menyentuh lidah langsung terasa sengatan dahsyat cabai rawit. Pedas membakar! Gurih empuk daging ayam tertimpa pedas cabai rawit. Dibilas minuman dingin, rupanya pedas tak kunjung hilang. Setelah menyuap dengan nasi putih hangat, barulah gigitan pedasnya mereda. Sajian yang memicu keringat ini cocok buat penyuka rasa pedas.
Setelah lidah benar-benar pulih, barulah kami menyeruput es kangenan (Rp 20.000). Kombinasi cincau hitam, kelapa muda, dan selasih terasa adem di tenggorokan. Kuahnya yang bening tampaknya dicampur sirop jeruk nipis yang wangi manis segar. Es campur inipun jadi penutup santapan yang pas.
Wah, kangen eyang di kampung jadi terbayarkan dengan makanan khas Jawa ini!
Warung Anglo
Jl. Senopati No. 33, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telepon: 021-5734448
Jl. Tanah Abang Timur No. 16
Jakarta Pusat
Telepon: 021-3459031
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo