Negeri di atas awan
Kalau Dieng punya julukan Negeri di Atas Awan, maka Takengon di Aceh dikenal sebagai Negeri Kopi. Sebab, traveler yang melancong ke Takengon akan menikmati nikmatnya kopi Gayo yang terkenal. Sekali coba, dijamin akan ketagihan!
Kali ini perjalanan saya mengujungi Takengon, wilayah dataran tinggi di Kabupaten Aceh Tengah. Selama perjalanan, saya dimanjakan dengan pemandangan hijau dan udara yang dingin. Tapi siapa sangka, rupanya pemandangan hijau itu bernilai jutaan Rupiah.
Ya, tanaman-tanaman hijau itu adalah kebun kopi. Tapi bukan sembarang kopi, kopi di Takengon atau yang biasa disebut kopi Gayo sudah terkenal di dunia. Sesuai namanya, kopi ini dikelola oleh masyarakat Gayo yang asli penduduk Takengon.
Tahukah Anda, kopi Gayo sudah mendapat sertifikat Indikasi Geografi (IG) terutama Kopi Arabikanya. Sertifikat Indikasi Geografi ini merupakan suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang karena faktor lingkungan geografis, alam, manusia ataupun kombinasinya. Sehingga, menghasilkan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan (Pasal 1 PP RI No 51 Tahun 2007).
Biji Kopi Gayo
Bukit dan Lembah
Itu artinya, kopi Gayo ini hanya bisa dihasilkan di daerah Takengon dan sekitarnya. Hebatnya lagi, kenikmatan kopi Gayo sudah diakui oleh Internasional. Sebagai orang Indonesia, saya bangga kita memiliki potensi seperti ini.
Saya berkesempatan bertemu langsung dengan salah satu pengusaha kopi asal Bener Meriah, Haji Yusrin. Beliau mengelola Cafe Bergendaal Koffie, di daerah Teritit, Bener Meriah. Sebelumnya, Bener Meriah ini merupakan baagian dari Aceh Tengah namun mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Bener Meriah.
Pertemuan saya dengan Haji Yusrin ini bisa dibilang pertemuan yang tak diduga. Saya berkenalan dengan seorang teman di salah satu jejaring sosial, dengan akun @Syukritakengon yang saya panggil beliau Pak Syukri. Dari beliau, saya belajar banyak hal tentang Kopi, karena sebagai pencinta kopi beliau tahu cita rasa kopi yang terbaik. Sampai akhirnya, saya diajak bertemu dengan Pak Haji Yusrin di Bergendaal Koffie.
Sebelumnya, saya diberikan ujian untuk merasakan perbedaan antara kopi yang sering diminum di Banda Aceh dengan kopi yang ada di Bergendaal Koffie. Saya minum Black Coffee tanpa gula! Saya yang selama ini bukan penggemar kopi, harus mencoba kopi hitam yang disajikan tanpa gula.
Tapi jujur, setelah menikmati Kopi Arabika yang berasal dari Gayo ini, benar-benar bisa merasakan kenikmatan berkopi!
Setelah itu, saya diajak berkeliling oleh Haji Yusrin mengenal kopi lebih jauh. Beliau dengan senang hati memberikan penjelasan tentang kopi. Beliau memiliki kebun kopi sendiri dan mengelola kopi hingga menjadi kopi Bergendaal yang nikmat itu.
Nama Bergendaal Koffie itu juga memiliki sejarah tersendiri. Bergendaal berasal dari bahasa Belanda yang artinya Bukit dan Lembah, Jadi Bergendaal Koffie ini bisa diartikan sebagai Kopi yang berasal dari Bukit dan Lembah Tanah Gayo.
Menurut beliau, sebenarnya nama itu dulu pernah dipakai oleh perusahaan\' belanda yang pernah ada di sana dan sudah didaftarkan sebagai merk dagang begitu juga Kopi Gayo. Begitulah kita ya, sering sekali potensi yang kita miliki diklaim menjadi hak paten orang lain, tapi untungnya kita sudah memiliki Indikasi Geografi yang artinya tidak bisa diproduksi di tempat lain, selain di tempat tersebut.
Dari Haji Yusrin, saya belajar jenis-jenis biji kopi. Ternyata tak semudah yang saya bayangkan, ada banyak jenis biji kopi di sini mulai hijau, kuning, hitam, arabika, robusta dan yang paling jadi primadona saat ini kopi luwak.
Kopi Luwak pun ternyata ada jenisnya, Luwak alami dan Luwak ternak. Kata beliau, rasa kopi luwak yang alami lebih mantap dibandingkan yang ternak, selain yang alami itu yang dimakan adalah kopi arabika pilihan dan mengalami proses yang alami tidak seperti luwak yang diternak.
Luwak pun juga tidak sembarang luwak yang bisa menghasilkan kopi luwak. Hanya luwak yang memiliki moncong hitam dan moncong putih yang bisa menghasilkan kopi terbaik. Pantas ya, kenapa kopi luwak itu mahal.
Sempat saya bertanya dengan Haji Yusrin mengapa beliau tertarik dengan usaha Kopi? Beliau berkata, "ini potensi besar yang kita miliki, sudah sepantasnya kita memanfaatkan secara optimal, kita menghargai apa yang kita punya sehingga nantinya orang lain bisa menghargai kita,"
Senang sekali bisa bertemu dengan orang seperti Pak Syukri dan Haji Yusrin ini, beliau-beliau ini termasuk orang yang sadar dengan potensi yang dimiliki. Menurut saya, dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki juga termasuk cara kita mensyukuri nikmat yang diberikan. Semoga Kopi Gayo ini bisa menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia.
Oleh: Hijrah Saputra - d'Traveler
Mon Nov 23, 2020 5:23 am by y3hoo
» Tentang Tisu Magic
Wed Jul 17, 2019 7:29 am by jakarta
» Ini 5 Tata Cara Makan Gaya China yang Penting Ditaati
Tue Sep 11, 2018 11:37 am by jakarta
» Cara Mengetahui IP address Internet
Fri Aug 03, 2018 11:31 am by alia
» Angleng dan Wajit
Mon Jul 23, 2018 10:40 am by jakarta
» Penginapan-penginapan Unik dan Recommended di Cikole, Lembang
Mon Jul 09, 2018 11:59 am by flade
» Tips Bercinta dari Wanita yang Sudah Survei ke Lebih dari 10 Ribu Pria
Thu Jun 21, 2018 2:57 pm by flade
» Cara Menghilangkan Activate Windows 10
Fri Jun 15, 2018 2:08 pm by y3hoo
» Selamat Hari Raya Idul fitri 1439 H /2018 M
Thu Jun 14, 2018 9:40 am by y3hoo