Kebiasaan Bernapas yang Salah Bisa Sebabkan 'Lemot'
Fiona Troup, seorang fisioterapis di Six Physio London, menjelaskan orang dewasa sehat bernapas sekitar 10-14 napas per menit, tetapi beberapa orang bernapas 20 kali atau lebih. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kehabisan napas dan berbagai gejala lain seperti kesemutan di jari dan sekitar bibir, kelelahan, serta ketidakmampuan untuk berkonsentrasi alias 'lemot'.
Dikutip dari Daily Mail, gejala tersebut merupakan tanda Anda bernapas melalui mulut bukan melakukan pernapasan lebih dalam melalui hidung. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat karbondioksida dalam darah, sehingga oksigen tidak bisa dilepaskan ke otot dan organ. Komplikasi lainnya juga menyebabkan kejang otot. Jika otak kekurangan kadar oksigen yang cukup, dapat menyebabkan kebingungan dan pusing.
"Napas cepat pada dasarnya adalah sebuah kebiasaan buruk, yang sering terjadi saat sedang stres, nyeri punggung atau leher, trauma emosional atau operasi," kata Fiona.
Stephen Spiro, profesor University College London Hospitals dan wakil deputi British Lung Foundation, menyatakan bahwa bernapas terlalu cepat seharusnya tidak memiliki implikasi jangka panjang terhadap kesehatan. Namun bernapas terlalu cepat dan sesak napas bisa menjadi tanda penyakit paru-paru, terutama asma dan bronkitis. Dengan kondisi seperti ini, saluran udara di paru-paru menyempit, sehingga membuat udara susah keluar-masuk.
Fiona menambahkan, "Jika dokter tidak menemukan penyakit dalam diri Anda, dan bernapas terlalu cepat hanya kebiasaan Anda, maka Anda bisa dirujuk ke fisioterapis untuk melatih pernapasan Anda agar normal kembali."
Fiona Troup, seorang fisioterapis di Six Physio London, menjelaskan orang dewasa sehat bernapas sekitar 10-14 napas per menit, tetapi beberapa orang bernapas 20 kali atau lebih. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kehabisan napas dan berbagai gejala lain seperti kesemutan di jari dan sekitar bibir, kelelahan, serta ketidakmampuan untuk berkonsentrasi alias 'lemot'.
Dikutip dari Daily Mail, gejala tersebut merupakan tanda Anda bernapas melalui mulut bukan melakukan pernapasan lebih dalam melalui hidung. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat karbondioksida dalam darah, sehingga oksigen tidak bisa dilepaskan ke otot dan organ. Komplikasi lainnya juga menyebabkan kejang otot. Jika otak kekurangan kadar oksigen yang cukup, dapat menyebabkan kebingungan dan pusing.
"Napas cepat pada dasarnya adalah sebuah kebiasaan buruk, yang sering terjadi saat sedang stres, nyeri punggung atau leher, trauma emosional atau operasi," kata Fiona.
Stephen Spiro, profesor University College London Hospitals dan wakil deputi British Lung Foundation, menyatakan bahwa bernapas terlalu cepat seharusnya tidak memiliki implikasi jangka panjang terhadap kesehatan. Namun bernapas terlalu cepat dan sesak napas bisa menjadi tanda penyakit paru-paru, terutama asma dan bronkitis. Dengan kondisi seperti ini, saluran udara di paru-paru menyempit, sehingga membuat udara susah keluar-masuk.
Fiona menambahkan, "Jika dokter tidak menemukan penyakit dalam diri Anda, dan bernapas terlalu cepat hanya kebiasaan Anda, maka Anda bisa dirujuk ke fisioterapis untuk melatih pernapasan Anda agar normal kembali."
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo